Belajar Toleransi dan Kerukunan dari Pusat Perbelanjaan fadjar February 1, 2016

Belajar Toleransi dan Kerukunan dari Pusat Perbelanjaan

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Pusat perbelanjaan atau mallidentik dengan nilai materialisme karena di sanalah titik temu transaksi antara pembeli dan penjual, tempat barang-barang yang ditata untuk diperdagangkan, dan tempat para pembeli mengkonsumsikan uang untuk pemenuhan kebutuhannya. Ada uang dan ada barang sudah melekat di pusat perbelanjaan namun pusat perbelanjaan juga identik dengan peringatan suatu momen. Terdapat ciri khas pusat perbelanjaan di Indonesia terutama menjelang hari-hari besar peringatan keagamaan yaitu pusat perbelanjaan selalu menghias dirinya dengan berbagai warna, pernak-pernik atau simbol peringatan keagamaan.

Apa yang dilakukan pusat perbelanjaan ini tidak akan terlepas dari upaya pusat perbelanjaan untuk menarik pembeli karena biasanya akan diikuti dengan adanya diskon atau promo tertentu. Namun kita tetap dapat belajar dari pusat perbelanjaan karena upaya menghias diri menyambut peringatan keagamaan dilakukan untuk semua agama yang berlaku di Indonesia tidak hanya agama tertentu. Kita dapat belajar bagaimana semua pemeluk agama dapat diterima di pusat perbelanjaan karena tujuannya sama yaitu berbelanja memenuhi kebutuhan sesuai kemampuannya, melalui penyambutan peringatan agama kita dapat belajar toleransi dan kerukunan umat beragama di pusat perbelanjaan.

Pusat perbelanjaan menjadi sangat meriah terutama menjelang peringatan hari besar Idul Fitri dan Natal. Hal ini tidak terlepas dari mayoritas pemeluk agama terbesar di Indonesia adalah Islam kemudian Katolik dan Kristen. Pernak-pernik Idul Fitri dan Natal menjadi sesuatu yang biasa di pusat perbelanjaan. Diskon dan promo tentu mengikutinya, momen tersebut dimanfaatkan pembeli untuk berbelanja. Saat promo Idul Fitri yang dapat menikmati bukan hanya pemeluk agama Islam tetapi semuanya. Demikian juga saat Natal, pemeluk agama lain juga dapat merasakannya bukan hanya pemeluk agama Katolik atau Kristen. Memang ujung-ujungnya adalah menarik pembeli, tidak peduli agamanya apa, yang penting pusat perbelanjaan mendapatkan keuntungan. Dari hal tersebut kita dapat belajar, apapun agama orang lain, yang penting hidup kita bersama dalam kondisi damai.

Pusat perbelanjaan juga menyelenggarakan kegiatan peringatan keagamaan. Sebagai contoh festival Vesakh Dayuntuk menyambut peringatan Hari Raya Waisak, Bali Cultureyang salah satunya pengenalan peringatan Hari Raya Nyepi, dan festival perayaan Imlek. Melalui penyelenggaraan kegiatan tersebut, pengunjung pusat perbelanjaan dapat lebih mengenal simbol-simbol keagamaan agama lainnya. Belajar menghargai perbedaan dengan melihat, menikmati berbagai pertunjukan atau pameran dalam festival-festival tersebut di pusat perbelanjaan yang seharusnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran utama yang dapat kita peroleh dari pusat perbelanjaan adalah pusat perbelanjaan melakukan upaya apapun untuk membuat pusat perbelanjaan ramai pembeli dan mendapatkan keuntungan. Maka demikian juga kita, seharusnya melakukan usaha apapun untuk membuat toleransi, kerukunan, dan hidup yang damai bersama dengan semua umat beragama di Indonesia terwujud. Semoga tetap damai Indonesiaku.