Baik-Buruk Perilaku Anak, Tanggungjawab Orang Tua fadjar August 5, 2015

Baik-Buruk Perilaku Anak, Tanggungjawab Orang Tua

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Terdapat seorang Ibu yang datang kepada penulis menanyakan bahwa anak yang pendiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan dari orang dewasa itu adalah anak yang tidak pandai. Anak yang tidak bisa berbicara banyak atau kalimatnya terputus-putus menandakan kebodohan, benarkah begitu?. Benarkah pintar atau tidaknya anak-anak yang terpenuhi secara materi saat ini kembali hanya tergantung pada anak itu sendiri?. Ibu tersebut menceritakan orang tua telah bekerja keras untuk memberikan kehidupan yang lebih baik pada anak-anaknya. Ibu tersebut seringkali mengatakan kegagalan anak-anak adalah karena kebodohannya sendiri, sama sekali tidak berhubungan dengan lingkungannya terutama orang tuanya. Apakah pendapat ini dapat dibenarkan?

Kemudian bagaimana dengan perilaku anak-anak kecil yang selama bulan Ramadhan bermain petasan dan melemparkannya ke orang-orang yang sedang berkendara atau berjalan kaki? Saat seorang sopir angkot yang terkejut karena tiba-tiba dilempar petasan di pagi hari kemudian menjadi marah dan meludahi anak tersebut, orang tua si anak menjadi tidak terima dan berbalik marah-marah karena dikatakan sebagai orang tua yang tidak mampu mengasuh anak dengan baik. Orang tua si anak berkata perilaku anaknya yang bermain petasan tidak ada kaitannya dengan pengasuhan orang tua, apakah pendapat ini dapat dibenarkan?

Hal ini tentu adalah sebuah kesalahan besar. Dalam ilmu psikologi sendiri, ada beberapa pendapat tentang bagaimana perilaku itu terbentuk. Namun inti dari semua pendapat yang ada adalah perilaku sebagai hasil proses belajar dari setiap mahkluk hidup. Semua mahkluk, selain terkait dengan gen yang dibawanya, melakukan proses belajar yang dimulai dengan memodeling orang tua atau orang-orang terdekatnya yang kemudian berkembang menjadi mengadaptasi dari lingkungannya seturut dengan perkembangan kognitifnya. Jadi jangan heran jika anak anda banyak ditinggalkan dengan pembantu, anak anda akan lebih mirip dengan pembantu anda dibandingkan dengan anda.

Perumpamaan mudahnya, anak-anak bagaikan komputer atau gadget yang anda gunakan. Bagaimana gadget tersebut ada dan bagaimana spesifikasi bawaan yang ada didalamnya adalah urusan Yang Maha Kuasa. Anda memang tidak bisa memilih anak seperti anda memilih gadget anda, tapi bagaimana anda memperlakukan anak anda, bagaimana anda memilih untuk menginstall atau dalam hal ini mengajari anak anda, bagaimana anda memasukkan perintah dengan benar agar dapat menghasilkan hasil yang anda mau, pengambil keputusan ketika terjadi kerusakan atau kesalahan, semuanya adalah keputusan anda sebagai pengguna atau dalam hal ini, anda sebagai orang tua. Dua benda yang dibentuk sama persis pun, dapat berakhir berbeda karena setiap orang memperlakukannya dengan cara yang berbeda. Walaupun manusia memiliki kehendak bebas yang membedakannya dari alat-alat elektronik, namun jika caranya tepat, manusia juga diberikan akal budi agar mampu menjadi lebih baik setelah belajar dari kesalahan yang dibuat.

Berdasarkan dua contoh anak di tulisan ini, kita dapat belajar bahwa anak bisa menjadi korban dampak ketidakpedulian orang tua, misalnya si anak yang pendiam kurang terslimulasi berbicara dan berdiskusi dengan orang tua. Anak yang bermain petasan menjadi korban dampak ketidakpedulian orang tua tentang bermain petasan yang aman, hanya karena terpenuhi secara materi kemudian dapat membeli petasan sendiri tanpa pengasawan orang tua yang dampaknya membahayakan keselamatan orang lain. Anak-anak membutuhkan peran orang tua dengan baik. Jadilah orang tua yang bijak, jadilah anak yang semakin maju. Semoga tulisan ini berguna.

Sumber gambar: https://www.solopos.com