Waspada Bencana Hidrometeorologi di Musim Hujan fadjar December 15, 2014

Waspada Bencana Hidrometeorologi di Musim Hujan

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Indonesia merupakan negara yang memiliki kerawanan bencana. Dengan kondisi Indonesia yang terletak di lingkaran cincin api dan pertemuan tiga lempeng utama bumi, Indonesia rawan mengalami bencana erupsi gunung berapi dan gempa bumi. Ditambah lagi sebagai negara kepulauan Indonesia berada pada posisi geografis dan hidrologis terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, serta terletak di antara dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik yang ditandai dengan gejolak cuaca dan iklim yang berubah-ubah berdampak curah hujan tinggi dan badai tropis sehingga rawan mengalami bencana banjir, angin kencang, dan tanah longsor.

Dengan kondisi demikian, maka wajar apabila Indonesia menjadi negara dengan kerawanan bencana yang tinggi dari tinjauan komponen hazards untuk bencana geologi dan hidrometeorologi. Bencana alam yang sering terjadi dan menimbulkan korban jiwa di Indonesia adalah gunung meletus, tsunami, gempa bumi, angin puting beliung dan banjir. Biasanya puncak bencana hidrometeorologi terjadi pada bulan Desember hingga bulan Februari saat Indonesia memasuki puncak musim hujan yang ditunjukkan dengan banyaknya bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi. Sebagai contoh di awal musim hujan pada bulan Desember 2014, di beberapa daerah di Indonesia seperti Ngawi, Madiun, Jember, Gresik, dan Surabaya telah mengalami bencana angin puting beliung. Kemudian bencana tanah longsor Desember 2014 di Banjarnegara Jawa Tengah yang menimbulkan kerusakan fisik dan korban jiwa.

Bencana alam meskipun dampak dari kondisi geografis dan geologis Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia. Misalnya saja tanah longsor penyebabnya terdiri atas dua yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam terdiri atas adanya bekas longsoran lama, bidang diskontinuitas, kemiringan lereng, kondisi tanah, struktur geologi, kondisi batuan, litologi (pelapukan batuan), curah hujan, kandungan pori tanah, pengikisan tanah (erosi), getaran, aktivitas gunung berapi, dan susutnya permukaan air.

Sedangkan faktor penyebab yang berasal dari manusia adalah penggundulan hutan, pemotongan tebing, kegiatan industri, tata kelola lahan pertanian yang tidak tepat, sistem drainase pada lereng gunung atau bukit yang kurang baik, pemompaan air tanah, daerah pembuangan sampah di lembah atau sekitar lereng, kegiatan budi daya ikan dengan membuat kolam di atas lereng bukit, penimbunan material untuk perluasan pemukiman penduduk karena struktur penimbunan tidak padat, dan beban tambahan misalnya pembangunan gedung, jalan raya, dan penimbunan material di sekitar lereng.

Dengan dua faktor penyebab bencana alam tanah longsor tersebut maka resiko bencana alam akan semakin besar sesuai dengan rumus fungsi resiko yaitu high hazardsdan high vulnerability. Begitu juga dengan bencana banjir, merupakan dampak dari interaksi antara dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam antara lain curah hujan yang tinggi di atas normal, gelombang badai tropis, dan banyaknya sungai yang mengalir di daerah Indonesia. Faktor manusia antara lain penggundulan hutan, perubahan tata guna lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air, penyempitan serta pendangkalan daerah aliran sungai, perluasan dan pertumbuhan jumlah bangunan yangmengurangi jumlah daerah resapan air, daerah hutan lindung dibuka sebagai daerah pertanian dan daerah industri. Dengan demikian sama halnya bencana alam tanah longsor, bencana alam banjir berisiko besar terjadi di Indonesia karena high vulnerabilitydan high hazards.

Sumber :

Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S. S., Santoso, M. (2014). Issue kontemporer psikologi bencana. Sidoarjo : Dwi Putra Pustaka Jaya.