Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budayanya yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Warisan budaya tersebut merupakan hasil pengolahan akal budi nenek moyang bangsa Indonesia yang menggambarkan tentang kondisi, kehidupan, alam, relasi, spiritualitas, dan semangat khas Indonesia. Dengan demikian budaya bangsa yang merupakan warisan tersebut seharusnya dilestarikan oleh generasi penerus. Tantangannya saat ini adalah bagaimana melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia sedangkan generasi penerusnya sudah mulai banyak yang menilai budaya asing lebih tinggi dibandingkan dengan budaya bangsa Indonesia sendiri. Kemudian yang lebih memprihatinkan bahkan terdapat generasi penerus yang tidak mengenal budayanya sendiri. Menghadapi tantangan ini maka diperlukan adanya agen pelestari budaya bangsa agar budaya bangsa Indonesia tidak semakin tergerus oleh budaya asing.
Saat ini terdapat beberapa agen pelestari budaya bangsa. Paling dekat adalah orangtua di dalam sebuah sistem keluarga. Pelestarian budaya bangsa Indonesia dapat dimulai di dalam keluarga sejak anak-anak berusia dini. Medianya adalah melalui sosialisasi etnis atau rasial, dengan mengenalkan etnis atau ras yang dimiliki anak beserta budaya yang menyertainya. Orangtua juga harus memiliki pengetahuan tentang budaya etnis atau rasnya sehingga dapat melakukan sosialisasi dengan baik. Tantangannya saat ini adalah masih ada orangtua yang juga tidak mengenal budayanya karena tidak pernah mendapatkan sosialisasi budaya di masa lalu. Sehingga peran orangtua menjadi kurang optimal dalam sosialisasi budaya di dalam keluarga.
Agen pelestari budaya yang lain adalah melalui pendidikan baik pendidikan dasar, menengah, atau tinggi. Pendidikan dasar, menengah, atau tinggi merupakan pendidikan formal sehingga perannya sebagai agen pelestari juga bersifat formal. Melalui pendidikan memfasilitasi yang berminat mengenal, menekuni, dan mengembangkan budaya bangsa Indonesia. Pada momen tertentu hasil pembelajaran tersebut akan ditampilkan misalnya dalam acara peringatan hari besar keagamaan, hari besar nasional, dan pertukaran pelajar dengan negara asing.
Perorangan yang memiliki kecintaan tinggi terhadap budaya bangsa juga merupakan agen pelestari budaya bangsa. Mereka secara mandiri mengenalkan dan mengajarkan budaya bangsa yang dikuasai ke lingkungan sekitar tempat tinggal, lingkungan kerja, dan lingkungan relasi sosial yang lain. Beberapa dari mereka kemudian mendirikan wadah pembelajaran budaya bangsa seperti sanggar, padepokan, karang taruna budaya, pondok, dan sejenisnya. Melalui wadah pembelajaran yang dibuat pelestarian budaya diharapkan menjadi lebih luas cakupannya.
Di masa lalu, pengembangan budaya berpusat di kerajaan, keraton, atau pemerintahan. Saat ini masih ada beberapa kerajaan atau keraton di nusantara meskipun perannya tidak seperti dahulu di masa kerajaan. Namun beberapa kerajaan atau keraton di nusantara yang saat ini masih ada tetap berperan sebagai agen pelestari budaya bangsa. Beberapa kerajaan atau keraton di nusantara membuka dirinya sebagai area publik pariwisata dan secara tidak langsung mengenalkan budaya yang dimiliki. Dengan demikian peran pelestari budaya bangsa masih dapat diharapkan pada kerajaan atau keraton yang ada di Indonesia saat ini.
Sekarang, bagaimana dengan peran media? Media merupakan salah satu agen persebaran informasi yang sangat efektif karena keluasan aksesnya. Salah satu contohnya adalah majalah dan koran berbahasa Jawa dan Tionghoa. Generasi penerus yang tertarik dengan budaya Jawa atau Tionghoa dapat memanfaatkan media majalah atau koran tersebut. Dengan demikian media juga diharapkan menjadi salah satu agen pelestari budaya bangsa. Media yang saat ini aksesnya paling luas adalah televise. Pertanyaan berikutnya adakah saat ini media televisi yang konsisten menjadi agen pelestari budaya bangsa? adakah saat ini media televisi nasional selain televisi pemerintah yang berdedikasi tinggi menjadi agen pelestari budaya bangsa? Sepertinya tidak ada, kalaupun televisi-televisi tersebut menampilkan budaya bangsa lebih bersifat momental atau incidental. Bandingkan dengan jumlah acara-acara yang menampilkan budaya bangsa asing. Generasi muda lebih mengenal budaya Korea, budaya Jepang, dan bangsa asing lainnya melalui peran televisi tersebut. Sehingga perannya sebagai agen pelestari budaya bangsa tidak nampak secara optimal.
Selain televisi nasional, saat ini sudah banyak beroperasi televisi lokal. Apabila kita cermati beberapa kota di Indonesia memiliki televisi lokal. Salah satu kekhasan teleivisi lokal ini adalah selalu ada acara yang menggunakan bahasa lokal atau bahasa masing-masing daerah secara konsisten. Tidak hanya itu, beberapa slogan yang dibawa televisi lokal bernuansa semangat melestarikan budaya bangsa terutama kebudayaan lokal. Sehingga tidak mengherankan banyak acara dengan tema kebudayaan bangsa yang ditampilkan. Judul-judul acaranya juga disesuaikan dengan bahasa atau budaya. Peran media televisi seperti inilah yang dibutuhkan sebagai agen pelestari budaya bangsa meskipun akses atau jaringannya tidak seluas televisi nasional. Saat ini televisi lokal memang belum menjadi stasiun televisi favorit generasi muda, namun awak media tersebut juga terdiri atas generasi muda yang juga memiliki jaringan sehingga dapat menjadi agen pelestari budaya bangsa. Orangtua juga mulai dapat memanfaatkan akses televisi lokal tersebut untuk mempelajari budaya atau memanfaatkannya sebagai sosialisasi budaya kepada anak-anak. Mari kita berharap dan mendukung televisi lokal tetap konsisten sebagai agen pelestari budaya bangsa Indonesia.