Refleksi Hari Pendidikan Nasional : Pemerataan dan Keseimbangan Pendidikan fadjar May 2, 2016

Refleksi Hari Pendidikan Nasional : Pemerataan dan Keseimbangan Pendidikan

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

‘Pendidikan Tinggi hanya mimpi bagi orang-orang miskin’, cetus seorang Bapak yang kesehariannya berprofesi sebagai pengemudi mobil sewaan saat berbincang dengan penulis sebagai keluh kesah usaha kerasnya menyekolahkan anaknya. Pernyataan serupa juga muncul dari seorang pengemudi taksi saat penulis menggunakan jasanya menuju rumah, ‘Umumnya yang mampu sekolah tinggi adalah orang-orang mampu secara ekonomi bukan hanya karena pandai’. Dua contoh pernyataan dari masyarakat yang menggambarkan mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. Beberapa pernyataan serupa juga sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti ‘Saya tidak sanggup menyekolahkan anak saya, kemampuan saya menyekolahkan anak saya hanya sampai tingkat SMA’. Mungkin banyak orang kondisinya juga lebih memprihatinkan tentang pendidikan anaknya karena keterbatasan ekonomi.

Selain belum meratanya pendidikan karena faktor ekonomi juga dapat ditemui belum meratanya pendidikan berdasarkan lokasi. Beberapa kali penulis ketika memberikan program-program pendidikan di pelosok dan di desa-desa, masih penulis temui kesenjangan dengan kota. Kesenjangan nampak dalam hal materi ataupun fasilitas pendidikan. Banyak daerah yang fasilitas pendidikan atau materi pendidikannya asal ada, sehingga mengetuk hati para penggiat dan relawan pendidikan terjun berkarya ke daerah-daerah. Tujuannya adalah adanya pendidikan yang layak dan pemerataan pendidikan.

Ketidakseimbangan pendidikan juga nampak dalam hal materi. Muatan pendidikan lebih banyak didominasi materi kognitif daripada karakter atau perilaku meskipun sudah ada kurikulum pendidikan karakter. Sebagai contoh materi tentang etika, etika dipelajari dalam pendidikan tinggi tetapi bagaimana perilaku orang-orang yang mempelajarinya jauh dari etika. Etika hanya dipelajari di level kognitif namun belum mengarah pada perilaku nyata yang menggambarkan orang yang berpendidikan dan tidak. Sehingga seringkali muncul istilah tidak ada perbedaan perilaku antara yang berpendidikan dan tidak.

Terakhir kurangnya adaptasi materi pendidikan yang hingga saat ini masih berkiblat pada luar negeri. Materi pendidikan berbasis muatan lokal juga masih belum optimal dikembangkan. Hal-hal demikian merupakan beberapa permasalahan pendidikan nasional dari banyaknya permasalahan yang lain. Pendidikan nasional telah mencapai banyak kemajuan namun perlu direfleksikan dan dievaluasi tentang pemerataan dan keseimbangan pendidikan nasional.

Selamat hari Pendidikan Nasional 2 Mei 20016.