Brief Theraphy Clean Language, Paradigma Baru untuk Mengatasi Masalah fadjar August 28, 2015

Brief Theraphy Clean Language, Paradigma Baru untuk Mengatasi Masalah

Ilmu pengetahuan yang selalu berubah seiring perkembangan jaman,membuat manusia tak pernah puas untuk mencoba dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar lebih baik lagi. Maka tidak heran apabila setiap bidang ilmu pengetahuan akan selalu berubah demi kelangsungan hidup manusia. Contohnya dalam bidang ilmu Psikologi, telah dilakukan sebuah penelitian self Crituque atas pelaksanaan praktek konseling dan psikoterapi. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan Mental Research Institue (MRI) sekitar dekade 80-an dan akhirnya ditemukan sebuah paradigma baru, yaitu klien sebagai ahli dan penentu tujuan terapi. Dalam terapi ini, akan digali sumber daya dan simpton untuk dimanipulasi dengan mengumpulkan data kekuatan, keberhasilan, kebangggan klien, ateori dan beroreintasi solusi dan tentunya dapat mempersingkat waktu. Dimana paradigma dahulu bertolak belakang dengan paradigm baru ini, yaitu paradigma dahulu berkonsep bahwa terapis merupakan sebagai ahli dan penentu tujuan terapi, menggali akar masalah klien, menghilangkan simpton di konsep ini diperlukan sebuah assessment, diagnostic dan teori namun berientasi pada problem dan tentunya sering lama dan akan tidak tuntas.

Untuk memperkenalkan paradigma tersebut, Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) berkerjasama dengan Psikologi Ubaya mengadakan sebuah ‘Workshop Brief Theraphy Clean Language’ diRuang Serbaguna Fakultas Psikologi(SGFP). Workshop yang bertemakan “Pemanfaatan Paradigma Baru dalam Konseling, Psikoterapi dan Pembelajaran” ini dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari Rabu dan Kamis, 26-27 Agustus 2015, dengan Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog, sebagai narasumber. Beliau adalah Founder Indonesia Psychoteraphy Institue yang sudah sangat berpengalaman dalam bidangnya, serta sering menjadi seorang pembicara pada seminar Psikologi. Workshop ini ditunjukan kepada seorang psikolog, psikiater, pekerja sosial, dosen, guru, manajer, trainer, dan mahasiswa Program Profesi Psikologi.

“Peserta yang datang sekitar 32 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah, ada yang dari Semarang, Malang hingga dari Denpasar. Bukan itu saja, para alumni Ubaya program profesi S2 Psikologi juga antusias untuk mendapatkan pelatihan ini” jelas Dr. Dra. Setiasih, M.Kes., selaku ketua panitia workshop.

Pada hari pertama, mulai pukul 9.00 – 15.00 WIB, para peserta mendapat pelatihan terapikonseling secara singkat oleh narasumber atau disebut Brief Therapy. Lalu sore harinya pukul 15.00- 17.00 WIB, giliran semua peserta unjuk gigi dengan mempraktekan materi yang telah diberikan. Mereka tidak segan ketika diminta membentuk setengah lingkaran dengan duduk di lantai. Para peserta terlihat serius dan konsentrasi memperhatikan segala bimbingan dari narasumber.

Sedangkan pada hari kedua workshop, membahas tentang cara bagaimana mengajukan pertanyaan kepada klien untuk mengatasi masalah itu sendiri atau disebut Clean Languange. Dalam materi ini dijelaskan pula bagaimana seorang konselor agar mampu mengajukan pertanyaan berskala 10, yakni skala tertinggi untuk mencapai goal, yang berarti masalah tersebut telah mendapat solusi dari berbagai macam pertanyaan yang diajukan. Walaupun tidak mudah, para peserta terlihat antusias ketika pada sore harinya dilakukan simulasi berupa role playsecara berpasangan. Disediakan waktu selama 90 menit untuk saling bertukar peran menjadi konselor dan klien.

“Masalah yang ingin dikonsultasikan dalam simulasi cenderung dibebaskan, jadi setiap peserta dapat bercerita berbagai macam masalah. Setelah bercerita, peserta harus menuliskan permasalahan tersebut pada kertas ‘post it’sehigga tidak lupa permasalahan apa saja yang telah dibahas dan ditemukan solusinya,” ucap Asep. Lebih lanjut, Asep menjelaskan bahwa tujuan dari workshop ini bukanlah mendidik peserta menjadi seseorang yang pandai menasehati orang lain untuk mendapatkan solusi dari permasalahan, melainkan mendidik mereka agar menjadi pendengar dan penyimak yang baik.

“Teruslah berlatih, berlatih, dan berlatih. Percuma saja ketika mendapat ilmu tetapi tidak rajin berlatih,” pesan Dekan Fakultas Psikologi Ubaya, Prof. Dr. Yusti Probowati R., ketika menutup serangkaian acara. (rps, ka)