Refleksi Hari Pramuka Indonesia : Pramuka dan Pendidikan Karakter fadjar August 13, 2014

Refleksi Hari Pramuka Indonesia : Pramuka dan Pendidikan Karakter

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Di bulan Agustus terdapat dua hari besar nasional yang diperingati bangsa Indonesia. Pertama tentu saja tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Dirgahayu Republik Indonesia dan yang kedua adalah hari Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Pramuka merupakan singkatan Praja Muda Karana yang artinya orang muda yang suka berkarya. Banyak orang yang mengetahaui singkatan Pramuka tapi banyak juga yang tidak mengetahui artinya. Keanggotaan Pramuka terbagi menjadi 4 berdasarkan pada usia yaitu golongan siaga (7-10 tahun), golongan penggalang (11-15 tahun), golongan penegak (16-20 tahun), dan golongan pandega (21-25 tahun). Pramuka merupakan organisasi pendidikan non formal di luar pendidikan sekolah dan keluarga yang termasuk pendidikan karakter. Hal ini nampak pada tujuan gerakan Pramuka, lagu, kode kehormatan, dan metode kepramukaan.Mari kita cermati satu persatu tujuan, lagu, kode kehormatan, dan metode kepramukaan.

Tujuan gerakan pramuka pada intinya membentuk pribadi yang berkarakter yaitu pertama memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani. Kedua menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan. Dari tujuan nampak bahwa Pramuka berfokus pada pendidikan karakter yang menekankan pada hati nurani (heart start).

Hymne gerakan Pramuka juga menyimbolkan pendidikan karakter, cuplikan lagunya sebagai berikut. ‘Kami Pramuka Indonesia, Manusia Pancasila, Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan, agar jaya Indonesia, Indonesia tanah airku, Kami jadi pandumu’. Terdapat dua kata kunci dalam lagu tersebut yaitu Satya dan Dharma, yang merupakan Kode Kehormatan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasa Dharma. Trisatya Pramuka terdiri atas tiga janji Pramuka yaitu pertama menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila. Kedua menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri/ikut serta membangun masyarakat. Ketiga menepati dasa darma.

Dasa darma meruapakan sepuluh moral gerakan Pramuka sebagai berikut 1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, 3) Patriot yang sopan dan kesatria, 4) Patuh dan suka bermusyawarah, 5) Rela menolong dan tabah, 6) Rajin, terampil, dan gembiria, 7) Hemat, cermat, dan bersahaja, 8) Disiplin, berani, dan setia, 9) bertanggung jawab dan dapat dipercaya, 10) suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dalam dasa darma Pramuka makin nampak secara operasional bahwa Pramuka merupakan pendidikan karakter.

Dalam peringatan hari Pramuka 14 Agustus, yang menjadi bahan renungan adalah mengapa dengan adanya gerakan Pramuka degradasi moral generasi muda bangsa Indonesia makin meningkat sehingga akhirnya diberlakukan pendidikan karakter secara formal di sekolah. Terdapat dua analisis, yang pertama tidak banyak lagi generasi muda yang mengikuti gerakan Pramuka. Pramuka dianggap kurang bergengsi dan hanya dinilai identik dengan aktivitas berkemah dan tali temali. Kedua, banyak sekolah yang tidak menjalankan metode kepramukaan, pramuka hanya dilakukan secara formal dengan menggunakan seragam Pramuka di hari tertentu tanpa melakukan aktivitas kepramukaan dengan metode kepramukaan. Bahkan tidak banyak sekolah yang memperingati hari jadi Pramuka.

Metode kepramukaan seperti pengamalan kode etik pramuka terutama Trisatya dan Dasadarma dilakukan secara interaktif progresif dengan belajar sambil melakukan (experiential learning). Kegiatan yang dilakukan secara berkelompok untuk membentuk kerjasama dan juga berkompetisi sehingga memperkuat kemandirian, kooperasi, independensi, dan daya juang. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan tetap membutuhkan kehadiran dan peran orang dewasa sebagai pembimbing, pendorongn dan pemberi dukungan. Alangkah baiknya apabila sekolah mengaktifkan kembali kegiatan ekstrakurikuler pramuka beserta kegiatannya dengan didasarkan metode kepramukaan sebagai bentuk pendidikan karakter. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam semua tingkatan pendidikan dasar di Indonesia mulai SD, SMP, dan SMA dan Pendidikan Tinggi karena masih terakomodasi usia keanggotaan Pramuka mulai dari golongan siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Masing-masing golongan memiliki kekhasan pendidikan karakter sesuai dengan tahapan perkembangan usia.

Secara pribadi penulis mengapresiasi generasi muda yang aktif di gerakan Pramuka dan menjalankan kegiatan didasarkan metode kepramukaan. Nampak karya nyata generasi muda tersebut dalam beberapa kegiatan sosial yang dapat mengasah karakter misalnya membantu penumpang arus mudik dan balik selama Idul Fitri 1433, 1434, dan 1435 di beberapa stasiun dan terminal. Terdapat keterlibatan relawan dari Pramuka dalam penanganan beberapa bencana gempa Bantul, erupsi Merapi, dan erupsi Kelud. Semoga masih banyak karya nyata dihasilkan dari generasi muda Pramuka yang menggambarkan keberhasilan pendidikan karakter.