Reuni Akbar Alumni Ubaya : Ide Gila Sukses Datangkan 800 Alumnus fadjar September 14, 2015

Reuni Akbar Alumni Ubaya : Ide Gila Sukses Datangkan 800 Alumnus

Ubaya menggelar reuni akbar untuk kali pertama. Angkatan tua hingga muda datang dan berbaur jadi satu.

LAPANGAN kampus Ubaya yang biasanya sepi waktu itu tampak penuh orang. Mereka adalah alumni yang datang pada acara reuni akbar yang digelar 29 Agustus lalu. Berdasar data dari panitia, ada 800 orang yang hadir saat itu.

Reuni tahun ini memang digelar gede-gedean. Menurut Ketua Ikatan Keluarga Alumni Ubaya M. Adi Toegarisman, reuni kali ini sengaja mengundang alumni angkatan 60-an hingga angkatan yang lulus paling anyar. ‘Sebenarnya, ini ide gila,’ katanya. Bukan saja karena sudah banyak yang sangat senior, tetapi keberadaan mereka juga terpencar di berbagai tempat.

Awalnya, dia mengumpulkan data alumni dan menjalin komunikasi lewat rekan-rekan alumni seangkatan. ‘Lewat sosmed, biasalah,’ ujar pria angkatan 80 itu. Lalu, pertemuan dilanjutkan di masing-masing kota untuk membicarakan rencana reuni. ‘Di masing-masing fakultas sebelumnya ada pertemuan,’ terang Adi. ‘Tinggal digabung jadi satu,’ lanjutnya.

Upaya mengumpulkan para alumni itu terbilang berhasil. Buktinya, sejumlah alumni yang saat ini berdomisili di provinsi lain pun menyempatkan waktu untuk menyambangi kampus yang semula bernama Universitas Trisakti Surabaya tersebut.

Luki Gusfriadi, misalnya. Alumnus fakultas hukum itu rela datang dari Bandung. ‘Enggak masalah datang jauh. Asal bisa ketemu lagi dengan teman lama,’ kata pria yang lulus pada 1983 itu. Luki menuturkan, ketika berkumpul, mereka tidak memandang jabatan atau profesi. ‘Semua titel itu lepas. Pas kumpul gini ya anggap mahasiswa semua,’ jelasnya.

Alumnus angkatan terbaru pun tampak tidak canggung saat berjumpa dengan para koleganya. Yoana Kartika, alumnus fakultas teknologi informasi merasa acara reuni akbar itu makin mengakrabkan dirinya dengan lulusan sesama almamater. ‘Enggak merasa aneh meski juga kumpul sama temen-temen beda angkatan,’ ujar alumnus angkatan 2010 itu. ‘Sebab, beberapa teman beda angkatan juga teman kerja,’ imbuhnya.

Hadirnya alumni, terutama yang sudah senior, diharapkan Adi bisa ikut menggagas program sumbang pengalaman ke mahasiswa-mahasiswa baru di kemudian hari. Semacam sharing pengalaman oleh mereka yang sudah terjun sebagai praktisi. ‘Jadi, juga bisa bermanfaat untuk angkatan bawah kita,’ ucapnya.

Rencananya, reuni akbar Ubaya lebih sering diadakan. Bahkan, reuni itu akan dikonsep lebih melibatkan ma syarakat. Misalnya, menggelar pentas seni sembari merayakan Hari Pah lawan. ‘Jadi, enggak cuma kumpul sama teman-teman, tapi juga me ngajak masyarakat,’ ungkapnya.

Panitia mengonsep acara reuni akbar tersebut dengan suasana yang santai. Sebagai tetenger, alumni sefakultas hadir dengan mengenakan selendang warna yang sama. Namun, warna selendang fakultas satu dan lainnya berbeda.

Misalnya, alumni fakultas ekonomi memakai selendang kuning. ‘Bukan buat penyekat. Tetap saja kita membaur meski dari berbagai fakultas,’ kata
Yusambrono, ketua panitia reuni.

Panitia bahkan menyediakan karaoke di depan panggung. Demi mengabadikan momen reuni kali ini, panitia juga menyediakan photo booth. ‘Barangkali ingin mengabadikan momen bersama teman lama. Jarang-jarang, kan?’ ujar pria alumnus fakultas hukum itu. (ara/c23/ai)

Ita Purnamasari Turut Sumbang Lagu

REUNI akbar Ubaya tahun ini bertambah meriah saat Ita Purnamasari tampil di atas panggung utama. Ya, penyanyi yang ngetop dengan sejumlah lagu seperti Cintaku Padamu, Kembalilah Padaku, dan Tak Hilang itu memang salah seorang jebolan Fakultas Hukum Ubaya angkatan 1987.

Meski kini tinggal di Jakarta, dia menyempatkan diri menghadiri reuni kampusnya. ‘Kalau reunian begini, saya pasti datang. Kangen teman-teman,’ tutur istri musisi Dwiki Dharmawan tersebut.

Malam itu Ita datang dengan penampilan layaknya masih remaja. Dia tampil fresh dalam balutan dress peach, syal oranye muda, dan rambut tergerai. Ita mengenang waktu kuliah dulu sebagai masa-masa yang menyenangkan.

Semasa kuliah di Ubaya, dia mengaku kerap bolos gara-gara manggung, meniti karir sebagai penyanyi. ‘Tapi, kalau ada acara kampus, juga sering mengisi acara. Ya, menyumbang lagu gitu.’ kenangnya.

Malam itu, sembari memainkan tuts-tuts piano, Ita menyuguhkan Rumah Kita. Tanpa canggung, dia mengajak teman-teman lamanya ikut bernyayi di atas panggung. Semua pun larut dalam nostalgia.

Dia mendukung agenda reuni akbar seperti itu dihelat lagi pada kemudian hari. Bagi dia, bertemu teman-teman lama seperti upaya menyegarkan ingatan. (ara/c20/ai)

Sumber: Jawa Pos, 13 September 2015