Cinta Lingkungan, Tetap Cantik fadjar May 16, 2014

Cinta Lingkungan, Tetap Cantik

Cinta Lingkungan, Tetap Cantik

SEBANYAK 12 ”alien” cantik dengan baju warna-warni mendatangi Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin. Tentu mereka bukan makhluk asing sungguhan. Mereka adalah peragawati busana bertema Galactical-Galaxy and Optical Art. Sesuai dengan namanya, busana itu cenderung imajinatif. Tapi, tujuan utama parade baju karya mahasiswa fakultas industri kreatif tersebut lebih besar. Selain mengedepankan fashion dan kepedulian dalam wujud desain dan seni, mereka membuktikan kecintaan pada lingkungan. Dengan harga paling mahal Rp 300 ribu tiap baju, mereka bisa membikin busana dari apa saja. Mulai botol, kertas semen, plastik, kain, kawat, keping CD, hingga benang. Tetap cantik, bukan? (ind/c11/dos)

Sumber : Jawa Pos, 16 Mei 2014

Fashion Galatica Ubaya Surabaya
Busana Karya Agustin dan Lonia Berbahan 200 Botol Bekas

SURYA Online, SURABAYA – Delapan busana karya mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya ditampilkan dalam sebuah peragaan busana di selasar Gedung International Village, kampus setempat, Kamis (15/5/2014). Busana bernuansa ungu, merah muda, biru, hitam dan abu-abu ini terlihat spesial karena terbuat dari bahan-bahan yang tidak umum dipakai seperti botol, sendok hingga benang wol. Semuanya didesain sesuai tema Galactical (Galaxy and Optical Art).

Seperti karya Chintia Agustin dan Lonia Loudriyan yang memanfaatkan sekitar 200 botol bekas minuman kemasan.

Ratusan botol bekas ini lebih dulu dicat dengan warna merah dan biru. Kemudian bagian bawahnya digunting untuk bisa ditekuk ke dalam dan ditempel di kertas semen yang sudah dibentuk laiknya bagian bawah gaun. Panjang botol tidak dibuat sama untuk memberikan kesan eksotis.

Bagian atasnya berbentuk kemben dengan tambahan aksesoris spons eva dengan ornamen dari benang wol yang menyelempang di kedua pundaknya.

Di bagian pinggang, kedua mahasiswa semester 2 ini memberikan aksesoris berupa botol dengan berbagai ukuran yang di cat akrilik hitam dengan tambahan gliter untuk memberikan kesan mengkilap.
Aksesoris ini dihubungkan dengan tali hitam laiknya orbit planet.

Busana yang diperagakan Revinda ini, dibuat dengan biaya sekitar Rp 500.000. Busana yang dilengkapi dengan topi bernuansa galaksi ini selesai dalam waktu tiga minggu.

‘Paling lama memotong botol plastik karena jumlahnya cukup banyak,’katanya.

Tak kalah menariknya busana Spoony galactica karya Brigita Leonaya. Brigita memanfaatkan sendok bebek sebagai bahan roknya.

Sendok bebek warna transparan ini dipotong tinggal menyisakan bagian kepalanya. Kemudian diwarnai dengan cat akrilik warna ungu dan biru dan ditambah gliter untuk memberi kesan mengkilap.

Setelah itu, sendok dihubungkan dengan cara dijahit satu per satu selanjutnya ditempel dalam mika yang sudah dilekat di bagian bawah busana. Sementara desain busananya sendiri memakai terusan mini warna putih yang kemudian dicat akrilik warna biru. Sendok juga dipakai untuk bahan dasar gelang, hiasan rambut bahkan aksesoris sepatunya.

‘Untuk hiasan rambut kami pakai gagang sendoknya yang panjang, jadi semua bisa dimanfaatkan,’kata Brigita. Dan untuk menambah kesan glamor, Brigita memberikan alumunium foil sebagai sayap di bagian belakangnya.

Menariknya, busana yang diperagakan mahasiswa Ubaya bernama Jasmine ini hanya dibuat dalam waktu seminggu.

‘Buatnya sampai nglembur malam banget. Dari beberapa bagian yang paling susah jahit sendoknya karena cukup keras, jadi sering terkena jari hingga luka-luka gitu,’kata mahasiswa Jurusan Desain Fashion Produk.

Tak kalah menariknya busana dari benang wol karya Rizki Ananda Putri /Veronica Shendy Samara.
Benang wol warna biru itu dipakai untuk bagian bawah busana dan aksesoris bando.

Untuk membuatnya, mereka lebih dulu melilitkan benang secara acak di atas permukaan balok. Setelah itu diolesi dengan lem rajawali untuk mengeraskan benang hingga membentuk bulat berdiameter sekitar 50 cm.

Sementara bagian atasnya mereka manfaatkan compact disk (CD) yang ditata di atas alumunium.
‘Kami juga memanfaatkan botol minuman di bagian bawah,’kata Rizki yang menghabiskan Rp 300.000 untuk busananya.

Delapan busana hasil tugas akhir semester mata kuliah rupa dasar ini akan menjadi bagian dari acara pARTy (Performing Art by Youth) yang akan diselenggaran 17 Mei 2014 di lapangan parkir mahasiswa kampus II Ubaya.

Gusti Noor Nisrina Khairia, Ketua Panitia pARTy mengatakan acara ini wujud kepedulian FIK Ubaya terhadap dunia desain dan art. Dipilihnya tema Galactical ternyata memiliki makna khusus.

‘Kita ini seperti tinggal di sebuah galaksi. Walau berbeda-beda gender, keturunan, etnis, ras serta berbagai angkatan maupun jurusan. Kami bagaikan planet yang berotasi dan mengitahari matahari, yakni ubaya,’katanya.

Event utama pARTy yang dimulai pukul.00 WIB hingga 22.00 WIB akan menyuguhkan pameran fakultas, lomban workshop dan hiburan yang terbuka bagi kalangan umum. Akan ditampilkan juga pertunjukan art seperti mural fashion Spray.

Pertunjukan ini akan diawali dengan mural on the spot kemusiaan muncul model berpakaian serba putih. Dengan diiringi musik dari DJ, model akan menari dan disemprot dengan spray hingga membentuk tema galactical.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com

Galactical Kreasikan Busana Berbudget 300 Ribu

suarasurabaya.net – Memadukan bahan busana dari limbah berbagai barang, botol plastik, benang, compact disc, hingga kertas, mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, Kamis (15/5/2014) menampilkan fashion bertajuk Galactical.

“Yang paling seru adalah peserta perorangan maupun beregu wajib menggunakan budget tidak lebih dari 300 ribu rupiah. Tetapi diluar dugaan ternyata hasilnya cukup menawan,” ujar Gusti Noor Nisrina ketua kegiatan.

Ditambahkan Nisrina, Galactical adalah kelanjutan dari Mikromart yang pernah digelar sebelumnya. “Mikromart adalah tajuk yang kami pilih sebelumnya, dan kali ini kami tampilkan Galactical,” tambah Nisrina.

Ditangan para mahasiswa kreatif ini, rangkaian potongan plastik menjadi bahan pakaian yang menarik dan artistik sekaligus futuristik sesuai dengan tema yang dipilih Galactical.

Puluhan compact disc juga disulap menjadi bagian menarik sebuah rok yang membungkus tubuh model perempuan dengan sentuhan asesoris benang dan botol warna-warni.

Lalu, apa makna Galactical? Mahasiswa dengan segala keberagamannya, dari ras, suku, jurusan, etnis, serta dari berbagai angkatan, tak ubahnya seperti jajaran galaksi yang mengitari Matahari.

“Ubaya itu seperti Matahari, dan kami semua para mahasiswa dengan keberagaman etnis, ras, suku, jurusan, serta angkatan, bagaikan Galaksi. Dan galaksi itu mengitari Matahari,” tukas Nisrina saat berbincang dengan suarasurabaya.net, Kamis (15/5/2014).(tok/rst)

Sumber: SuaraSurabaya.Net

Ubaya Suguhkan Kreasi Mode, UK Petra Musik Etnik

Surabaya (Antara Jatim) – Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menyuguhkan kreasi mode bertema ‘Galactical’ (Galaxy and Optical Art), sedangkan mahasiswa Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya menyuguhkan kreasi musik etnik dari Sabang sampai Merauke.

Mahasiswa Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya memamerkan delapan busana karya desain mode/fashion dari bahan daur ulang dalam peragaan di selasar Gedung International Village Ubaya Kampus Tenggilis, Kamis. Peragaan utama digelar di lapangan parkir Ubaya Kampus Tenggilis pada 17 Mei.

Sementara itu, komunitas Paduan Suara UKP (PSU) merayakan ulang tahun ke-25 dengan mengadakan sebuah rangkaian acara pada 14-17 Mei dengan tema ‘Petra Choir 25th Anniversary-Reaching Up, Reaching Out’ dan upacara pembukaan dengan tema ‘Zamrud Khatulistiwa’.

Dalam peragaan delapan busana dari bahan daur ulang di Ubaya tampak nuansa ungu, merah muda, biru, hitam, dan abu-abu. Mahasiswa Ubaya membuatnya hanya dalam waktu dua minggu dengan anggaran rata-rata Rp300 ribu untuk setiap busana, baik dengan desainer tunggal maupun gabungan.

Bahan yang digunakan juga tidak terbatas, asalkan menghasilkan busana yang tidak menyimpang dari tema. ‘Kendala terbesar adalah waktu, karena busana dibuat dengan waktu yang mepet, namun tugas kuliah tetap jalan,’ kata ketua panitia, Gusti Noor Nisrina Khairia.

Berbahan botol, kertas semen, plastik, kain, kawat, kepingan CD, dan benang, busana-busana itu memberi nuansa Galactical di ‘panggung’ peragaan mode dari rangkaian acara ‘pARTy’ (Performing Art by Youth) di lapangan parkir mahasiswa Ubaya pada 17 Mei.

Gelaran ‘pARTy’ (Performing Art by Youth) itu mengusung unsur Edukasi dan Fun (EDUFUN). ‘Tema Galactical ibarat tinggal di sebuah galaksi. Walau berbeda-beda dan berasal dari berbagai angkatan maupun jurusan, kita bagaikan planet yang berotasi dan mengitari matahari yaitu Ubaya,’ kata mahasiswa DMP 2011 itu.

‘Acara ini menjadi kelanjutan dari acara yang telah sukses pada tahun 2013, yakni MIKROMART. Jadi, pARTy merupakan event tahunan volume II setelah MIKROMART,’ kata Nisrina, didampingi dosen Pembimbing pARTy, Terbit Setya Pambudi.

Kegiatan utama ‘pARTy’ pada 17 Mei menyuguhkan pameran fakultas, lomba, workshop, hiburan untuk umum, pertunjukan art seperti Mural dan Fashion Spray.

‘Mural dan Fashion Spray itu merupakan pertunjukan ‘on the spot’ dengan melakukan mural yang disusul dengan hadirnya model berpakaian serba putih. Dengan diiringi musik dari DJ, model akan menari dan disemprot dengan spray hingga menghadirkan tema Galactical,’ katanya.

Sementara itu, komunitas Paduan Suara UKP (PSU) mengadakan rangkaian acara bertema ‘Petra Choir 25th Anniversary-Reaching Up, Reaching Out’ pada 14-17 Mei yang dimulai dari kompetisi, workshop, reuni, sampai performance ‘opening dan closing ceremony’.

‘Adapun tema dalam Opening Ceremony pada Rabu (14/5) malam adalah Zamrud Khatulistiwa yang menampilkan berbagai macam pertunjukan musik etnik yang menonjolkan budaya bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke,’ kata Koordinator Petra Choir 25th Anniversary, Nico Susilo.

Pertunjukan musik etnik itu terkait dengan prestasi PSU dalam membawakan lagu-lagu etnik, baik dalam kancah lokal maupun internasional.

Selain ‘Opening Ceremony’ (14/5), rangkaian kegiatan adalah ‘Chorale Workshop’ (14/5), ‘Petra Choir Festival’ (15/5), ‘Petra Bel Canto Festival’ (16/5), ‘Petra Choir Reunion’ (16/5), ‘Vocal Master Class’ (17/5), dan ‘Closing Concert’ (17/5). (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com