Sulap Kaca Bekas Jadi Lampu Hias fadjar November 25, 2013

Sulap Kaca Bekas Jadi Lampu Hias

SURABAYA – Serpihan botol kaca bisa menjadi lampu penerangan yang apik. Tiga mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) ini mampu menyulap barang bekas itu menjadi barang unik hanya dalam waktu empat jam.

Mereka adalah Vivi Oktavia, Yuliawati Dharmali, dan Christina Jayanti. Konsep dasarnya hanya berbahan botol bekas, yaitu botol plastik dan kaca serta gelas plastik. Mereka menganggap botol plastik punya estetika lebih rendah daripada kaca. Namun, keduanya bisa dipadukan. Akhirnya, terciptalah produk yang diberi nama recycled crystal lamp. Bentuknya indah seperti bunga mekar. ‘Hasilnya seperti lampu kristal yang mewah,’ ujar Vivi.

Kesan mewah lampu tersebut, lanjut Vivi, dimunculkan dengan menggunting, menghancurkan, dan menumbuk botol plastik. Kelopak bunga dibuat dari plastik yang sudah dibentuk. Kemudian diolesi lem dan ditaburi serpihan botol plastik dan kaca.

Christina mengatakan, lampu kaca bekas itu tidak terkesan murah. Sebab, estetikanya sangat menonjol. Untuk membuatnya layak jual, cukup ditambahkan aksen fosfor sebagai efek glow in the dark. ‘Nanti terlihat lebih mewah lagi, warna-warni,’ katanya. (ayu/c7/roz)

Sumber: Jawa Pos, 25 November 2013

Mahasiswa Ubaya Ubah Sampah Botol Kaca Menjadi Lampu Hias

KBRN, Surabaya: Tiga mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya berhasil mengubah sampah botol kaca menjadi lampu hias. Pengolahan bahan bekas berbasis botol ini di lombakan dalam rangka memeriahkan PIMUS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya).

Vivi Oktavia, Yuliawati Dharmali, Christina Jayanti adalah tiga mahasiswa yang berhasil membuat lampu hias yang diberi nama Recycled Crystal Lamp. Berkat tangan terampil ketiga mahasiswa yang masih duduk di semester 3 ini, sekumpulan botol kaca, botol pelastik, serta gelas plastic yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang berfungsi dengan kesan simple namun mewah.

“Motivasi kami saat mengikuti lomba adalah jelas yang pertama mengincar duitnya, yang kedua saya dan teman teman ingin mengembangan kreatifitas sekalian latihan keterampilan membuat tugas kampus”, ungkap Vivi Oktavia saat dijumpai di kampus, Jumat (22/11/2013).

Untuk membuat kesan lampu yang dihasilkan terlihat mewah, simple dan bisa menyatu dengan ruangan apapun, tiga mahasiswa ini mengutak atik botol kaca. Prosesnya dimulai dari tiga botol kaca bagian tengah dipecah menjadi tiga ukuran kecil sedang besar yang nantinya dipakai untuk mengisi kelopak. Sebanyak enam botol plastic di cacah untuk membingkai kelopak supaya lebih aman bagi konsumen.

Tahap ketiga menggunting gelas plasti sebagai alas kelopak yang akan ditaburi pecahan kaca. Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah membuat rumah bolam lampunya. Yaitu dengan sisa botol kaca bagian mulut digabungan dengan 3 lapis gelas plastic yang dipakai sebagai alas. Kemudian bolam diletakkan tepat dibagian botol kaca sehingga pendaran panas terkena bagian kaca dan suhu panasnya mengalir keatas mulut botol kaca.

“Kami sempat diskusi dengan dua dosen di Jurusan, tapi karena waktu mepet, kami belum bisa merealisasikan. Sempat juga kami berencana menambahkan fosfor untuk efek glow in the dark tapi kami batal juga mengaplikasi karena nanti hasil akhirnya malah kesan olahan bahan bekas kurang nampak serta kilauan pecahan kaca yang membuat lampu menjadi mewah juga akan hilang, ungkap Yuliawati Dharmali yang menjelaskan dengan penuh semangat. (Anik Hasanah/AKS)

Sumber: https://rri.co.id

Mahasiswi Ubaya Rancang Lampu dari Botol Pecah

Surabaya (Antara Jatim) – Tiga mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) telah merancang lampu hias untuk ruang tamu atau taman yang terbuat dari botol kaca yang pecah dan tidak terpakai atau sampah.

‘Konsep awalnya dari PIMUS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya) yang melombakan karya dari botol kaca dan plastik,’ kata salah seorang mahasiswi, Vivi Oktavia, di kampus setempat, Jumat.

Didampingi dua rekannya, yakni Yuliawati Dharmali dan Christina Jayanti, di sela-sela pameran PIMUS di lantai bawah Perpustakaan Ubaya, ia menjelaskan estetika botol plastik itu rendah.

‘Karena itu, kami sepakat untuk membuat karya yang menggabungkan botol kaca dan botol plastik, lalu kami memecah botol kaca dan menggunting botol plastik itu,’ katanya.

Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk pada Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu mengatakan botol kecap dari kaca itu dipecahkan pada bagian atas dan bawah.

‘Botol kaca pada bagian tengah itulah yang dimasuki bolam neon, sedangkan bagian atas dan bawah dipecah hingga menjadi butiran kaca kecil mulai dari butiran kasar, sedang, dan halus,’ katanya.

Setelah lampu dimasukkan, katanya, bagian bawah ditutup dengan gelas plastik yang biasa dipakai minum es teh, lalu direkat dengan lem kaca dan plester bening.

Sementara itu, botol plastik digunting menjadi berbentuk daun untuk direkatkan dengan lem pada lampu sehingga mirip rangkaian kelopak pada bunga.

‘Bagian kelopak itu ditaburi dengan butiran kaca dari butiran kasar, sedang, hingga halus, tentu direkat dengan lem, tapi lem juga diperbanyak agar butiran-butiran kaca itu tidak melukai,’ katanya.

Untuk mempercantik, katanya, bagian botol kaca yang ada ditaburi dengan gliter (serbuk berwarna perak), sehingga karya mereka yang dinamai ‘Recycled Crystal Lamp’ itu memberi kesan mewah.

‘Oh ya, bagian atas botol yang pecah sengaja dibiarkan apa adanya agar panas bolam bisa mengalir keluar lewat mulut botol kaca,’ katanya.

Pihaknya sempat berencana menambahkan fosfor untuk efek ‘glow in the dark’ tapi batal diaplikasikan karena hasilnya justru memberi kesan olahan bahan bekas kurang nampak serta kilauan pecahan kaca yang membuat lampu menjadi mewah juga hilang.

‘Kami membuat karya untuk lomba itu hanya empat jam dengan bahan seadanya bermodalkan sekitar Rp40 ribu, namun kami bangga bisa membuat barang recycle berkesan bukan murahan,’ katanya. (*)

Sumber: AntaraJatim

Mahasiswa Ubaya Ubah Botol Bekas Jadi Lampu Kristal

SURYA Online, SURABAYA – Botol bagi Vivi Oktavia, Yuliawati Dharmali dan Christina Jayanti tak hanya dilihat sebagai wadah minuman yang akan menjadi sampah jika isinya habis. Di tangan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya ini botol bekas itu bisa diubah menjadi lampu hias menawan yang diberi nama Recycled Crystal Lamp.

Siapapun tak akan menyangka jika lampu kristal putih berbentuk kelopak bunga itu berasal dari pecahan-pecahan botol. Baru ketika dilihat seksama akan terlihat serpihan-serpihan kaca dan plastik yang mengiasi mahkota bunganya.

”Kami sengaja memakai kaca dan plastik untuk memberikan kesan mewah. Sebab kalau botol pastik saja sisi estetikanya kurang,”kata Vivi saat ditemui di Perpustakaan kampusnya, Jumat (22/11/2013).

Pembuatan karya ini sebagai bagian dari kegiatan pekan ilmiah universitas surabaya (pimus) 2013. Di lomba ini mereka hanya diberi waktu empat jam untuk mewujudkan kreasinya.

Pertama-tama mereka memecah bagian tengah dari tiga botol kaca menjadi ukuran kecilm sedang dan besar. Nantinya pecahan-pecahan ini akan dipakai untuk mengisi kelopak bunga mulai pecahan kecil di bagian ujung dan agak besar di bagian tengahnya.

Sementara alas kelopaknya terbuat dari gelas plastik. ”Pecahan-pecahan kaca ini ditabur di atas kelopak dengan lem. Kemudian di pinggir-pinggir kelopak mereka mencacah enam botol platik,”terang Vivi saat ditemui di kampusnya, Jumat (23/2013).

Sedangkan bagian tengah yang menjadi rumah bola lampu dibuat dari botol kaca yang bagian ujung atas dan bawahnya sudah dipecah. Sebagai ganti bawahnya mereka tambahkan dengan tiga gelas plastikan sebagai alasnya sehingga bisa didudukkan.

Sebagai tahap finishing, mereka menaburkan gluter di tubuh botolnya sehingga kelihatan lebih eksotik. Sementara di kelopaknya dilapisi lem agar tidak tajam.

”Sebenarnya kami sempat memiliki ide menambahkan fosfor untuk efek glow in the dark, tapi batal kami realisasikan karena hasil akhirnya nanti malah terkesan olahan bahan bekas kurang tampak kilauan kaca yang membuat lampu menjadi mewah,”katanya.

Pertimbangan lain, penambahan fosfor itu akan menambah biaya produksi, Padahal di lomba ini biaya dimungkinkan untuk ditekan.

”Kami hanya habis sekitar Rp 50.000 untuk membuat satu lampu. Biaya paling banyk untuk gluter dan lem karena botol-botolnya memang bekas,”kata Yuliawati.

Minimnya biaya ini tidak sebanding dengan proses pembuatannya yang cukup njlimet. Bahkan sempat membuat tangan mereka berdarah karena tergores kaca. Namun perjuangan itu terbalas setelah mereka ditetapkan sebagai juara pimus.

Ditanya apakah ada rencana untuk menjualnya? Mereka hanya tersenyum. ”Ini masih perlu dibenahi lagi. Tetapi kalau memang ada peluang akan kami coba. Yang penting kami sudah mencoba memanfaatkan barang yang biasanya cuma jadi sampah menjadi lebih bernilai dan ramah lingkungan,”pungkasnya.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com