Prof Joniarto Parung, Rektor Ubaya yang Miliki Sejarah Hidup Penuh Liku fadjar May 28, 2013

Prof Joniarto Parung, Rektor Ubaya yang Miliki Sejarah Hidup Penuh Liku

Menjadi seorang rektor dan memiliki ruang kerja yang memadai, sebelumnya tidak pernah dibayangkan oleh Joniarto yang kini menjabat sebagai Rektor Universitas Surabaya (Ubaya). Meski di pundaknya telah tersemat jabatan sebagai seorang rektor, hal ini tak membuatnya lantas melipat dan membuang kenangan masa silamnya di Tana Toraja yang masih belum mampu disebut indah. Hal ini karena justru dari sanalah Joniarto mulai melangkah hingga akhirnya menuntun untuk berani berpijak lebih jauh tanpa mengabaikan kebajikan.

Sekolah dasar biasanya identik dengan indahnya dunia anak-anak. Akan tetapi, tidak dengan dunia Joniarto Parung saat itu. “Dulu waktu sekolah, masih belum pakai sepatu, berangkat ke sekolah dengan jarak yang tidak cukup dekat dengan berjalan kaki juga sudah biasa,” kenang Joniarto. Bahkan, Joniarto juga mengaku dirinya serta teman-teman seusianya di kampung terpencil itu haus akan bacaan karena minimnya bahan bacaan. Namun, rendahnya fasilitas bukan berarti semangat mereka menciut. Sosok dan peran guru dalam membimbing dan memberikan motivasi seperti air yang menyirami dahaga mereka akan ilmu dan pengetahuan. “Selain mengajari, mereka menginspirasi,” tambah Joniarto saat mengingat kembali sosok-sosok gurunya.

Di tengah perjuangannya, Joniarto disuguhi pilihan untuk mengabdi menjadi seorang anggota militer. Panggilan militer tersebut datang tepat saat dirinya lulus dari Universitas Hasanudin dan mendapat tawaran menarik dari perusahaan bertaraf internasional yang tentunya siapa pun menginginkan peluang itu. “Semua itu adalah sebuah proses, kita memang memilik hak untuk berkeinginan, tetapi jika mendadak ada hal di luar keinginan yang harus kita jalani, jangan mati-matian menolak, dijalani saja dengan begitu tidak ada rasa sakit hati,” ungkapnya dengan mimik penuh keikhlasan.

Berbagai perjalanan yang tidak mulus dengan sabar dijalani lelaki kelahiran Rantepao Tana Toraja yang juga menyelesaikan pendidikan Master di ITB dan Doktoral di Glasgow. Sampai akhirnya dengan prestasi dan usaha yang tidak mudah membawanya pada posisi seperti sekarang ini. “Harapannya bisa membawa Ubaya tetap eksis dengan pendidikan yang berkualitas, bukan aji mumpung banyak yang berminat sehingga mengabaikan kualitas dan bukan semata-mata untuk kepentingan Ubaya sebagai lembaga, melainkan untuk mahasiswa dan seluruh stakeholdernya,” tutur Joniarto saat ditanya visinya sebagai seorang rektor. Bahkan, Joniarto ingin menjadikan Ubaya sebagai kiblat “realmini Indonesia” yang berkontribusi mendirikan pendidikan tanpa membedakan dalam kesatuan multikultural atau lintas agama juga tidak pernah diabaikannya.[*]

Sumber: Kompas, 27 Mei 2013