Kenyamanan Psikologis di Jalan Raya fadjar October 21, 2013

Kenyamanan Psikologis di Jalan Raya

Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Kepadatan di jalan raya yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan baik bermotor dan tidak bermotor, pejalan kaki, dan pedangang kaki lima membuat kondisi psikologis tidak nyaman. Kondisi kepadatan di jalan raya yang tidak teratur membuat meningkatnya tingkat agresi pengguna jalan raya, kelelahan secara emosional, dan ketidaknyamanan psikologis yang lain. Kepadatan di jalan raya memang tidak dapat dihindarkan karena jumlah penduduk dan kendaraan yang makin meningkat disertai dengan pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak sebanding dengan peningkatan tersebut. Luas jalan yang tidak berimbang dengan jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya serta makin berkurangnya lahan hijau membuat tidak terdapat alternatif yang membuat kondisi psikologis menjadi lebih nyaman ketika berada di jalan raya. Begitulah kondisi yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, terkesan macet, kumuh, dan semrawut. Salah satu penyebabnya adalah pola perilaku pengguna jalan raya di Indonesia yang tidak disiplin. Berbeda dengan kondisi jalan raya di Beijing dan Hangzhou China, dengan kesamaan jumlah penduduk yang padat namun kenyamanan psikologis di jalan raya lebih dapat dirasakan.

Tulisan ini adalah hasil pengalaman penulis ketika berada di kota Beijing dan Hangzhou China. Penulis merasakan kepadatan jalan raya di kota Beijing dan Hangzhou, namun terdapat pengalaman psikologis yang berbeda dibandingkan dengan saat berada di Surabaya, Bandung, ataupun Jakarta. Misalnya saja saat menyeberang jalan, saat berada di Beijing dan Hangzhou, asal menyeberang di tempat penyebarangan yang tepat di traffic light, ataupun zebra cross dengan traffic light, kita dapat menyeberang dengan nyaman. Traffic light untuk penyeberang selalu disertai dengan count down sehingga penyeberang bisa mengetahui waktu yang tersedia untuk menyeberang. Pengguna kendaraan juga berhenti di belakang stop line. Bandingkan dengan di Indonesia, meskipun menyeberang di traffic light yang menunjukkan kendaraan harus berhenti, penyeberang tidak dapat menyeberang secara nyaman di zebra cross karena area zebra cross dipenuhi dengan kendaraan yang tidak berhenti di stop line. Belum lagi terdapat kendaraan yang menyerobot tidak berhenti. Lebih parah ketika menyeberang di zebra cross yang disertai dengan traffic light, belum tentu pengendara mau berhenti dan memberikan kesempatan penyeberang.

Rambu lalu lintas berfungsi mengatur lalu lintas sehingga kenyamanan dalam berlalu lintas dapat terwujud. Di Beijing dan Hangzhou, sangat jelas rambu lalu lintas dipatuhi pengguna jalan. Misalnya kendaraan umum, bis ataupun taxi tidak boleh semaunya berhenti menaikkan ataupun menurunkan penumpang, semuanya jelas areanya. Bandingkan dengan Indonesia, tidak jelas batasan lokasi menaikkan ataupun menurunkan penumpang, bahkan dapat dilakukan di manapun sehingga menambah ruwet arus lalu lintas. Pejalan kaki dapat merasa nyaman berjalan di trotoar, di Indonesia sangat sulit merasakan kenyamanan berjalan kaki, karena trotoar digunakan untuk lahan pedagang kaki lima dan lahan parkir kendaraan bermotor. Pemberhentian bus permanen beralih fungsi menjadi tempat tidur tuna wisma ataupun lapak pedagang kaki lima. Area pengguna sepeda juga dibangun secara nyaman, terdapat pembatas antara area pengguna sepeda, dan pejalan kaki, sehingga semuanya tertata rapi dan tidak saling menyerobot area. Bandingkan di Indonesia, batas antara area sepeda dan kendaraan bermotor serta pejalan kaki tidak jelas. Bahkan di hari-hari libur seperti hari Minggu, pengguna sepeda malah menjadi pemicu ketidakdisiplinan dalam berkendara dengan menggunakan area kendaraan bermotor bahkan trotoar serta menyerobot traffic light.

Kita semua ingin merasakan kenyamanan psikologis di jalan raya, banyak fasilitas yang dibangun untuk membuat pengguna jalan merasa nyaman. Namun semua fasilitas tidak akan dapat berfungsi dengan baik apabila tidak disertai dengan kedisiplinan pengguna jalan raya, kedisiplinan dalam menggunakan dan kedisiplinan dalam memeliharanya. Makin tinggi ketidakdisiplinan yang ditampilkan makin jauh juga tercapainya kenyamanan psikologis di jalan raya. Semoga tulisan ini bermanfaaat.