Dari Jerman, Terkesan Mangrove fadjar October 9, 2013

Dari Jerman, Terkesan Mangrove

Pauline Magdalene Vinnen mendapat pengalaman langsung cara mengeksplorasi kekayaan ekowisata Kota Surabaya. Yaitu, hutanmangrove Wonorejo. Didampingi Lulut Sri Yuliani, pakar mangrove sekaligus peraih Kalpataru 2011, mahasiswi asal Jerman tersebut belajar membatik motif mangrove. Tumbuhan pelindung itu juga digunakan untuk bahan sirup dari buah bogem, sabun cair dari limbah buah, briket dari sisa olahan, hingga kompos dari sisa semua proses pemanfaatan mangrove tersebut. Pauline yang juga berkuliah di Ubaya sebagai mahasiswa pertukaran pelajar menyatakan terkesan.(nji/c6/roz)
Sumber: Jawa Pos

Mahasiswa Asing di Ubaya Belajar Olahan Mangrove
Surabaya (AntaraJatim) – Sebanyak 14 mahasiswa asing dan 17 mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) belajar olahan mangrove di kediaman Peraih Kalpataru 2011 Lulut Sri Yuliani di Wisma Kedungasem Indah J-28, Rungkut, Surabaya, Selasa siang.

Olahan mangrove yang dipelajari dalam rangkaian ‘The 2013 Ubaya Summer Program’ bertajuk ‘Towards Sustainable Urban Community Development’ itu antara lain olahan untuk mewarnai batik, membuat sirup, serta membuat sabun cair alami.

Ke-14 mahasiswa asing yang terlibat adalah mahasiswa asing Ubaya yang sedang melakukan proses belajar, baik bahasa maupun terdaftar sebagai mahasiswa pertukaran pelajar. Khusus ‘Ubaya Summer Program’ dilaksanakan pada 7-12 Oktober 2013.

Pada saat di kediaman Ibu Lulut Sri, mahasiswa asing disajikan makanan dan minuman khas dari bahan olahan mangrove, lalu mahasiswa mulai belajar melakukan pewarnaan berbahan dasar dari olahan tanaman mangrove.

Tidak hanya itu, mahasiswa asing juga belajar membuat olahan buah mangrove yang disebut buah bogem menjadi sirup. Limbah dari buah mangrove itu masih bisa dimanfaatkan lagi menjadi sabun cair alami.

Setelah itu, bahan masih diolah kembali menjadi briket (pengganti arang) dan berakhir dengan kompos yang digunakan kembali untuk kesuburan tanaman mangrove.

‘Melalui program ini, kami harapkan para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang program pemberdayaan yang digerakkan komunitas di Surabaya, tetapi juga pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan masyarakat perkotaan Surabaya,’ kata Manajer Kerja Sama Kelembagaan Luar Negeri Ubaya, Adi Tedjakusuma B.Bus M.Com.

Kegiatan ‘visit’ mahasiswa asing itu belajar tentang kota Surabaya, di antaranya kegiatan mengunjungi masyarakat perkotaan di Surabaya, menyaksikan Ubaya Eco Friendly kampus dan keindahan Gunung Bromo.

‘Tujuan terpenting dari Summer Program ini adalah untuk menghimpun berbagai masukan, pendapat, dan perspektif baru dari peserta asing bertujuan untuk mendukung pengembangan masyarakat perkotaan di Surabaya,’ katanya.

Belasan mahasiwa asing yang turut serta dalam ‘visit to mangrove community’ adalah Liliana Macovei Dava (Romania), Vanda Sreang (Kamboja), Petr Sykora (Czech Republik), Yuta Yamanaka (Jepang), dan Rokas Jurkevicius (Lithuania).

Selain itu, Victoire Charline Nadine Anseaume (Perancis), Olivia Francois (Perancis), Dongdong Guo (China), Haolei Dong (China), Xiao Yang (China), Yinfa Xing (China), Jan Felix Konnecke (Jerman), Pauline Magdalene Vinnen (Jerman), dan Sophia Sattler (Jerman).

Dalam kesempatan itu, mahasiswa asing dari Universitas Negeri Jakarta (empat mahasiswa asing) dan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (delapan mahasiswa asing). (*)
Editor : Edy M Yakub
Sumber: AntaraJatim.com


Mahasiswa Asing Antusias Membatik Mangrove

SURYA Online, SURABAYA ndash; Liliana Macovei Dava tampak antusias saat canting batik disodorkan padanya. Dengan pelan-pelan, mahasiswa asal Rumania ini mencoba membatik di atas kain putih yang disediakan di rumah Lulut Sri Yuliani , peraih Kalpataru 2011, Selasa (8/10/2013).
Meski tidak sesuai alur batik, goresan yang dibuat Liliana masih banyak coretan-coretannya.

“Ini pengalaman pertama saya, sangat luar biasa. Di negara kami semua dilakukan serba IT,”katanya antusias.

Antusias serupa disampaikan Sophia, mahasiswa asal Jerman yang mencoba menghayati cara-cara membatik yang benar. Ia berkali-kali mencoba melukis diatas kain yang disediakan panitia, tetapi hasilnya kurang memuaskan. “Saya sudah mencoba pelan, tapi masih kurang baik,”keluhnya.
Liliana dan Sophie adalah mahasiswa asing yang mengikuti program pertukaran pelajar di Universitas Surabaya.

Di program ini mereka sengaja dikenalkan batik langsung dari produsennya. Bahan yang digunakan membatik ini berasal dari mangrove dan buah-buahan seperti kulit manggis, rambutan maupun langsat.

Wigati, salah satu pembatik menjelaskan kulit-kulit tersebut direbus hingga mendidih, kemudian dihentikan dan diulangi keesokan harinya hingga airnya hilang.

”Proses merebus bisa sampai tiga bulan, dengan waktu semakin lama maka hasil warna semakin menjanjikan. Setlah itu baru diberi tawas, ”katanya.

Wigati menjamin hasil batik dari mangrove ini sangat memikat. Jika dijual dipasaran, harga yang ditawarkan tak main-main. Untuk satu kain batik dihargai sebesar Rp 400 ribu hingga Rp2 juta. Semakin lama proses membatik, harga akan semakin tinggi.

Selain membatik, belasan mahasiswa asing dan lokal yang mengikuti program ini juga belajar membuat olahan buah mangrove (bogem) menjadi sirup.

Limbah dari buah mangrove ini masih bisa dimanfaatkan lagi menjadi sabun cair alami. Kemudian masih diolah kembali menjadi briket (pengganti arang) dan berakhir dengan kompos yang digunakan untuk kesuburan tanaman mangrove.

“Melalui program ini, diharapkan para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang program pemberdayaan yang digerakkan komunitas di Surabaya, tetapi juga pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan masyarakat perkotaan Surabaya”, kata Adi Tedjakusuma, Manajer Kerjasama Kelembagaan Luar Negeri Ubaya.

Kegiatan visit mahasiswa asing ini sebagai bagian dari rangkaian Ubaya Summer Program yang dimulai dari 7-12 Oktober 2013. Dengan tema Towards Sustainable Urban Community Development sebuah program yang komprehensif dan menyenangkan untuk belajar tentang kota Surabaya, mengunjungi masyarakat perkotaan di Surabaya, menyaksikan Ubaya Eco Friendly kampus keindahan Gunung Bromo.

Tujuan terpenting dari Summer Program ini adalah untuk menghimpun berbagai masukan, pendapat, dan perspektif baru dari peserta asing bertujuan untuk mendukung pengembangan masyarakat perkotaan di Surabaya.

Sumber: Surya Online

Mahasiswa Asing Ubaya Belajar Mengolah Mangrove

Surabaya (klikwarta.com) ndash; Mangrove sudah dikenal memiliki banyak kegunaan. Selain menjaga ekosistem pantai, mangrove juga banyak dikembangkan menjadi bahan baku kerajinan mulai dari batik hingga minuman.

Penasaran dengan cara pengolahan mangrove, 14 mahasiswa asing dan 17 mahasiswa lokal Universitas Surabaya belajar langsung cara mengolah mangrove kepada Lulut Sri Yuliani. Perempuan peraih Kalpataru 2011 ini sudah dikenal luas sebagai penggiat lingkungan sekaligus pelopor pengolahan mangrove di pesisir pantai Surabaya.

Mahasiswa dari berbagai negara seperti Romania, Kamboja, Jepang, Lithuania, Afganistan, India hingga Madagascar ini terlihat asyik mewarnai batik, membuat sirup, serta membuat sabun cair alami. “Ternyata menyenangkan mengetahui ada banyak manfaat dari tanaman ini,” kata Rokas Jurkevicius dari Lithuania ketika mengikuti kegiatan ini di Rungkut, Surabaya, Selasa (08/10/2013).

Saat di kediaman Lulut, mahasiswa asing mendapat sajian makanan dan minuman khas dari bahan olahan mangrove. Sambil tertawa-tawa mereka mencoba sedikit demi sedikit makanan dan minuman tersebut. Setelah itu, mahasiswa mulai belajar melakukan pewarnaan berbahan dasar dari olahan tanaman mangrove.

Tidak hanya itu, mahasiswa asing juga belajar membuat olahan buah mangrove yang disebut buah bogem menjadi sirup. Limbah dari buah mangrove ini masih bisa dimanfaatkan lagi menjadi sabun cair alami. Kemudian masih diolah kembali menjadi briket atau pengganti arang dan berakhir dengan kompos yang digunakan kembali untuk kesuburan tanaman mangrove.

“Melalui program ini, diharapkan para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang program pemberdayaan yang digerakkan komunitas di Surabaya, tetapi juga pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan masyarakat perkotaan Surabaya”, ungkap Adi Tedjakusuma, Manager Kerjasama Kelembagaan Luar Negeri Ubaya. Kegiatan visit mahasiswa asing ini sebagai bagian dari rangkaian Ubaya Summer Program yang dimulai dari 7-12 Oktober 2013.

Dengan tema Towards Sustainable Urban Community Development sebuah program yang komprehensif dan menyenangkan untuk belajar tentang kota Surabaya, mengunjungi masyarakat perkotaan di Surabaya, menyaksikan Ubaya Eco Friendly kampus dan keindahan Gunung Bromo. Tujuan terpenting dari Summer Program ini adalah untuk menghimpun berbagai masukan, pendapat dan perspektif baru dari peserta asing bertujuan untuk mendukung pengembangan masyarakat perkotaan di Surabaya.

Sumber: klikwarta.com