Mahasiswa Ubaya rancang lampu berbahan benang jahit fadjar October 22, 2014

Mahasiswa Ubaya rancang lampu berbahan benang jahit

Mahasiswa Ubaya rancang lampu berbahan benang jahit

Surabaya (ANTARA News) – Mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya Juvens Urjel merancang lampu belajar, lampu meja, dan lampu dinding berbahan dasar benang jahit.

‘Idenya dari Light Craff yang merupakan UKM di dekat Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya Barat yang menggeluti hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit,’ katanya di kampus setempat, Selasa.

Menurut dia, UKM itu juga sudah melakukan ekspor produk lampu benang itu. ‘Jadi, hal itu menandakan pasar/market produk ini sudah jelas dan diterima masyarakat luar negeri,’ katanya.

Oleh karena itu, alumni SMAK Carolus Surabaya itu pun berkreasi dengan bentuk yang berbeda dan ada sentuhan kayu sebagai pemanis untuk memberi ‘sentuhan lebih’ pada ‘Light Craff’ agar lebih berkembang.

‘S-Tube Lamp adalah nama produk kreasi kami yang tetap mempertahankan konsep bahan dasar benang jahit. S-Tube Lamp terdiri dari tiga bentuk, yakni lampu belajar, lampu meja, dan lampu dinding,’ katanya.

Cara pembuatan diawali dengan membuat barisan benang jahit yang diletakkan di atas akrilik. Setelah jumlah barisan benang mencukupi kemudian diberi lem.

‘Ditunggu sampai lem mengering, kemudian ditarik menjadi lembaran benang. Lembaran benang ini dibentuk sesuai dengan pola atau bentuk yang diinginkan,’ katanya.

Selanjutnya, pola yang ada dikaitkan dengan ornamen tambahan berupa penyangga lampu yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu sisa peti kemas supaya biaya prosuksi minimal.

Kayu dibentuk dengan dipahat, lalu dilekatkan lampu benang yang sudah dibentuk dan akhirnya diberi instalasi lampu sekitar 5-10 what, sekaligus listriknya.

Dengan biaya produksi Rp100 ribu per produk, ia optimistis produknya mampu bersaing di tengah maraknya handy craff lainnya. Juvens pun memasarkan produknya melalui social media.

Hampir sama dengan Juvens, Brian Wijaya dari jurusan yang sama dengannya, membuat kreasi tas dari bahan kulit. Mahasiswa asal Kota Malang ini memilih UKM Dewi Bralin dengan produknya olahan kulit sapi dan kerbau menjadi aksesoris bermotif Indian.

‘Produk UKM Dewi Bralin yang berada di kawasan Buduran Sidoarjo itu berupa dompet, hand back, serta tas selempang,’ kata anak sulung dari pasangan Endy Wiyono dan Rinny Ratnawatie itu.

Brian pun mulai mengamati produk UKM Dewi Bralin yang hanya ‘segmented’ kepada wanita, sehingga Brian menambahkan produk olahan kulit sapi dan kerbau dengan back pack (tas punggung) yang dapat dipakai kaum pria.

‘MACOLE singkatan dari Masculine Cow Leather adalah nama produk buatan saya. Selain desain Indian bisa dikonsumsi pria dan wanita, saat ini pria sudah mulai banyak yang memperhatikan detail penampilan. Apa salahnya saya membuat tas ini untuk kaum saya,’ ulasnya.

Cara pengerjaan bahan kulit didapat dari UKM Dewi Bralin kemudian dibuat pola diatas kulit, digunting kemudian direkatkan dengan latex untuk menggabungkan bagian satu dengan yang lain. Setelah itu dilubangi pada bagian samping sebagai pemanis. Sedangkan untuk tali direkatkan menggunakan latex kemudian disambung dengan bagian lain dengan bantuan kancing mata itik. Setelah itu disulam.

‘Karena ini produk kolaborasi antara UKM Dewi Bralin dan MACOLE, m Maka logo yang dipakai MACOLE sama seperti Dewi Bralin hanya saja bagian tengah ada penambahan,’ katanya.

Sumber: https://www.antaranews.com

S-Tube Lamp Benang Jahit Sukses Lewat Sosial Media

suarasurabaya.net – Juvens Urjel mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Universitas Surabaya (Ubaya) memilih mengembangkan Light Craff. Sebuah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak dibidang hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit.

‘Produk ini sudah dieksport, dan itu berarti pasar atau market produk ini sudah jelas dan diterima masyarakat luar negeri. Itu kemudian yang menantang untuk berkreasi serta membuat model atau karya bari yang lebih menarik. Dan dengan sentuhan kayu, menjadi lebih bagus,’ papar Juvens.

S-Tube Lamp nama produk kreasi alumni SMAK Carolus Surabaya ini. Tetap mempertahankan konsep bahan dasar benang jahit. S-Tube Lamp terdiri 3 bentuk, Lampu Belajar, Lampu Meja, Lampu Dinding.

Diatas akrilik, benang jahit dijajar sedemikian rupa menggunakan lem. Setelah mengering, lembaran benang jahit itu dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan pola yang dibentuk, lalu dikaitkan dengan kayu yang fungsinya menjadi penyanggah lampu.

Kayu yang dipilih Juvens adalah kayu sisa Peti Kemas untuk menekan biaya produksi. Kayu dibentuk dengan dipahat lalu dilekatkan lampu benang yang sudah dibentuk. Pada bagian akhir dipasangkan instalasi lampu berkekuatan antara 5 sampai 10 watt.

Dengan biaya produksi 100 ribu rupiah per produk, Juvens optimis produknya mampu bersaing ditengah maraknya produk handy craff lainnya. Dan yang tak kalah menariknya, produk Juvens Urjel ini dipasarkan melalui sosial media.

Wyna Herdiana S.T., M.Ds kepala program studi Desain Manajemen Produk Ubaya, menegaskan bahwa karya para mahasiswa ini cukup berhasil untuk mengangkat UKM sehingga bisa bersaing dipasar handy craft. ‘Karya mereka memang sudah layak dipasarkan,’ tegas Wyna Herdiana pada suarasurabaya.net, Selasa (21/10/2014).(tok/ipg)

Sumber: SuaraSurabaya.Net

Uniknya Lampu dari Benang Jahit

SURYA Online, SURABAYA ndash; Membuat sebuah produk tak hanya asal jadi, tetapi dibutuhkan sentuhan berbeda. Hal ini yang dilakukan Juvens Urjel, mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya saat memodifikasi lampu dari benang jahit dipadu kayu bekas dan diberi label S-Tube Lamp.

Hasil karya untuk memenuhi tugas mata kuliah Proyek Desain Project (PDP) 4 ini terinspirasi produk sejenis yang dihasilkan UKM Light Craff yang berlokasi di dekat Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya Barat.

Produk Light Craff berupa hiasan lampu berbentuk bola terbuat dari benang jahit. Produk ini sudah diekspor ke sejumlah negara.

“Ini, menandakan pasar atau market produk ini sudah jelas dan diterima di masyarakat luar negeri,”kata Juvens saat ditemui di ruang seminar Gedung International Village, Kampus Ubaya Tenggilis, Selasa (21/10/2014).

Berawal dari itu mahasiswa semester 7 ini lalu memulai kreasinya dengan bentuk berbeda dan sentuhan kayu sebagai pemanis serta tetap mempertahankan konsep bahan dasar benang jahit.

Ada tiga bentuk S-Tube Lamp yakni lampu belajar, lampu meja, lampu dinding.

Cara membuatnya diawali dengan membuat barisan benang jahit yang diletakkan di atas akrilik. Setelah jumlah barisan benang cukup, lalu diberi lem. Ditunggu sampai lem mengering kemudian ditarik menjadi lembaran benang.

Lembaran benang inilah yang dibentuk sesuai dengan pola atau bentuk yang diinginkan. Setelahnya dikaitkan dengan ornamen tambahan berupa penyangga lampu yang terbuat dari kayu. Kayu yang dipakai Juvens kayu sisa peti kemas. Ini dimaksudkan untuk menekan biaya profduksi.

Kayu ini dibentuk dengan dipahat lalu dilekatkan lampu benang yang sudah dibentuk. Terakhir diberi instalasi lampu sekitar 5-10 what sekaligus listriknya.

Dengan biaya produksi 100 ribu rupiah per produk, Juvens optimis produknya mampu bersaing di tengah maraknya handy craff lainnya. “Produk ini sudah saya pasarkan melalui media sosial,”kata Juvens.

Wyna Herdiana, Kepala Program Studi Desan Manajemen Produk, Ubaya mengatakan dalam mendesain produk harus memerhatikan nilai estetika, bernilai jual tinggi, membuat brand baik logo maupun nama produk, cara mempromosikan serta manajemen produknya.

“Tahun ini saya membuat tema pemberdayaan UKM, mahasiswa saya minta berinovasi atau memberikan sentuhan berbeda dari UKM khususnya di Jawa Timur. Ya, sekalian mereka belajar siapa tahu kelak menjadi wiraswasta”, ungkapnya.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com

Mahasiswa Ubaya ‘Sulap’ Benang Jahit dan Kayu Bekas Jadi Lampu

KBRN, Surabaya: Unik, reatif, ekonomis, namun bernilai seni tinggi, ungkapan yang bisa disematkan kepada karya Juvens Urjel, mahasiswa semester 7 Program Studi Desain Manajemen Produk, Universitas Surabaya (Ubaya). Jenis Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dipilih Juvens adalah Light Craff.

UKM ini berada di dekat Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya Barat. Light Craff adalah UKM yang menggeluti hiasan lampu berbentuk bola yang terbuat dari benang jahit, serta memanfaatkan kayu bekas.

‘Sudah sampai diekspor produk lampu benang ini, menandakan pasar atau market produk ini sudah jelas dan diterima di masyarakat luar negeri. Sehingga tidak ada salahnya saya berkreasi dengan bentuk yang berbeda dan ada sentuhan kayu sebagai pemanis,’ ungkap Juvens, sapaan akrapnya, Selasa (21/10/2014).

S-Tube Lamp nama produk kreasi alumni SMAK Carolus Surabaya ini, tetap mempertahankan konsep bahan dasar benang jahit. S-Tube Lamp terdiri 3 bentuk, lampu belajar, lampu meja dan lampu dinding.

Dengan biaya produksi 100 ribu rupiah per produk, Juvens optimis produknya mampu bersaing di tengah maraknya handy craff lainnya. Juvens memasarkan produknya melalui social media.

‘Setahu saya, Brian sudah mambantu menjualkan produk UKM Dewi Bralin sebanyak 100 buah untuk desain yang dia buat,’ tambah Wyna Herdiana S.T., M.Ds. selaku kepala program studi Desan Manajemen Produk.

Juvens tidak pelit ilmu, dirinya berbagi cara membuat S-Tube Lamp ini, pertama membuat barisan benang jahit yang diletakkan diatas akrilik, setelah jumlah barisan benang mencukupi kemudian diberi lem, ditunggu sampai lem mengering kemudian ditarik menjadi lembaran benang.

Lembaran benang ini dibentuk sesuai dengan pola atau bentuk yang diinginkan, kemudian dikaitkan dengan ornamen tambahan berupa penyangga lampu yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan Juvens adalah kayu sisa peti kemas untuk meminimalisir biaya prosuksi.

‘Kayu dibentuk dengan dipahat lalu dilekatkan lampu benang yang sudah dibentuk. Terakhir diberi instalasi lampu sekitar 5-10 what sekaligus listriknya,’ jelasnya. (Anik H/AKS)

Sumber: https://rri.co.id