Gabriel Sophia, Kembali Antarkan Surabaya Emdee Fever ke Final SpeedyWNBL fadjar May 23, 2013

Gabriel Sophia, Kembali Antarkan Surabaya Emdee Fever ke Final SpeedyWNBL

Membayangkan Jacklien Saat Berlatih Biar Kian Kuat

Center Surabaya Emdee Fever Gabriel Sophia hanya selangkah lagi menyempurnakan prestasinya tahun ini. Fever lolos ke semifinal setelah mengalahkan Sahabat Semarang 70-46 tadi malam (22/5). Dia berpeluang besar mengawinkan gelar individu sebagai most valuable player (MVP) dan gelar juara Speedy WNBL Indonesia.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Jogjakarta

GABY memang tampil dominan pada musim ini. Sepanjang musim reguler dia tampil penuh (15 game). Rata-rata minute play-nya sangat tinggi, 30 menit 31 detik per game. Statistik individunya pun mengagumkan. Dia merupakan pengumpul rebound dan block terbanyak, yakni 201 rebound dan total 49 block.

Produktivitas poin mahasiswi Jurusan Teknik Informatika Universitas Surabaya (Ubaya) ini juga luar biasa. Sepanjang musim reguler dia mengemas 230 angka. Jika ditambah sumbangan poinnya saat mengalahkan Sahabat Semarang, total dia mengoleksi 252 poin!

Saat ini, ambisi Gaby adalah merebut juara. Meskipun tahun lalu sudah meraihnya, bukan berarti Fever puas. Bahkan, pelatih kepala Mari Visrael Ramos Valencia sudah menanamkan target juara di benak semua pemain. ‘Pelatih bilang, first is sweet, but second is sweeter,’ ujar Gaby.

Karena itu, saat ini Gaby tidak pernah merasa dirinya lebih baik daripada pemain lain. Dia justru merasa bahwa gelar MVP yang dia rebut tak mungkin terjadi tanpa dukungan rekan-rekan setim. ”Mungkin rebound saya bagus. Tapi, apa artinya rebound kalau tidak ada pemain lain yang membawa bola ke depan,” katanya.

Pebasket 21 tahun tersebut benar-benar memfokuskan diri agar Fever mempertahankan gelar juara. Setiap hari kehidupannya hanya dilalui di dua tempat: kuliah dan main basket. Kalaupun ada waktu luang, dia lebih memilih berlatih daripada nge-mall. ”Nggak ada hobi. Hobi ya main basket,” katanya.

Penggemar berat Mark Gasol tersebut mengatakan, latihan keras adalah satu-satunya jalan meraih gelar. Dia beruntung pelatihnya memberikan menu latihan yang sangat ketat. Tapi, Gaby pun tetap perlu menambah latihan sendiri. ”Saya juga punya target dan standar latihan sendiri,” katanya.

Menurut Gaby, mengandalkan latihan saja tidak cukup untuk bisa mencapai performa puncak. Sebab, latihan kadang-kadang membosankan karena sparring partner-nya rekan-rekannya sendiri yang rata-rata bertubuh kecil. Padahal, Gaby memerlukan lawan latih setinggi dirinya untuk melatih duel.

‘Akhirnya setiap latihan saya selalu membayangkan teman saya itu adalah Jacklien Ibo (center Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta, Red). Biar semangat tempurnya tetap terjaga. Kalau nggak gitu, latihan kami akan biasa-biasa saja. Kemampuan kami tidak meningkat,’ ulas pebasket kelahiran Kendari 22 November 1991 itu. (*/c2/ang)

Sumber: Jawa Pos, 23 Mei 2013