Psikologi dan Keperawatan, Dua Ilmu yang Saling Melengkapi fadjar May 19, 2016

Psikologi dan Keperawatan, Dua Ilmu yang Saling Melengkapi

Pada dasarnya, psikologi merupakan ilmu yang luas dan dapat digunakan dalam berbagai profesi, salah satunya keperawatan. Tak banyak orang tahu bahwa sikap “caring” yang seharusnya ditunjukkan perawat pada pasien merupakan salah satu hal terpenting, sebab selain pasien merasa nyaman, juga membantu memberikan social supportpada pasien. Mengingat pentingnya hal tersebut, Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan seminar bertajuk “Peran Caringdalam Psikologi Keperawatan” dengan menghadirkan Dekan Fakultas Psikolgi Ubaya, Prof. Dr. Yusti Probowati Rahayu, Psikolog, sebagai pembicara.

“Perawat memberi peran yang sangat penting bagi pasien. Betapa pentingnya peran perawat, karena mereka yang secara intens bertemu dengan pasien, dari pagi hingga malam hari. Lain halnya dengan dokter yang hanya sebentar bertemu pasien pada jadwal jaganya,” ujar Yusti.

Tugas dari perawat sendiri ada dua macam, yaitu curing(memberikan pengobatan yang sifatnya medis) dan caring(memberikan pendampingan). Menurut ibu dua anak ini, seseorang yang mengalami sakit fisik, secara otomatis orang tersebut juga bermasalah dengan psikisnya. Pada dasarnya, kedua hal itu tidak dapat dipisahkan dari seorang pasien. Lalu yang tak kalah penting, pada akhir sesi satu, ditekankan bahwa seseorang yang berprofesi melayani masyarakat seperti perawat, harus memiliki kecerdasan emosi.

Aspek-aspek kecerdasan emosi ada lima, yakni: 1) mengenali emosi diri, 2) mengelola emosi, 3) mengenali emosi orang lain, 4) memotivasi diri sendiri, dan 5) menjalin relasi dengan orang lain. Sebagai contoh, ketika seorang perawat memiliki kecerdasan emosi yang baik, ia mampu mengenali perasaan pasien, seperti mengapa pasien murung dan bagaimana cara menghadapinya. Selain itu, diperlukan pula kecerdasan spiritual agar seseorang mampu memaknai profesinya secara positif, sehingga senantiasa ikhlas menjalani profesinya.

“Mungkin sebagian dari kita ada yang memilih suatu profesi bukan karena keinginan tapi bisa saja diminta oleh orang tua. Namun jika kita melakukan profesi ini karena ingin memberikan sesuatu pada orang lain, maka sikap yang ditunjukkan pun akan berbeda,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Seminar yang berlangsung pada Sabtu, 14 Mei 2016 di Ruang Serbaguna Fakultas Psikologi (SGFP) dihadiri oleh 117 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa S1 Keperawatan dan Psikologi, mahasiswa S2, maupun bapak/ibu perawat. Bahkan beberapa dari mereka rela jauh-jauh datang dari luar kota, seperti Malang, Mojokerto, dan Bojonegoro. Dalam seminar ini, dihadiri pula oleh Dr. Frikson Christian Sinambela, S.Psi., M.T. Psikolog, selaku Kaprodi Magister Psikologi Sains, serta Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D. Psikolog, selaku Wakil Dekan I Fakultas Psikologi Ubaya.

Kemudian pada sesi kedua, Yusti memaparkan mengenai pentingnya komunikasi dalam caring. Sebagai seorang perawat, hendaknya kita senantiasa mendengarkan keluhan-keluhan atau perkataan pasien, menunjukkan penerimaan (accepting), memberi informasi, dan memberi rewardseperti pujian, jika pasien mampu melakukan sesuatu yang kita inginkan, misalkan saja pasien mau meminum obatnya. Setelah kita mampu melakukan hal tersebut, alangkah lebih baik jika mampu menguasai teknik berkomunikasi verbalberupa perkataan, dan non verbalberupa kontak fisik (jabat tangan, memegang pundak) serta ekspresi wajah.

Selama seminar berlangsung, para peserta begitu aktif mendengarkan dan bersemangat ketika sesi tanya jawab berlangsung. Lalu sebagai penutup, panitia memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berfoto bersama. (ka)