Kunjungan Universitas Surabaya (disingkat Ubaya) ke Kabupaten Kutai Barat (disingkat Kubar) fadjar June 9, 2014

Kunjungan Universitas Surabaya (disingkat Ubaya) ke Kabupaten Kutai Barat (disingkat Kubar)

Oleh : Tjie Kok

Pada tanggal 30 April ndash; 4 Mei 2014, tim dari Ubaya yang terdiri dari Bapak Agus Wijaya, Tjie Kok, Ibu Tjandra berkesempatan mengunjungi Kabupaten Kubar untuk melakukan sosialisasi tentang program studi di Ubaya sekaligus mengadakan seleksi calon mahasiswa baru yang mendapat pendanaan dari pemerintah kabupaten Kutai Barat (sebanyak 5 siswa) serta calon mahasiswa baru dengan biaya mandiri. Kegiatan berlangsung di SMA Negeri I Sendawar. Kunjungan ini sekaligus juga merupakan kunjungan balasan dari Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kubar beserta staf yang berkenan mengunjungi Ubaya sebelumnya.

Mengunjungi kabupaten dengan penduduk hanya sekitar 120 ribu jiwa ini (bandingkan dengan Surabaya yang sekitar 2,8 juta jiwa) serasa sangat mengesankan. Sekalipun udara sangat panas dan lembab (seperti di Surabaya), kecuali di dalam kamar hotel tentunya, namun “penderitaan” tersebut tidak sebanding dengan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang lain. Udara yang masih segar (ga kayak di Jawa yang banyak polusi), keramahtamahan para “guide” dan kolega yang ada, keseriusan para pelajar dan beberapa guru serta orang tua dalam mendengarkan dan keaktifan mereka dalam menggali informasi yang diperlukan untuk masa depan mereka serta minat pendaftar yang sangat tinggi ke Ubaya (jauh melebihi apa yang dibayangkan) demi masa depan mereka, makanan (khususnya ikan dan sea food) yang nikmat, tata ruang kota yang baik, infrastruktur jalan yang “rata-rata” baik, budaya dayak yang unik adalah sederet hal mengesankan yang dirasakan di kabupaten ini.

Perjalanan kami diawali dengan penerbangan dari Surabaya ke Bandara Sepinggan di Balikpapan dengan Lion Air dan dilanjutkan dengan Kalstar ke Bandara Melak di Sendawar. Di sana kami disambut dengan sangat ramah oleh Ibu Lily dan Bapak Eri, yang juga berkenan mengantar kami ke tempat penginapan dan tempat-tempat lainnya pada hari-hari berikutnya.

Pandangan kami tentang Kabupaten Kubar: penduduknya masih belum maju lah karena di pedalaman, keadaan ekonomi penduduk masih jauh di bawah penduduk di Jawa lah, infrastrukturnya belum tertata rapi lah, sirna seketika saat sore harinya Bapak Ampeng, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Kubar, berkenan mengajak kami jalan-jalan berkeliling Kubar. Cara hidup penduduk sudah lumayan maju, bahkan secara rata-rata keadaan ekonomi mereka “cukup makmur”, melebihi rata-rata penduduk di Jawa. Setiap keluarga paling tidak mempunyai sepeda motor, bahkan banyak di antara mereka memiliki mobil pribadi. Selain mencerminkan keadaan ekonomi yang rata-rata baik (Pendapatan Asli Daerah kabupaten ini cukup besar oleh karena sumber daya batu bara, karet, sawit), hal ini juga dimaklumi karena BELUM TERDAPAT ANGKUTAN UMUM di sana. Infrastruktur cukup tertata dengan baik, pembangunan jalan, gedung-gedung sangat ekstensif di sana, bahkan saat ini sedang dilakukan pembangunan Islamic center, Christian center dan Catholic center serta mall yang pertama di sana. Pembangunan pusat-pusat keagamaan juga mencerminkan kehidupan yang rukun di antara para penganut agama di sana (semoga hal ini dapat terus berlangsung, hindari pengaruh buruk dari pengacau-pengacau yang mungkin datang dari luar).

Pemimpin Kubar (Bupati Ismail Thomas beserta jajarannya) yang visioner tercermin dari pembangunan prasarana dan sarana yang sangat ekstensif dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kubar, termasuk upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemberian beasiswa oleh pemerintah Kabupaten bagi pelajar-pelajar berprestasi yang akan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi. Keseriusan ini juga secara khusus tampak dari pemberian beasiswa kepada 5 orang lulusan SMA yang lolos seleksi ujian masuk untuk belajar bioteknologi di Fakultas Teknobiologi Ubaya (khususnya tentang Bioteknologi Tanaman) agar kelak dapat mengembangkan sumber daya lokal di sana untuk memajukan Kabupaten yang berdiri sejak tahun 1995 ini.

Ngomong-ngomong tentang makanan, tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu hal yang sangat menarik untuk dikemukakan. Ikan jelawat, patin, lais, udang gala, dan masih banyak ikan air tawar dan air laut yang lain sangat enak untuk dinikmati. Selain ukurannya “jumbo’, juga bumbunya bikin lidah seakan merindukannya lagi. Sayuran dari rotan muda, daun singkong, juga jus buah naga (yang tanamannya banyak ditanam di beberapa halaman penduduk di beberapa daerah Kubar), es kelapa muda, sayuran serta buah-buahan yang lain juga sangat nikmat bagi lidah kita. Puji Tuhan, tanah air kita Indonesia ini sangat melimpah dan beragam dengan sumber daya alam.

Kami-pun bermaksud untuk membawa oleh-oleh buah-buahan lokal dari Kubar, antara lain lay, cempedak, asam payang, langsep, agar dapat dinikmati oleh rekan-rekan di kantor, sahabat-sahabat di gereja sekaligus untuk promosi tentang kabupaten ini lho. Namun apa boleh dikata, sekalipun lolos pemeriksaan di bandara Melak (Kalstar Air) tetapi beberapa kotak berisi buah yang saya bawa tidak diperkenankan “terbang” ke Surabaya oleh bandara Sepinggan (Lion Air) sekalipun sudah mencoba untuk beragumentasi dengan petugas bandara. Mereka tidak memperkenankan saya membawanya baik di bagasi maupun di kabin karena duri (lay) ataupun baunya yang menyengat (cempedak, asam paying). Ini merupakan pengalaman “pahit” pertama yang berkesan bagi saya tentang “penyitaan” barang bawaan di bandara.

Budaya di Kubar merupakan hal yang tidak kalah menariknya untuk diperbincangkan. Rumah adat dayak (lamin) yang merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin, beserta interaksi sosial yang ada di dalamnya, pemakaman mayat suku dayak, upacara adat POTONG KERBAU, simbol MACAN DAHAN pada bangunan-bangunan di Kubar, gelar budaya adat nyanyian dan tari-tarian suku dayak) di Taman Budaya Sendawar adalah hal yang “tidak boleh terlewatkan” oleh mata ketika kita berada di kabupaten ini.

Sekalipun signal handphone cukup baik di Kubar, namun, koneksi jaringan internetnya sangat menjengkelkan. Banyak “blank spot” di sana. Di hotel Mahakam, SMA I Sendawar, dan di tempat-tempat lain sangat sulit kita mendapatkan akses jaringan internet dari semua provider. Telkomsel pun yang dikenal mempunyai jangkauan yang paling luas di Indonesia “tidak berkutik” di Kubar. Tetapi, ini hanyalah masalah ‘minor”, karena secara umum infrastruktur di Kubar sudah tertata dengan baik, hanya tinggal mengambil langkah bekerja sama dengan provider untuk memperkuat jaringan internet di sana.

Semoga Kubar dengan kotanya makin jaya. Marilah kita mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita berada dan berdoa untuk kota kita kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan kita (Yeremia 29:7). TUHAN MEMBERKATI.