Proses Motivasional Finger Print fadjar December 14, 2015

Proses Motivasional Finger Print

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Finger print sebagai sebuah metode yang digunakan dalam dunia kerja untuk mendisiplinkan pekerja. Tujuannya jelas untuk mengurangi angka mangkir dan meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tidak terlepas dari fenomena banyaknya pekerja yang memiliki kebiasaan datang ataupun pulang tidak tepat waktu, dan di jam kerja memanfaatkan untuk mengerjakan kepentingan pribadi di luar tempat kerja. Hal ini tentunya dapat berdampak negatif terhadap organisasi sehingga menerapkan sistem finger print. Pekerja dinilai harus dikontrol dengan menggunakan sebuah sistem yang ketat yaitu finger print. Dengan sistem ini ternyata memiliki dampak positif yaitu angka kehadiran dan kedisiplinan pekerja menjadi meningkat. Namun pertanyaannya apakah pekerja mengalami perubahan positif atau hanya karena terpaksa adanya finger print yang memonitor secara ketat? Hal itulah yang jarang dilakukan evaluasi. Pada awalnya sistem finger print merupakan sistem pembelajaran yang menginisiasi kesadaran pekerja akan kedisiplinan dalam bekerja namun keberlangsungan penerapannya tidak terevaluasi dari sisi pembelajaran pekerja.

Penulis mendapatkan contoh positif penerapan finger print dari sebuah organisasi yang merupakan kancah penelitian penulis. Finger print menjadi sebuah motivasional proses yang diterapkan organisasi terhadap pekerjanya. Awal penerapan finger print untuk membiasakan pekerja berdisiplin. Di awal penerapan hampir sebagian pekerja mengeluh karena mendapatkan teguran hingga hukuman karena tidak melakukan finger print tepat waktu. Kemudian berdampak pada peningkatan jumlah pekerja yang melakukan finger print tepat waktu. Organisasi mengevaluasi penerapan finger print tersebut dan membuat kesimpulan penerapan finger print efektif membuat pekerja disiplin. Evaluasi yang lain juga dilakukan organisasi yaitu kehadiran pekerja yang tepat waktu juga diiringi dengan produktivitas dan kualitas hasil kerja yang baik. Saat dilakukan performance appraisalpada masing-masing pekerja menunjukkan bukti tersebut.

Meskipun demikian masih terdapat pekerja yang tetap melakukan finger print tidak tepat waktu dan hal ini merupakan kewajaran dalam hukum statistik normalitas selalu ada yang di luar perilaku rata-rata sebagian besar orang. Pekerja yang finger print tidak tepat waktu tetap mendapatkan konsekuensi negatif dari organisasi. Namun masih ada pekerja yang merupakan outlier yaitu finger print lebih awal dari jadwal kerja. Ternyata untuk orang-orang tersebut organisasi memberikan penghargaan mulai dari pujian yang disampaikan secara tertulis hingga bentuk non verbal seperti material peralatan kerja baru.

Organisasi juga memberikan apresiasi kepada pekerja yang melakukan finger print tepat waktu dan pekerja yang melakukan perubahan positif dari finger print yang tidak tepat waktu menjadi lebih tepat waktu. Menurut pihak organisasi hal ini dilakukan untuk memotivasi pekerja, sehingga finger print tidak hanya dikenal sebagai sistem yang menghukum tetapi juga memungkinkan memberikan apresiasi kepada pekerja karena penerapan hukuman saja tidak akan efektif membentuk perilaku positif. Dengan demikian pekerja akan merasa diperlakukan secara adil dan berdampak pada kepuasan kerja. Saat melanggar aturan mendapatkan hukuman, saat menepati dan melakukan perilaku yang lebih dari tuntutan sistem kerja mendapatkan apresiasi. Penerapan sistem finger print tersebut ternyata mampu menjadi motivasional proses bagi pekerja dalam organisasi.