Mainan Edukatif Spectroy Latih Anak Autis fadjar October 26, 2016

Mainan Edukatif Spectroy Latih Anak Autis

suarasurabaya.net – Peduli dengan anak-anak penyandang Autis, tim Sophrosyne dari Universitas Surabaya dengan mainan edukatif Spectroy berhasil menyabet juara pertama Industrial Design Seminar Commpetition (Indisco) 2016 di Semarang.

Tahun 2015 diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme atau 134.000 penyandang spektrum Autis di Indonesia (Sumber: https://klinikautis.com/2015/09/06/jumlah-penderita-autis-di-indonesia/).

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah anak penyandang autisme, dan setelah sekitar tiga kali melakukan observasi di Cita Hati Bunda School, Ivon dan kawan-kawan terinspirasi untuk membuat permainan bagi anak-anak autis.

‘Setelah melakukan observasi, ternyata belum ada permainan yang khusus untuk anak-anak autis, maka dari itu muncul ide untuk membuat permainan bagi anak-anak autis,’ terang Ivon satu diantara anggota tim Sophrosyne.

Spectroy memiliki 3 tahap, tahap pertama adalah bermain puzzle yaitu mencocokkan bentuk dasar seperti segitiga, segi empat, hati, lingkaran dan lainnya dengan cara memasukkan bentuk-bentuk pada tiap lobang yang sudah tersedia.

Bentuk-bentuk dasar tersebut memiliki gambar bertema luar angkasa. Mencocokkan bentuk ini dapat melatih kognitif anak-anak autis yang lemah.

Tahap kedua adalah labirin, pemain diberi sarung tangan dengan magnet di ujung telunjuknya. Kemudian akan ada bola kecil berbahan metal yang diletakkan di tengah-tengah puzzle dan piringan puzzle tersebut diputar hingga bola jatuh ke labirin yang ada di bawah piringan puzzle.

Setelah itu, pemain menggiring bola dengan telunjuk dari lapisan atas labirin menuju lubang-lubang yang sudah diberi tanda. Ada dua macam warna yaitu merah yang tidak boleh dimasuki dan hijau yang bertuliskan kata-kata sopan seperti terimakasih, permisi, dll agar dapat dipelajari oleh anak-anak. Tahap labirin ini membantu melatih koordinasi tangan dan mata pada anak-anak autis.

Setelah berhasil memasukkan bola ke dalam lubang berwarna hijau, tahap berikutnya adalah pemain memperoleh spaceball dari bagian bawah Spectroy. Spaceball berisi figur-figur seperti kubus, prisma, tabung dan juga karet atau tali.

Kemudian pemain akan berkreasi membentuk suatu benda seperti rumah, kursi, dengan menggabungkan 2 benda tersebut dengan benda-benda lain di sekitarnya. Selanjutnya mereka menceritakan benda yang dibuat tersebut.

‘Permainan ini dapat membantu melatih kognitif, koordinasi tangan dan mata, kreatifitas dan juga komunikasi pada anak-anak autis,’ ungkap mahasiswi semester 7 tersebut.

Tim Sophrosyne dari Universitas Surabaya terdiri dari Ivon, Fransiska Felicia Nata, dan Endmart Yustitia yang seluruhnya adalah mahasiswa Ubaya (Universitas Surabaya).

Indisco 2016 sebagai kegiatan tahun ke 8, secara khusus digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI), Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Indisco 2016 bertema: Childrens Product dengan tagline Ethnographic and Socially Responsible Product. Dalam kompetisi kali ini, berbasis desain produk industri, dan mahasiswa dituntut untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam mendesain produk untuk anak-anak usia 6-12 tahun sebagai bagian dunia industri kreatif.(tok/iss)

Sumber: SuaraSurabaya.Net

Mahasiswa Ubaya Juara Inovasi, Buat 3 Tingkat Mainan Untuk Anak Autis

SURYA.co.id | SURABAYA – Mahasiswa Ubaya (Universitas Surabaya) kembali berinovasi dan menjadi Juara I dalam kompetisi Industrial Design Seminar Competition (Indisco) 2016 di Semarang 21-23 Oktober 2016.

Mereka yaitu tim Sophrosyne yang terdiri dari Ivon (21), Fransiska Felicia Nata (21) dari Fakultas Teknik dan Endmart Yustitia (21) dari Fakultas Industri Kreatif.

Ketiga mahasiswa ini membuat produk permainan edukasi yaitu Spectroy untuk anak-anak autis.

Indisco 2016 mengangkat tema Lomba Desain Produk “Children’s Product” dengan tagline “Ethnographic and Socially Responsible Product”.

Dalam kompetisi kali ini, berbasis desain produk industri sehingga mahasiswa dituntut untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam mendesain produk untuk anak-anak usia 6-12 tahun sebagai bagian dunia industri kreatif.

“Pengambilan lokasi survei di Cita Hati Bunda School, dikatakan Ivon merupakan upaya etnografi dalam melihat secaravlangaung praktek sosial objek uang akan dijadikan sasaran dalam menggunakan permainan anak,“jelas Ivon sambil menjelaskan permainan yang ia buat bersama 2 temannya di Laboratorium Teaching Industry Ubaya, Selasa (25/10/2016).

Menurut Ivon, hal paling sulit yaitu menentukan jenis permainan yang akan mereka buat. Apalagi melihat berbagai macam permainan kreatif yang ada.

Hingga akhirnya saat survei mereka melihat permainan untuk anak autis sama dengan anak normal.

Padahal anak autis memiliki kebutuhan yang berbeda.

“Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah anak penyandang autisme, dan setelah sekitar tiga kali melakukan observasi memang kami putuskan untuk membuat permaian untuk anak autis. Dan kami buat praktis 3 permainan dikemas dalam satu wadah,” jelasnya.

Fransiska menambahkan, permainan ini dapat melatih kemampuan kognitif anak-anak autis. Proses pembuatan karya ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, dari konsep sampai bunyi rangkaian. Bahan yang digunakan yakni kayu MDF, solid wood, akrilik, cat, lem, dan plat.

“Semuanya kami buat sendiri seperti bentuk puzzle di tingkat pertama, labirin di tingkat kedua dan kerucut bawah di tingkat ketiga,”paparnya.

Ia memaparkan Spectroy memiliki 3 tahap, tahap pertama adalah bermain puzzle yaitu mencocokkan bentuk dasar seperti segitiga, segi empat, hati, lingkaran dan lainnya dengan cara memasukkan bentuk-bentuk pada tiap lobang yang sudah tersedia.

“Bentuk-bentuk dasar tersebut memiliki gambar bertema luar angkasa. Mencocokkan bentuk ini dapat melatih kognitif anak-anak autis yang lemah,” ujarnya.

Sementara itu, tahap kedua adalah labirin, pemain diberi sarung tangan dengan magnet di ujung telunjuknya.

Kemudian akan ada bola kecil berbahan metal yang diletakkan di tengah ndash; tengah puzzle dan piringan puzzle tersebut diputar hingga bola jatuh ke labirin yang ada di bawah piringan puzzle.

Setelah itu, pemain menggiring bola dengan telunjuk dari lapisan atas labirin menuju lubang-lubang yang sudah diberi tanda.

“Ada dua macam warna yaitu merah yang tidak boleh dimasuki dan hijau yang bertuliskan kata-kata sopan seperti terimakasih, permisi. Ini bentuk latihan mengenal berbagai kata agar dapat dipelajari oleh anak-anak. Tahap labirin ini membantu melatih koordinasi tangan dan mata pada anak-anak autis,”paparnya.

‘Permainan ini dapat membantu melatih kognitif, koordinasi tangan dan mata, kreatifitas dan juga komunikasi pada anak-anak autis,” ungkap mahasiswa semester 7 itu.

Tim Ivon akhirnya meraih nilai tertinggi dengan score 3056.2 dan membawa pulang trophy, sertifikat penghargaan, dan uang pembinaan sebesar 10 juta rupiah.

Sedangkan Juara 2 dimenangkan oleh tim Kapa dari Polytechnic University of the Philippines, dan Juara 3 dimenangkan oleh tim Warriors dari Universitas Maranatha Bandung.

“Juara kedua dan ketiga juga sangat kompetitif, ide mereka bagus ekali. Tapi kata juri ide kami lebih orisinik,bentuk dan warnanya menarik,”ungkapnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Endmart menjelaskan pada tahap terakhir, yaitu setelah berhasil memasukkan bola ke dalam lubang berwarna hijau, tahap berikutnya adalah pemain memperoleh spaceball dari bagian bawah Spectroy. Spaceball berisi figur-figur seperti kubus, prisma, tabung dan juga karet atau tali.

Kemudian pemain akan berkreasi membentuk suatu benda seperti rumah, kursi, dengan menggabungkan 2 benda tersebut dengan benda-benda lain di sekitarnya. Selanjutnya mereka menceritakan benda yang dibuat tersebut.

Sumber: TribuneNews.com