Learning Beyond The Classroom : Studi Eskursi di Pusat Rehabilitasi Yakkum fadjar April 23, 2015

Learning Beyond The Classroom : Studi Eskursi di Pusat Rehabilitasi Yakkum

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Pembelajaran bagi penyandang disabilitas memiliki kekhasan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami disabilitas. Peran fungsi psikologis seperti sensasi, persepsi, memori, perhatian, pengenalan pola sangat penting dalam proses pembelajaran tersebut. Itulah yang ditangkap pertama kali oleh 24 mahasiswa mata kuliah Psikologi Umum dan Psikologi Kognitif saat studi eskursi dengan melihat proses pembelajaran bagi anak penyandang disabilitas di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta pada tanggal 17 April 2015. Studi eskursi ini diadakan sebagai bentuk pengayaan pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah Psikologi Umum dan Psikologi Kognitif.

Banyak hal yang dipelajari mahasiswa dalam studi eskursi tersebut, pertama pengalaman berinteraksi secara langsung dengan penyandang disabilitas. Bersentuhan secara fisik, berkomunikasi secara verbal dan non verbal sehingga dapat merasakan secara langsung kondisi kehidupan penyandang disabilitas. Melalui interaksi yang dibangun, mahasiswa dapat mengenal profil penyandang disabilitas sehingga dapat belajar dari kehidupan mereka terutama menyukuri kehidupan, kemauan belajar, dan memberi arti pada kehidupan dengan keterbatasan yang dimiliki menjadi kelebihan yang dapat bermanfaat.

Mahasiswa juga belajar bermain peran menjadi seorang penyandang disabilitas. Mahasiswa berperan menjadi penyandang tuna netra, tuna rungu, penyandang tuna daksa, dan harus melalui proses evakuasi dalam kondisi bencana alam. Tidak mudah memainkan peran-peran tersebut karena mahasiswa harus menghadapi berbagai rintangan yang dibuat sedemikian rupa, misalnya dengan menggunakan kursi roda asli dalam proses evakuasi. Di awal bermain peran, nampak beberapa mahasiwa kurang serius namun saat diingatkan bahwa di Yogyakarta sering terjadi bencana dan Pusat Rehabilitasi Yakkum sering terdampak dan menjadi rujukan perawatan korban bencana, mahasiswa menjadi lebih serius dalam bermain peran hingga menyelesaikan tantangan yang diberikan.

Sesi yang cukup emosional nampak terjadi ketika mahasiswa peserta studi eskursi bermain peran dalam proses psikososial dan advokasi penyandang disabilitas. Mahasiswa harus menjadi kominitas yang di dalamnya terdapat penyandang disabilitas dan komunitas tersebut berusaha untuk menyekolahkan penyandang disabilitas pada sekolah umum dan mengalami penolakan. Berbagai upaya dilakukan mahasiswa dalam perannya tersebut agar penyandang disabilitas dapat diterima bersekolah, namun semua upayanya sia-sia karena ditolak dengan berbagai alasan yang dapat diterima. Di sinilah mahasiswa mengalami rasa frustrasi, konflik dalam komunitas, dan rasa kecewa yang sangat terlihat sehingga meskipun tetap ada upaya bercanda namun unsur emosi tetap terlihat menonjol. Di akhir sesi semua perasaan mahasiswa dalam bermain peran advokasi direfleksikan oleh fasilitator yang juga merupakan penyandang disabilitas.

Terakhir, tujuan utama dari studi eskursi ini adalah mahasiswa membuat alat ataupun metode yang dapat membantu proses pembelajaran penyandang disabilitas. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan berinteraksi dengan berbagai subjek penyandang disabilitas. Setiap kelompok harus membuat alat bantu pembelajaran berdasarkan pada analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Sehingga studi eskursi ini memiliki dua tujuan, pertama memperkaya pembelajaran mahasiswa di luar kelas dan yang kedua adalah pengabdian masyarakat dengan membuat rancangan alat bantu dan metode pembelajaran berbasis fungsi psikologis bagi penyandang disabilitas. Rancangan alat bantu ini akan diwujudkan menjadi prototypedan wujud jadi sehingga benar-benar dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran penyandang disabilitas.