Prancis Tunjuk Ubaya Teliti Ekstraksi Mangga fadjar April 30, 2013

Prancis Tunjuk Ubaya Teliti Ekstraksi Mangga

Pengolah Buah dari Prancis

SURABAYA – Kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Prancis, dan Universitas Surabaya (Ubaya) berbuah teknologi tepat guna. Dari negara Eropa itu, Ubaya mendapatkan alat pengolah buah berteknologi dAtilde;copy;tente instantanee controlee atau teknologi DIC.

Humas Pemerintah Prancis Philippe Grange mengatakan, alat tersebut mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah hasil pertanian. ‘Misalnya saja, alat ini bisa mengolah 30 kilogram mangga kering per jam,’ ujarnya kemarin (29/4). Jawa Timur dikenal sebagai provinsi penghasil buah yang cukup besar. Kualitasnya juga bagus. Dengan teknologi tersebut, pengolahan mangga lebih optimal dan produktif. Mangga tidak perlu sampai membusuk.

Teknologi DIC akan mengolah hasil pertanian dengan teknik pengepresan secara mendadak. Teknologi tersebut mampu memproses bahan-bahan pangan sehingga menjadi produk baru dalam bentuk cair, keripik, maupun serbuk. Produk-produk yang diproses dengan DIC akan mempunyai karakteristik. Di antaranya, mengembang (swelled), terdekontaminasi, dan tahan lama. ‘Produk itu diharapkan tidak membutuhkan bahan pengawet kurang lebih selama dua tahun,’ ungkap Puguh Setyopramono, penanggung jawab pengembangan teknologi DIC. Dia pun menunjukkan keripik pisang hasil penggunaan DIC.

Tamara Allaf, tenaga ahli DIC Machine dari Prancis, mengatakan, teknologi DIC punya beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat pengering makanan pada umumnya. Teknologi itu bisa menghancurkan bakteri atau kuman. Kandungan vitamin serta protein tetap utuh meski tanpa pengawet. Selain buah-buahan, teknologi tersebut bisa mengolah sayur-sayuran. (dor/c7/roz)

Sumber: Jawa Pos, 30 April 2013

Prancis Tunjuk Ubaya Teliti Ekstraksi Mangga

Surabaya (Antara Jatim) – Pemerintah Prancis menunjuk Universitas Surabaya (Ubaya) untuk meneliti ekstraksi mangga dengan alat ‘Detente Instantance Controlee Machine’ atau ‘DIC Machine’ yang dihibahkan kepada universitas itu sejak tahun 2006.

‘Alat untuk membuat ekstrak agro tanpa mengubah kadar nutrisi, rasa, warna, dan steril itu memang diberikan Perancis kepada Indonesia dan Meksiko yang kaya dengan buah-buahan,’ kata peneliti Universitas Surabaya (Ubaya) Ir Puguh Setyopratomo MT di kampus setempat, Senin.

Peneliti Jurusan Teknik Kimia Ubaya yang pernah mempelajari alat itu langsung ke Prancis mengemukakan hal itu saat menerima kunjungan tenaga ahli ‘DIC Machine’ Dr Tamara Allaf yang didampingi Humas Pemerintah Perancis Philippe Grange ke Laboratorium DIC Ubaya.

‘Kunjungan itu sendiri berkaitan dengan kerja sama Pemerintah Prancis dengan Pemprov Jatim untuk memanfaatkan DIC Machine guna memproduksi ekstrak mangga yang diawali dengan penelitian dengan DIC Machine yang ada di Laboratorium DIC Ubaya,’ katanya.

Didampingi Kepala Jurusan Teknik Kimia Ubaya Ir Endang Sri Hari Mochni MSc, ia menjelaskan Pemprov Jatim sendiri sudah menyiapkan dana dari APBD 2013 untuk membuat ekstrak mangga dalam skala industri yang akan dijalankan BUMD Jatim, PT Wira Jatim.

‘Jadi, kami yang meneliti, karena Prancis menghibahkan alat itu ke kami, kemudian Pemprov Jatim yang memanfaatkan untuk kepentingan industri, sehingga Prancis diuntungkan dalam aspek penelitian dan paten, kemudian Indonesia juga diuntungkan dalam penelitian dan pengembangan buah-buahan dengan sentuhan teknologi,’ katanya.

Menurut dia, sistem kerja ‘DIC Machine’ yang harganya mencapai Rp500 juta itu dengan memasukkan buah-buahan yang sudah dikupas, lalu ditutup rapat untuk menerima tekanan yang tinggi dan akhirnya dipompa dengan ‘vacuum’ untuk menerima tekanan yang rendah.

‘Proses yang berlawanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah itu akan membuat buah-buahan mengembang atau mekar tanpa mengalami perubahan tekstur, kadar nutrisi, rasa, dan warna, sehingga buah yang sudah mekar itu akan cepat mengering bila dimasukkan oven, kemudian ekstrak buah yang dihasilkan dapat dijadikan bubuk/tepung atau bahan untuk jus buah,’ katanya.

Hingga kini, pihaknya telah meneliti ekstrak pisah, buah merah, singkong, dan sebagainya. ‘Tapi, untuk mangga memang belum pernah, karena itu penunjukan dari Pemerintah Prancis dan Pemprov Jatim itu akan menjadi tantangan bagi kami,’ katanya.

Apalagi, katanya, Provinsi Jawa Timur ke depan akan mendirikan pabrik yang memproduksi hasil pertanian Indonesia, khususnya Jawa Timur. ‘Dengan bentuk ekstrak akan mudah diekspor ke luar Jawa dan bahkan negara lain tanpa khawatir membusuk,’ katanya.

Senada dengan itu, Kepala Jurusan Teknik Kimia Ubaya Ir Endang Sri Hari Mochni MSc menyatakan pihaknya menyambut baik realisasi pemanfaatan DIC Machine di Jawa Timur dengan Ubaya turut berperan besar dalam sebagai media penelitian serta pengembangan produknya.

‘Harapannya, ke depan tidak hanya ekstraksi mangga, namun juga ke arah jamu, sayuran, dan bahkan ikan, karena sekarang marak di masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat dengan kembali ke alam tanpa bahan kimia,’ kata Endang Sri Hari Mochni. (*)

Sumber: https://www.antarajatim.com

Ubaya jalin kerjasama dengan La Lhochelle Perancis

LENSAINDONESIA.COM: Untuk memajukan kualitas panen pertanian Indonesia, Universitas Surabaya (Ubaya) melakukan kerjasama dengan University of La Lhochelle Perancis, membuat alat untuk mengestrak buah-buahan, salah satunya buah mangga.

Kerjasama tersebut, menghasilkan Detente Instantance Controlee (DIC) Mechine, dan salah satunya untuk mengekstraksi buah mangga. Disini Pemerintahan Perancis dan Ubaya, khususnya Fakultas Teknik Kimia Ubaya, bekerja sama guna memajukan hasil panen petani Indonesia.

Baca juga: Ubaya datangkan mesin baru untuk menunjang panen Indonesia dan Dindik Jatim imbau siswa tidak ‘ngoyo’ ikuti UN 2013

Hal tersebut diperkuat oleh Mr Philippe Grange selaku Humas Pemerintahan Perancis, yang ditemui oleh Wartawan lensaindonesia.com, Senin (29/4) siang, di Kampus Ubaya.

“Kerja sama ini cukup bagus. Tujuannya bagus, untuk memajukan kualitas hasil pertanian,” ujar Philippe.

Selain itu, mesin ini juga memajukan kualitas produk-produk yang akan dipasarkan. “Hal ini juga mempermudah penjualan ke masyarakat luas, entah dalam Negeri maupun luar Negeri,” imbuh pria yang juga berprofesi Profesor di University of La Lhochelle Perancis.

Memang saat ini, kerjasama dua Universitas hanya sebatas DIC Mechine ektrasi buah mangga saja, tapi tidak menutup kemungkinan kerjasama membuat mesin lainnya.

Sumber: https://www.lensaindonesia.com

DIC Machine Pengolah Buah Mangga Buatan Ubaya-La Rochelle University
Lebih Murah Rp 500 Juta dengan Bahan Prancis dan Lokal

LAININ NADZIROH
Wartawan Radar Surabaya

Jurusan Teknik Kimia Universitas Surabaya (Ubaya) yang bekerja sama dengan La Rochelle University, Prancis bakal memanfaatkan DIC (Deacute;tente Instantance Controlee) Machine untuk membuat ekstraksi buah mangga yang menjadi produk agro primadona Jatim.

HASIL riset antara Ubaya dengan La Rochelle University Perancis ini diharapkan bisa membantu para petani, agar hasil panen nya memiliki nilai tambah
lebih baik. ‘Pemprov Jatim tertarik membelinya,’ kata Humas Pemerintah Prancis Philippe Grange yang mendampingi Tenaga Ahli DIC Machine Dr Tamara Allaf, saat berkunjung ke Laboratorium DIC di Ubaya, Senin (29/4).

Diterangkan Philippe, alat ini istimewa lantaran hemat energi dan bisa membunuh kuman. Rasa mangga yang diolah pun tetap menjaga. Dengan kemampuannya yang bisa mengolah mangga kering sebanyak 30 kilogram per jam, mesin ini unggul jika dibandingkan dengan pengolahan tradisional yang membutuhkan waktu beberapa hari. “Ini yang akhirnya membuat pemprov Jatim ingin membelinya,’ kata Philippe.

DIC Machine bekerja dalam dua cara. Pertama, buah mangga dikupas dan diiris-iris kecil dan dikeringkan sekitar 80 persen. Baru setelah itu, dimasukkan ke DIC Machine yang akan diekspansi (diberi tekanan besar, red) hingga mengembang lagi seperti buah mangga segar. ‘Saat diekspansi itu, bakteri ikut hilang. Apalagi kan kena suhu panas,’ terang Philippe.

Sebuah mesin DIC di Eropa harganya mencapai hampir Rp 2 miliar. Namun, untuk kebutuhan home industry di Jatim, akan ditekan menjadi Rp 1,5 miliar. Caranya, tabung utama dibeli di Prancis, bahan pendukung, bisa dibuat dari lokal.

Selain diekspansi, buah mangga yang kering pun bisa digiling menjadi bubuk. Bubuk tersebut, bisa dipakai untuk membuat es krim, jus, sehingga harganya juga
jadi lebih baik. “Kalau pas musim mangga, terus banyak yang terbuang, kan sayang sekali. Nah, mesin ini bisa jadi alternatif sebagai nilai tambah,” tuturnya. (*/het)

Sumber: Radar Surabaya