Refleksi dari Kampanye Hitam : Ujian Persatuan Bangsa dan Damailah Indonesiaku fadjar June 2, 2014

Refleksi dari Kampanye Hitam : Ujian Persatuan Bangsa dan Damailah Indonesiaku

Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Musim kampanye resmi pemilihan presiden belum dimulai, namun sudah banyak berbagai bentuk baliho, selebaran, ataupun pemberitaan di media massa tentang capres dan cawapres. Tidak mau kalah, dengan kemajuan teknologi berbagai informasi tentang capres dan cawapres juga beredar di media jejaring sosial sehingga penyebaran informasi tersebut terjadi secara cepat dan menjadi konsumsi publik. Tidak dapat dipungkiri bahwa media merupakan fasilitasi persuasi massa yang cukup efisien dan efektif.

Layaknya suasana politik menjelang pemilihan presiden seperti tahun-tahun sebelumnya, suasana politik menjadi hangat dan biasanya eskalasi akan semakin meningkat hingga pasca pemungutan suara. Beberapa kasus kekerasan atau kriminal yang akhir-akhir ini terjadi seringkali ditenggarai berkaitan dengan peningkatan eskalasi politik. Beberapa pihak menyatakan salah satu penyebab peningkatan eskalasi politik karena adanya berbagai macam bentuk kampanye hitam. Tujuannya sangat jelas, untuk mendiskreditkan pasangan capres dan cawapres tertentu. Untuk periode kali ini, pembaca dapat mengamati bahwa semua pasangan capres dan cawapres mengalami kampanye hitam. Entah siapa pelakunya, yang pasti berupaya memainkan doktrin yang menyasar pada aspek psikologis yaitu kognitif, afektif, dan konatif penerima black campaign tersebut. Sekadar dibedakan antara black campaign dan negative campaign, black campaign tidak didasarkan pada bukti atau data yang empiris dan dipercaya sedangkan negative campaign didasarkan pada bukti atau data yang valid.

Perlu kita cermati, bahwa isi dari kampanye hitam utamanya berupa faktor-faktor yang selama ini memang menjadi isu sentral pemecah persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk atau heterogen yang sejak dulu kala rentan dengan isu-isu heterogenitas atau kita mengenalnya dengan SARA. Beberapa isu tentang SARA yang dihembuskan dalam bentuk kampanye hitam yang utama adalah mengenai etnis. Etnis minoritas coba dilabelkan dalam kampanye hitam, merupakan tindakan yang mencoba membenturkan etnis mayoritas dan minoritas. Potensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa sangat besar tentang masalah etnis. Demikian juga isu agama, agama minoritas di Indonesia juga dilabelkan dalam kampenye hitam, yang juga memiliki potensi besar menyebabkan konflik.

Kemudian, isu gender juga dilekatkan pada kampanye hitam, yang secara eksplisit menyuarakan bahwa perempuan akan menjadi pengendali bangsa. Isu gender dalam politik juga masih menjadi topik sensitif untuk menentukan pemimpin bangsa. Mengapa isu-isu SARA kembali menjadi bahan kampanye hitam kali ini? Hal ini tidak terlepas dari ciri bangsa Indonesia yang memang heterogen, namun kelompok mayoritas yang memegang peranan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Intinya kelompok mayoritas dan minoritas coba dibenturkan demi kepentingan jangka pendek untuk pemeroleh suara yang juga berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Kehidupan bangsa ini telah banyak diwarnai kekerasan silih berganti berdasarkan isu SARA, dan menimbulkan luka batin dari berbagai generasi ke generasi berikutnya. Kali ini persatuan dan kesatuan bangsa akan kembali diuji, semoga kasus-kasus kekerasan berdasarkan isu SARA tidak kembali terjadi di bumi Indonesia, damailah Indonesiaku. Demi kemajuan dan kesejahteraan kita bersama sebagai bangsa Indonesia.