Hindari Stres karena Terjebak dalam Pekerjaan yang Tidak Dicintai fadjar June 20, 2013

Hindari Stres karena Terjebak dalam Pekerjaan yang Tidak Dicintai

Lebih Selektif, Tunjukkan Kinerja Maksimal Selama Masa Kontrak

Segera mendapat pekerjaan setelah lulus tentu menjadi impian setiap fresh graduate. Namun, jangan sampai semangat tersebut membuat lulusan asal menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan passion yang dimiliki.

SETELAH dinyatakan lulus dari perguruan tinggi, umumnya fresh graduate langsung berlomba-lomba mencari pekerjaan. Status pengangguran menjadi momok nomor satu. Bahkan, saking takutnya menganggur, mereka memasukkan CV ke berbagai perusahaan dengan harapan cepat mendapat pekerjaan.

Padahal, hal itu bisa jadi bumerang. Yang dikhawatirkan, mereka mendapatkan job di bidang yang tidak sesuai dengan minat. Meski bisa mengerjakan tugas atau beban pekerjaan yang diberikan perusahaan, ketidaksesuaian dengan minat lebih berpotensi menimbulkan stres.

Menurut konsultan karir Lisyan Tamara Setioputro SSos MM, sejatinya generasi saat ini memiliki kecenderungan lebih selektif memilih pekerjaan. Meski, tidak bisa dimungkiri masih ada alumnus-alumnus yang berlomba mencari dan mendapatkan pekerjaan tanpa me medulikan kesesuaian dengan bidang studi yang dipelajari maupun passion-nya.

‘Alumni yang lebih selektif dalam mencari pekerjaan hampir tidak peduli akan mendapat pekerjaan dalam waktu singkat atau tidak. Mereka lebih memilih menunda waktu untuk bekerja demi idealisme atau pekerjaan yang diharapkan,’ tutur Manajer Career Services Direktorat Pengembangan Kemahasiswaan Ubaya tersebut.

Tapi, bagi yang tidak selektif, lanjut dia, tidak jarang akhirnya menyadari bahwa pekerjaan yang didapat tidak sesuai dengan passion. Saat dalam posisi kecemplung inilah, mereka dihadapkan pada dua pilihan sulit. Apakah harus langsung resign atau mencoba bertahan dan bersahabat dengan pekerjaan tersebut. ‘Masing-masing ada konsekuensinya,’ kata Lisyan.

Opsi pertama adalah langsung mengundurkan diri. Konsekuensinya, mereka harus mencari pekerjaan baru lagi yang belum tentu diperoleh dalam waktu singkat. Kondisi itu juga bisa menimbulkan stres lantaran khawatir tidak kunjung menemukan pekerjaan baru.

Untuk mengurangi kekhawatiran ersebut, dia menyarankan untuk mencoba mengoreksi diri dan memikirkan pekerjaan seperti apa yang diminati. Sambil menunggu pekerjaan baru, alumnus dapat mengisi waktu dengan beberapa kursus yang dapat menunjang pekerjaan yang dia minati. Dengan demikian, ketika kembali bekerja, ada nilai plus yang dapat ditunjukkan di mata perusahaan.

Kemungkinan yang kedua, tetap menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat itu. Situasi tersebut cukup menyiksa karyawan lantaran mereka harus belajar untuk bersahabat dengan pekerjaannya. Untuk mengatasi hal itu, karyawan harus berusaha untuk menanamkan nilai komitmen dalam diri.

‘Saat kita menerima pekerjaan di sebuah perusahaan, secara tidak langsung kita membuat perjanjian dengan pihak perusahaan. Tentu, ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh setiap pihak jika salah satu pihak tidak menepati perjanjian tersebut,’ papar Lisyan. ‘Selain itu, berusahalah untuk menanamkan dalam pikiran kita bahwa setiap pekerjaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena itu, kita harus melakukannya dengan tulus ikhlas,’ lanjutnya.

Jika penanaman nilai komitmen dalam diri tidak berhasil dan karyawan tetap merasa tidak mampu bertahan, karyawan boleh mengundurkan diri. Namun, mengundurkan diri pun memiliki etika. ‘Kita tidak bisa sewaktu-waktu mengajukan surat permohonan pengunduran diri. Karyawan tetap harus mengikuti aturan yang ditetapkan perusahaan,’ terang Lisyan.

Jika karyawan tidak mampu menjalani keduanya, ada satu jalan yang bisa diambil. ‘Saran saya, kalau sudah ‘kecemplung’ lebih baik mereka, menghabiskan masa percobaan atau waktu kontrak. Bukan rahasia umum kalau perusahaan menerapkan masa percobaan atau status kontrak untuk karyawan baru,’ tutur Lisyan.

Masa kontrak setiap perusahaan berbeda. Ada yang per enam bulan atau setahun. Selama masa kontrak itu, coba tunjukkan kinerja sebaik-baiknya, meski tidak suka. Tidak disarankan untuk langsung keluar sebelum kontrak berakhir. Sebab, masa kerja yang terlalu singkat di sebuah perusahaan atau sering berpindah-pindah tempat bekerja dapat merusak penilaian CV seseorang di mata perusahaan.

Karena itu, daripada terjebak dalam pekerjaan yang berpotensi membuat stres, tidak ada salahnya lebih selektif sejak awal. ‘Menunggu sebentar lebih baik, dan jangan mudah termakan stigma buruk dari masyarakat.,’ lanjut Lisyan. (c16/na)

Sumber: Jawa Pos, 1 Juni 2013