Rangsang Motorik hingga disiplin fadjar November 25, 2013

Rangsang Motorik hingga disiplin

Bermain merupakan salah satu cara efektif untuk merangsang perkembangan otak Si Kecil. Namun, fungsi tersebut akan lebih maksimal jika Bunda memilihkan mainan yang tepat. Yakni, mainan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.

PSIKOLOG anak Prof. DR. Jatie Poedjibudojo, SU.Psi menyebutkan, ada beberapa tahap tumbuh kembang yang dilalui Si Kecil. Di antaranya, aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa, emosi, dan sosial. Di sisi lain, setiap Bunda memiliki pola asuh yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter buah hatinya. Empat pola asuh yang dapat dilaksanakan adalah otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved.

Menurut dia, orang-orang di sekitar kita juga harus belajar menentukan pola asuh yang cocok bagi Si Kecil. Misalnya, nenek atau babysitter. Sebab, mereka juga memberikan pengaruh sebagai substituent parent atau peran pengganti orang tua. ‘Dalam kasus tertentu, kita tidak bersama Si Kecil. Namun, orang tua tetap bisa memberikan pola asuh yang tepat untuk mereka,’ jelasnya.

Substituent parent juga perlu diberikan. Dengan begitu, Si Kecil tetap mendapat kasih sayang meski Bunda dan ayah sedang tidak berada di dekatnya. Tentu tujuannya adalah menjaga Si Kecil tetap bersikap displin, tidak kaku, tangguh, menyenangkan, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut terbentuk dengan memberikan pola asuh yang tepat. ‘Minimalkan adanya hukuman. Jika memang anak terpaksa dihukum, hindari memberikan hukuman fisik, tegas ketua LPPM Universitas Surabaya tersebut.

Bila memahami pola asuh yang tepat buat Si Kecil, Bunda dan ayah lebih mudah memilih permainan yang tepat pula. Spesialis Anak Dr Mira Irmawati, SpA(K) menyatakan bahwa jenis permainan semasa kecil mampu menjadi stimulan yang kuat. Bentuk permainannya disesuaikan dengan beberapa faktor. Antara lain, usia, bakat, dan minat Si Kecil.

Mira menuturkan, anak usia nol hingga dua tahun sebaiknya dipilihkan mainan yang bentuknya sederhana dengan beragam warna. Misalnya, berbentuk bola dengan warna-warna primer. ‘Mainan berwarna-warni akan menarik perhatian dan minat Si Kecil untuk memainkannya. Terutama warna merah,’ ujarnya.

Jika anak sudah memasuki usia dua tahun ke atas, mainan banyak berguna untuk merangsang perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Misalnya, belajar menyusun balok, puzzle, bola sepak, atau lompat tali. Tidak ada salahnya juga untuk memberikan kesempatan Si Kecil melihat secara langsung benda-benda yang telah dilihatnya pada buku atau televisi. ‘Kita bisa mengajak Si Kecil ke kebun binatang atau ke taman bunga. Tujuannya, mengenalkan flora dan fauna,’ tambahnya.

Staf divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSUD dr Soetomo itu menegaskan, mainan Si Kecil harus berbahan aman. Bahannya bisa berasal dari kain, fiber, kayu, atau plastik. Saat orang tua membeli mainan, harus benar-benar dicek kemungkinan mainan tersebut mengandung zat berbahaya. ‘Mainan dari besi semestinya dihindari karena berbahaya dan bisa menimbulkan luka. Belum lagi risiko jika mainannya berkarat,’ papar Mira.

Bentuk mainan yang lucu dan bagus belum tentu aman bagi Si Kecil. Mira memaparkan bahwa mainan, terutama untuk batita, harus mudah digenggam dan tidak terdiri atas bagian-bagian yang terpotong. ‘Permainan yang bisa dilepas dan berbentuk potongan kecil rawan untuk tertelan. Sebab, anak sering kali memasukkan barang-barang ke mulutnya,’ terangnya.

Mengajak Si Kecil bermain bersama teman sebaya serta meminta mereka membereskan mainan efektif membangun perilaku disiplin pada dirinya. Hal itu bisa dilakukan secara rutin untuk menanamkan jiwa disiplin dan tanggung jawab sejak dini. Namun, stimulasi yang baik tidak akan lengkap tanpa diimbangi dengan pemberian nutrisi yang lengkap. Kombinasi keduanya dapat mengoptimalkan proses tumbuh kembang untuk menciptakan anak Generasi Platinum. (nuq/c14/na)

Sumber: Jawa Pos, 17 November 2013