Komitmen Ubaya dan Belu, Demi Hari Esok yang Lebih Cerah fadjar April 29, 2015

Komitmen Ubaya dan Belu, Demi Hari Esok yang Lebih Cerah

Label sebagai kampus multikultural dibuktikan dengan gencarnya Ubaya dalam melakukan kerjasama dengan berbagai daerah di Nusantara. Salah satunya adalah kerjasama dengan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur yang baru saja disahkan Selasa, 21 April 2015, lalu. Acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kabupaten Belu dengan Universitas Surabaya ini bertempat di Meeting Room A lantai 2 Gedung International Village, menandakan langkah awal kerjasama ini. Dimana penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Prof. Ir. Joniarto Parung, M.M.B.A.T., Ph.D. selaku Rektor Universitas Surabaya dengan Sekertaris Daerah Kabupaten Belu.

Acara pembukaan dan penandatanganan MoU Kerjasama antara Kabupaten Belu dan Universitas Surabaya dibuka dengan sambutan dari Rektor Universitas Ubaya. Dalam sambutannya beliau menggambarkan betapa generasi muda di Indonesia bagian Timur memiliki potensi yang sama dengan generasi muda lainnya. Tak hanya itu dalam pertemuan kali ini Ubaya juga menampilkan bagaimana Ubaya sebagai kampus multikultural menunjukan keberagamannya. Sekaligus pengenalan berbagai fakultas yang sudah ada, dimulai dari Fakultas tertua yaitu Fakultas Farmasi, hingga Fakultas termuda yaitu Fakultas Industri Kreatif.

Acara ini tentu tidak hanya menjelaskan diri secara sepihak, tidak lupa Kabupaten Belu juga membuka dirinya untuk dikenali oleh pihak Ubaya. Kata “Belu” yang bermakna persahabatan seperti menggambarkan bagaimana kabupaten yang terletak di perbatasan ini menunjukkan persahabatannya dengan Universitas Surabaya. Namun kabupaten yang terletak di perbatasan antara Indonesia dengan Timur Leste ini, masih memiliki 14,5% penduduk miskin dan kebanyakan masyarakat yang hanya tamat SD, sehingga SDM yang dimiliki pun masih kurang. Menurut Prof. Dr. Yusti Prabowati R., selaku Dekan Fakultas Psikologi hal ini menarik karena kabupaten Belu dianggap mampu menggambarkan Indonesia secara keseluruhan. “Hal ini dapat dilihat dari bagaimana perempuan di sana dianggap sebagai warga Negara kelas dua.” Selain itu menurut beliau perlu ada perubahan cara berpikir masyarakatnya, sehingga mereka memiliki motivasi lebih tinggi untuk bekerja dan bersekolah.

Sedangkan bagi Dra. Nani Parfati, M.S., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi, dibutuhkan pembangunan pelayanan kesehatan yang memadai di daerah perbatasan sehingga dengan pelayanan itu diharapkan akan mendatangkan penduduk Timur Leste berobat ke Indonesia, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat NTT khususnya Kabupaten Belu. Dari Fakultas Farmasi sendiri akan membantu dari segi pengembangan pelayanan kesehatan dengan mengirimkan apoteker-apoteker terbaik mereka.

Dari segi lingkungan Dr.rer.Nat. Maria Goretti selaku dekan Fakultas Teknobiologi akan membantu dengan mengajarkan pengolahan tanaman khususnya sebagai pakan ternak yang murah sehingga dapat mendukung peternakan dan pertanian di Kabupaten Belu. Dan dari sumber daya manusia, Ir. Benny Lianto Effendy Sabema, M.M.B.A.T., selaku Direktur Politeknik Ubaya, menawarkan pelatihan untuk para pegawai daerah disana supaya mereka memiliki sistem administrasi dan keuangan yang baik, sehingga dana yang diberikan oleh pemerintah dapat digunakan dengan maksimal.

Selain itu pengembangan kreativitas pun dibutuhkan oleh warga Belu dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga tidak ada lagi angka pengangguran di dalam Kabupaten Belu. Diskusi ini memberi inspirasi yang tak pernah terpikirkan oleh pemerintah Kabupaten Belu sebelumnya. Dengan langkah yang mantap kedua belah pihak kemudian menandatangani kerjasama MoU untuk memulai kerjasama yang diawali melalui Fakultas Kedokteran yang akan segera didirikan. (lan)