Keluarga Punya Peran Penting Dalam Pendidikan fadjar June 17, 2013

Keluarga Punya Peran Penting Dalam Pendidikan

Kurikulum 2013 Lebih Membuat Siswa Kreatif

SURABAYAndash; Kurikulum baru akan mulai diajarkan pada 15 Juli 2013, dan implementasi Kurikulum 2013 ini akan dilakukan secara terbatas dan bertahap.

Guna memahami apa saja yang ada dalam Kurikulum 2013, maka Universitas Surabaya (Ubaya) mengundang perwakilan guru SMA/SMK seluruh Indonesia dalam acara Seminar Nasional Kurikulum SMA/SMK 2013 dan Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2014/2015. “Guna lebih memahami apa itu Kurikulum 2013, maka kami adakan kegiatan ini, dan juga Ubaya ingin membentuk kegiatan berupa payung pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” Janiarto Parung, Rektor Ubaya dalam sambutannya.

Ke depan, yang paling dibutuhkan dalam Kurikulum 2013 adalah kreativitas. Karena itu, anak-anak akan lebih banyak dilatih dalam mengolah kreativitasnya melalui pendidikan. “Berdasarkan penelitian di Amerika, ternyata 2/3 kreativitas didapat dari pendidikan bukan dari keturunan. Artinya, kreativitas bisa didapat melalui pendidikan. Dari itu, pendekatan Kurikulum 2013 adalah pendekatan scientific, seperti mengobservasi, mengajak siswa untuk bertanya, bereksperimen, diajak bernalar, dan komunikasi. Kelimanya harus dipompa guru untuk diaplikasikan kepada para murid,” kata Ir Sukemi, staf khusus Mendikbud saat menyampaikan materinya di hadapan seluruh guru SMA se-Indonesia, kemarin.

Semua guru dalam Kurikulum 2013 harus bisa menanamkan sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan secara bersamaan. Pasalnya, dulu masih terkotak-kotakan ketika membahas soal mengenai sikap spiritual atau sosial yang selalu dianggap menjadi tanggung jawab guru agama atau PKN saja. Padahal, tidak demikian. Guru di luar mata pelajaran apapun juga bisa mengajarkan keempat elemen tersebut.

“Misalnya guru Kimia menjelaskan elektron, maka bisa menjelaskan melalui sifat-sifat elektron itu, yakni elektron tidak pernah berubah. Dari sana kita tanamkan bahwa dalam hidup harus punya sikap setia dan jujur. Jadi, tidak ada asumsi bahwa spiritual hanya tanggung jawab guru agama saja, tetapi semua guru sama tanggung jawabnya,” tandas Sukemi.

Prof Yusti Probowati, Dekan Psikologi Ubaya yang turut hadir sebagai pembicara mengatakan, kehadiran Kurikulum 2013 akan mencoba menjawab permasalahan Bangsa Indonesia, seperti anak-anak yang masih terlibat kriminal atau narkoba, sehingga diharapkan akan membentuk sistem nilai, pengetahuan, dan kemampuan yang lebih baik.

“Kurikulum 2013 akan lebih mengasah kreativitas peserta didik, karena dulu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi dan tinggal ditransfer dari guru ke murid saja. Namun, sekarang berbeda, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau hasil transformasi peserta didik yang belajar,” ungkap Yusti.

Metode pembelajaran Kurikulum 2013 memakai sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, lebih mementingkan proses selain hasil, dan guru menjadi fasilitator atau pendamping siswa. Selain itu, guru tidak hanya mengajar di depan kelas, namun juga merancang pembelajaran.

“untuk Kurikulum 2013, guru juga harus melakukan perubahan. Memang tidak mudah, apalagi jika guru tersebut sudah bertahun-tahun melakukan pengajaran dengan sistem lama. Namun, guru juga harus mau belajar mengevaluasi pembelajaran terkait soft skill peserta didik,” papar dosen yang juga ahli forensik ini. mamik Wijayanti

Sumber: https://www.koran-sindo.com

Keluarga Punya Peran Penting Dalam Pendidikan

suarasurabaya.net – Di tengah maraknya kabar bakal berubahnya kurikulum pendidikan nasional (Kurnas) 2013 ini, ditengarai Prof. Dr. Yusti Probowati Dekan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), keluarga tetap memiliki peran sangat penting.

Keluarga nantinya akan menjadi basis bagi pertumbuhkembangan anak, dalam masyarakat sekaligus dalam pendidikannya, di tengah degradasi yang terjadi pada bangsa dan masyarakat saat ini.

“Data jumlah anak-anak di lembaga pemasyarakatan anak, dari data yang ada dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, dan tentunya juga ini menjadi tanggung jawab bersama,” terang Yusti Probowati.

Saat ini perkelahian antar pelajar, termasuk antar mahasiswa, dan antar kampung terus menghiasi kabar-kabar berita melalui koran, radio dan televise di negeri ini.

Belum lagi munculnya berita tentang aksi terorisme yang juga mulai menyentuh anak-anak remaja, menjadi keprihatinan tersendiri. Tidka hanya bagi orangtua, tetapi juga menjadi keprihatinan para pendidik, para guru di sekolah-sekolah.

Dan terkait dengan bakal digantinya kurikulum pendidikan nasional, Yuli Probowati berkeyakinan bahwa peran keluarga menjadi akan sangat penting terutama jika dikaitkan dengan pendidikan bagi anak-anak dan remaja.

“Karena dari dalam rumah biasanya anak-anak mulai belajar mengenal dan melakukan sesuatu. Jika keluarga memiliki pendidikan dasar yang kuat, maka harapan kita anak-anak juga akan memiliki pendidikan yang bagus,” papar Yusti.

Back to Family, kata Yusti yang menekuni psikologi forensic, menjadi awal bagi anak-anak dan remaja untuk tidak secara gegabah dan sembarangan mengadopsi pengetahuan yang bisa jadi tidak sesuai dengan kepribadian.

“Oleh karena itu, guru dan orang tua semestinya bisa saling mendukung agar pendidikan anak dan remaja, terkait dengan Kurnas 2013 justru tidak membuat anak-anak akan menjadi kehilangan kepribadian yang baik seperti yang sudah didapatnya didalam rumah melalui keluarga,” pungkas Yusti Probowati dalam Seminar Nasional Kurikulum Nasional SMA/SMK 2013 di Ubaya Surabaya, Sabtu (15/6/2013).(tok/ipg)

Sumber: https://kelanakota.suarasurabaya.net