Italydia Grace Violita, Bermula Kontes Kecantikan, Kini TerlibatAdvokasi Hukum fadjar January 19, 2015

Italydia Grace Violita, Bermula Kontes Kecantikan, Kini TerlibatAdvokasi Hukum

Terinspirasi Mama, Rintis Pendampingan Perkara

Memiliki wajah cantik dan telah mengikuti beberapa kontes kecantikan, Italydia Grace Violita malah ingin menjadi pengacara prodeo. Ibu dan tantangan yang menuntunnya mewujudkan mimpi itu.

MIFTAKHUL F.S.

SEORANG perempuan muda nan cantik terlihat begitu santai masuk ke ruang penyidik Reserse Mobile (Resmob) Satreskrim Polrestabes Surabaya Jumat siang (16/1). Dia sama sekali tidak canggung. Semua orang di ruangan disalami satu per satu. Perempuan itu tampak begitu akrab saat berbincang dengan para penyidik yang sibuk bekerja. Sesekali tawa juga terlepas dari bibirnya. Perempuan muda tersebut adalah Italydia Grace Violita. ‘Mereka (para penyidik, Red) memang tegas-tegas. Tapi, mereka dasarnya baik,’ katanya.

Vio -begitu sapaan Italydia Grace Violita- memang bukan sekali itu bertandang ke ruang penyidik resmob. Gadis 23 tahun itu sudah berulang-ulang ‘main’ ke tempat tersebut. Vio bertamu kali pertama pada 2013. Ketika itu dia datang untuk melaporkan kasus pencurian yang terjadi di rumahnya. Uang Rp 4 juta dan beberapa barangnya raib kala itu.

Awalnya Vio memang canggung, tapi kemudian menjadi terbiasa. Apalagi dia juga kerap mengantarkan mamanya, Juliana Heriatiningsih, riwa-riwi ke ruang penyidik di Satreskrim Polrestabes Surabaya. Baik ke resmob, jatanum, maupun unit perlindungan perempuan dan anak. Juliana merupakan pengacara kasus-kasus prodeo. Dia kerap mendampingi tersangka-tersangka kejahatan kelas kakap tanpa memungut sepeser pun bayaran. Dengan kebiasaan itu, Vio pun lebih akrab dengan para penyidik. Itu terlihat saat kedatangannya Jumat lalu. Vio begitu enjoy.

Vio mengungkapkan, kedatangannya ke polrestabes itu bukan tanpa alasan. Dia membantu pengurusan pinjam pakai mobil tersangka pembunuhan, Alex Hermawanto, dan istrinya, Riene Manasye. Rencananya, mobil tersebut dipakai keluarga Alex.

‘Saat ini saya memang diminta mama untuk membantu mengurus pinjam pakai mobil milik kliennya. Kata mama, ini merupakan proses pembentukan karakter sebelum saya menjadi pengacara,’ jelasnya.

Vio menegaskan tidak berkeberatan dengan permintaan mamanya. Sebab, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Wakil II Cak dan Ning Surabaya 2013 tersebut memang ingin menjadi pengacara. Vio ingin menapaki jejak mamanya.

Vio pun tidak sekadar ingin. Setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) pada 2014, dia berusaha belajar dengan magang di kantor mamanya. Dia pun mulai banyak dilibatkan dalam pendampingan kasus-kasus hukum.

Bagi Vio, hal tersebut merupakan pelajaran berharga yang mungkin sulit didapatkan calon pengacara lain. Demi ilmu, dia tidak risi berbincang dengan para tersangka. ‘Saya memang menyukai tantangan. Bagi saya, hal seperti ini justru lebih hidup daripada hanya duduk-duduk manis,’ tegas perempuan yang juga pernah dinobatkan sebagai Putri Indonesia Persahabatan Jawa Timur itu.

‘Umumnya lulusan hukum yang perempuan itu kerja kantoran atau jadi notaris. Tapi, sekali lagi saya tidak mau sekadar duduk-duduk manis. Saya ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya tantangan,’ ungkapnya.

Vio sadar bahwa menjadi pengacara, apalagi pengacara prodeo seperti mamanya, mengundang banyak risiko. Misalnya, yang pernah disaksikan Vio beberapa tahun silam, saat mengantarkan mamanya ke tempat persidangan. Saat itu mamanya dilempari keluarga korban dan diamankan ke ruang tahanan pengadilan. ‘Tapi, kerja di mana pun kan tetap ada risikonya. Saya kira itu wajar,’ katanya. (*/c7/git)

Sumber: Jawa Pos, 19-01-2015