Dijual Barang Ex Perempuan : Penerapan Sifat Feminin Pada Bisnis Barang Bekas fadjar September 3, 2015

Dijual Barang Ex Perempuan : Penerapan Sifat Feminin Pada Bisnis Barang Bekas

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Tentu pembaca sering menemui sebuah iklan penjualan barang bekas di beberapa media iklan. Kekuatan iklan barang bekas untuk menarik minat calon pembeli terletak pada beberapa hal. Misalnya kelengkapan foto tentang barang bekas yang dijual, harga, merk barang bekas, tahun pembuatan barang bekas tersebut, dan terutama kondisi barang bekas yang dijual. Bukan merupakan rahasia lagi apabila calon pembeli harus benar-benar berhati-hati sebelum memutuskan membeli barang bekas karena barang tersebut tidak diketahui bagaimana pemakaiannya oleh pemilik lama, selain itu juga karena sudah tidak ada lagi jaminan atau garansi terhadap barang bekas sehingga apabila barang bekas tersebut akan merepotkan apabila mengalami kerusakan setelah dipakai tidak seberapa lama. Kondisi barang bekas yang dijual menjadi rujukan utama calon pembeli sehingga dalam iklan dituliskan bekas tapi seperti baru (BSB), barang bekas kondisi masih layak pakai, barang bekas kondisi mulus, dan seringkali ditemui iklan yang melekatkan jenis kelamin atau profesi dari pemilik atau pengguna sebelumnya.

Sebagai contoh iklan dijual mobil bekas dokter, mengapa demikian? Karena di masyarakat profesi dokter dipandang sebagai orang yang bersih, memiliki penghasilan yang sangat memadai sehingga mobil yang dimiliki akan sangat terawat. Dengan demikian mobil bekas seorang dokter akan memiliki kondisi yang baik dan layak untuk dibeli. Sebagai contoh yang lain adalah iklan telepon genggam bekas yang dilekati dengan pengguna perempuan, mengapa demikian? Karena di masyarakat perempuan identik dengan sifat yang lemah lembut, merawat, tidak aneh-aneh terutama terkait dengan teknologi, sehingga barang bekas pemakai perempuan menjadi lebih layak dibeli dibandingkan barang bekas pemakai berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dijelaskan melalui konstruksi sosial mengenai identitas gender laki-laki dan perempuan.

Apakah semua perempuan menggunakan barang yang dimiliki dengan baik seperti dirawat, digunakan secara hati-hati, tidak diutak-atik, tidak pernah jatuh atau terbentur karena selalu dilindungi, dan bersih? Sebagai contoh, seorang teman perempuan penulis memiliki telepon genggam dengan harga kelas high end dan selalu menggunakan model telepon genggam model terbaru. Teman penulis ini juga tergolong kelas ekonomi atas, setiap telepon genggam model terbaru keluar, teman penulis selalu membeli dan berganti telepon genggam. Setiap berganti telepon genggam yang baru teman-teman penulis lainnya berkata “wah ganti handphone ya, saya juga ingin”. Namun setiap kali teman penulis tersebut menjual telepon genggam lamanya karena telah memiliki telepon genggam yang baru, tidak satupun teman penulis yang lain membelinya sehingga teman penulis tersebut terpaksa menjual di countertelepon genggam atau iklan onlinedengan harga yang murah. Mengapa demikian? Karena teman-teman penulis mengetahui bagaimana cara penggunaan telepon genggamnya yang sangat jauh dari sifat feminin. Teman perempuan penulis tadi ketika menggunakan telepon genggam sangat kasar, misalnya saat mengisi baterai di meja kerja namun saat mengambil telepon genggam dengan cara menarik kabel pengisi baterai, saat makan menggunakan tangan sambil menggunakan telepon genggam sehingga layarnya sangat mudah kotor, kemudian beberapa kali terjatuh karena meletakkan di meja dengan cara melempar, sehingga dapat dibayangkan bagaimana kondisi telepon genggam tersebut. Contoh ini sekaligus menjawab pertanyaan sebelumnya apakah semua barang bekas pemakai perempuan selalu dalam kondisi baik dan lebih layak dibeli dibandingkan pemakai laki-laki.

Perempuan pada dasarnya memiliki sifat feminin namun tergantung pada individunya akan menerapkan sifat feminin tersebut atau tidak. Teman penulis tadi seorang perempuan, namun karena memang dari keluarga ekonomi mampu yang bentukan atau didikan di keluarganya sejak kecil terbiasa secara mudah mendapatkan barang, apapun yang diinginkan dapat dimiliki, dan kurang merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan atau membeli barang sehingga menggunakan barang yang dimiliki secara kurang baik.

Dengan tulisan ini, semoga membuat pembaca lebih berhati-hati dalam pembelian barang bekas. Jangan mudah tergiur untuk membeli barang bekas apabila terdapat keterangan penggunanya adalah perempuan. Belum tentu barang bekas yang dipakai perempuan selalu dalam kondisi baik. Perhatikan secara cermat kondisi barang selain fisik, fungsi, kelengkapan, catatan kerusakan sebelumnya, layanan purna jual, dan lama penggunaan barang sebelum memutuskan untuk membeli barang bekas.

Gambar Ilustrasi dari: https://www.merdeka.com