Mahasiswa Ubaya Ciptakan Sepeda Motor Listrik fadjar April 16, 2014

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Sepeda Motor Listrik

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Sepeda Motor Listrik

Surabaya (Antara Jatim) – Mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya (Ubaya), Ruben Cahyadi Susanto, menciptakan sepeda motor listrik jenis moped (sepeda motor dengan kapasitas 30 cc) yang dinamai EROS (Zero Emition) atau bebas emisi.

‘Awalnya, saya ingin membuat kendaraan yang ikut menurunkan pemanasan global, lalu saya melacak pada internet, ternyata sepeda motor listrik belum pernah ada, maka ide itu pun muncul. Kalau sepeda kayuh bertenaga listrik sudah ada, apalagi mobil listrik,’ katanya di kampus setempat, Selasa.

Menurut putra dari pasangan Benny Susanto dan Lioe Foey Ing itu, EROS dirancang mulai dari nol dengan beberapa komponen merupakan buatan sendiri, di antaranya kerangka kendaraan, peleg, dan ‘body part’ (baju kendaraan).

‘Komponen lainnya saya beli, karena memang nggak mungkin bikin sendiri, seperti sistem pengaturan kecepatan, motor penggerak (di bawah jok), batere (di bawah back bone), charger, dan sebagainya,’ katanya.

Namun, kata mahasiswa peraih IPK 3,1 dalam kurun waktu 4,5 tahun itu, ada beberapa komponen yang tidak ada pada sepeda motor berbahan bakar bensin, seperti tangki bensin dan karburator yang memang tidak ada pada EROS.

‘Yang sulit ditemukan itu batere dan motor listrik, tapi akhirnya saya beli secara online dan terpaksa didatangkan dari Tiongkok, karena barangnya memang belum ada di sini. Itu pun, saya cari yang murah,’ katanya.

Mahasiswa yang mendesain EROS selama enam bulan itu mengaku batere yang dibeli dengan harga murah itu berkekuatan 36 volt, karena semua komponen itu sudah menghabiskan dana Rp15-18 juta.

‘Itu cukup untuk jarak tempuh 15 kilometer dengan kecepatan 35-40 kilometer per-jam. Kalau mau memang menggunakan batere 140 volt (dua batere 70 volt) yang bisa untuk jarak 50-60 kilometer, tapi mahal,’ katanya.

Namun, ia menjamin harga sepeda motor listrik itu tidak akan mahal bila diproduksi secara massal. ‘Kalau massal mungkin bisa Rp11 jutaan,’ kata Ruben yang berhasil mendapat nilai A ketika mempresentasikan tugas akhir (TA) tentang sepeda motor listrik itu. (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com

Motor Listrik Mahasiswa Ubaya

Pernah Dicegat Polisi karena Tak Ada Pelat Nomor

SURYA Online, SURABAYA – Bukan hal aneh jika motor listrik diciptakan mahasiswa Teknik Mesin atau Elektro. Menjadi istimewa jika yang menciptakan itu adalah mahasiswa Desain Manajemen Produk. Hal itu dibuktikan Ruben Cahyadi Susanto, Mahasiswa Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif Ubaya.

Ketika diamati seksama baru terlihat bedanya. Ternyata motor yang diberi nama Eros atau singkatan dari Zero Emition ini tidak memiliki tangki bensin dan karburator. Sebagai gantinya Ruben menambahkan baterai di bawah backbone dan motor penggerak di bawah jok.

Untuk menghidupan motornya, tidak perlu starter karena begitu ditekan tombol on langsung bisa tancap gas dan melaju. Speedometer didesain sendiri dari mesin aslinya.

Motor ini mampu melaju dengan kecepatan 35 hingga 45 km/jam menggunakan baterai 36 volt dan jarak tempuh maksimal sekali charger 15 km.

”Ini masih prototipe. Baterai yang saya pakai masih berdaya rendah. Sebenarnya bisa memakai baterai 144 volt untuk mendapatkan jarak tempuh 60 km sekali charger. Cuma karena dananya terbatas jadi belum bisa,”ungkap Ruben saat memamerkan motor ciptaannya di depan gedung International Village, Universitas Surabaya, Senin (15/4/2014).

Diakui Ruben, hampir semua spare part motornya dibuat sendiri, mulai dari frame (kerangka dalam), velg hingga body part.

Untuk prosesnya ini dia butuh waktu enam bulan. Waktu yang lama justru untuk mempelajari sistem dan memasang alat listriknya. Hal itu beralasan karena, Ruben bukan mahasiswa Teknik Elektro sehingga kurang mengerti soal motor listrik.

”Waktu saya paling banyak untuk mengotak-atik listriknya karena pengetahuan saya soal itu terbatas. Kalau soal desain ya tidak sulit karena memang saya mahasiswa desain manajemen produk dan ada kuliah tentang transportation design,”terang anak pasangan Benny Susanto-Lioe Foey Ing.

Motor listrik ini berbeda dengan sepeda listrik yang sudah ada di pasaran. Selain desainnya tak sama, motor ini tanpa dilengkapi pengayuh seperti sepeda listrik. Dia bahkan mengklaim motor ciptaannya ini kali pertama ada.

Untuk membuat motor listrik ini banyak sekali kendala yang dialami. Mulai dari kesulitan mencari komponen motor listrik dan baterai yang memang jarang di pasaran. ”Saya sampai beli online dari Jakarta. Dan itu butuh hingga dua bulan untuk mendaopat kiriman dari China,”terangnya.

Kendala lain dialami saat proses uji coba. Saat mengetes motor malam hari di depan rumahnya. Ketika baru berjalan 100 meter, tiba-tiba muncul asap dari stop kontaknya. Setelah dilihat ternyata terjadi korsleting. ”Mungkin dia kepanasan karena sejak sore motor ini sudah saya hajar untuk dites berkali-kali,”akunya sambil tersenyum.

Beruntung Ruben memasang sekering di dalam sehingga tidak menimbulkan percikan api dan terbakar.
Selain korsleting, Ruben juga pernah hampir jatuh saat mengendarai motor karena baut as nya kendor.
”Awalnya kok rasanya berat banget. Tetapi saya hajar terus. Eh, tenyata langsung berhenti dan saya hampir jatuh. Setelah saya lihat as nya kendor dan roda seret langsung mengunci,”katanya.

Dari pengalaman-penaglaman itu, Ruben juga sempat tergelitik ketika membawa motor dari Kota Jombang ke rumahnya di daerah Blimbing, Kecamatan Gudo, Jombang. Di tengah perjalanan dia dicegat polisi karena tidak menempelkan plat nomor. ”Saat saya bilang ini motor listrik buatan sendiri. Polisinya malah lihat dan setelah itu saya disuruh jalan,”katanya.

Bukan tanpa alasan Ruben susah-susah membuat motor listrik. Dia ingin memberikan alternatif transportasi yang bebas polusi karena motornya ini tidak mengeluarkan gas buang (emisi).

Ruben berharap inovasinya ini bisa diteruskan hingga produksi masal. Menurutnya, untuk memproduksi masal motor listrik tidak butuh biaya yang sangat besar. ”Kalau prototipe ini habis Rp 15 juta, mungkin kalau diproduksi masal Cuma Rp 11 juta per unit,”terangnya.

Kresno Soelasmono, Dosen pembimbing mengapresiasi positif karya Ruben. “Saya sudah mengendarai motor ini dari Ubaya ke rumah saya di Kenjeran, sejauh ini baik walaupun ada beberapa komponen yang harus dibongkar dan diperbaiki,”katanya.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com