Tentang Proses Review Paper fadjar April 17, 2013

Tentang Proses Review Paper

Hazrul Iswadi
Departemen MIPA Ubaya

Salah satu momen yang cukup menegangkan dalam karir sebagai peneliti adalah menerima dan membaca hasil review dari reviewer sebuah jurnal atas paper yang kita kirimkan. Kalau mau didramatisir, bolehlah momen tersebut kita samakan dengan momen ketika membaca surat cinta sewaktu di SMA (tapi sebelum ada SMS atau Facebook).

Proses review merupakan proses yang penting atau bahkan yang paling penting dalam rangkaian kegiatan penelitian. Pada proses tersebut segala sesuatu yang dikemukakan oleh peneliti dalam papernya dipertanyakan dan dibongkar ulang, mulai dari kesalahan format, penulisan kata, tata bahasa, metodologi, kebaharuan, dan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan.

Reviewer menggunakan semua pengalaman dan kepakaran yang dimilikinya untuk menimbang, mengukur, dan memberikan keputusan atas paper yang direviewnya. Reviewer yang bertanggungjawab akan sadar sesadar-sadarnya bahwa paper yang dikirimkan oleh peneliti merupakan sari dari segala usaha sang peneliti dalam meneliti suatu bidang kajian selama periode tertentu, bisa bulanan bahkan tahunan. Reviewer akan menyediakan waktu yang cukup, menggunakan keluasan linknya dengan pakar lain, mengali semua ingatan yang relevan dengan topik kajian dari paper, dan siap sedia dengan semua alat yang dapat membantunya untuk melakukan proses review seperti kamus, buku tata bahasa, software anti-plagiat, dan internet.

Seorang reviewer jurnal Discrete Mathematics (sebuah jurnal internasional dari Science Direct yang sangat berbobot) pernah bercerita kepada penulis bahwa beliau selalu menempatkan paper yang akan direview pada urutan paling bawah dari semua tumpukan dokumen pekerjaannya. Penempatan itu bukan berarti proses review dilakukan pada prioritas yang paling buncit tapi proses review dilakukan setelah semua pekerjaan yang lain usai dan semua konsentrasinya dapat dicurahkan untuk mereview paper. Beliau mengatakan bahwa proses rekonstruksi yang dilakukan untuk mereview paper membutuhkan ketenangan dan proses merasuk pada paper yang kita review. Proses review membuat kita harus bisa mengira-ngira, mencari-cari batasan asumsi, berimajinasi, menguji, dan menghubung-hubungkan dengan fakta-fakta lain yang sebelumnya sudah ada.

Jika proses reviewer dilakukan dengan penuh khidmat dan bertanggungjawab seperti di atas maka bolehlah peneliti yang menulis paper untuk berharap bahwa ia akan mendapatkan masukan dalam banyak hal untuk memperbaiki kesalahan atau kelemahan dalam penulisan papernya, terutama kesalahan dan kelemahan yang terdapat di dalam paper yang dilakukan secara tidak sengaja dan luput dalam pemeriksaannya. Peneliti akan memperoleh pendapat dan masukan dari orang yang berlaku sebagai pengamat dan berjarak dengan objek penelitian. Peneliti akan memperoleh manfaat untuk menghindarkan hal-hal yang mungkin memalukannya dikemudian hari jika didapatkan kesalahan remeh atau fundamental dari paper yang ditulisnya. Peneliti juga akan mendapatkan manfaat berdasarkan pendapat reviewer dari kemubaziran atau proses penelitian yang berulang-ulang jika materi dari paper yang ditulis sudah pernah ditulis oleh peneliti lain sebelumnya. Peneliti akan mendapatkan manfaat dari terbangunnya integritas pribadi sebagai peneliti yang tangguh dan berkualitas setelah melalui segala badai ujian atas kelemahan dan kesalahan yang dilakukan reviewer atas papernya.

Sehingga tak heran kalau dalam suatu proses reviewer yang benar dan berkualitas kadang-kadang lembar hasil review lebih banyak dari lembar paper yang aslinya. Pada suatu kesempatan penulis mengalami sendiri memperoleh lembar hasil review sejumlah 16 halaman atas paper penulis yang berjumlah 9 halaman dan diakhiri dengan kata-kata bahwa paper ini menghasilkan sesuatu yang baru tapi hanya bagian yang sangat kecil dari suatu topik kajian di matematika. Pada lain kesempatan penulis juga memperoleh hasil review dari suatu paper yang dikirim ke suatu jurnal yang hanya berisi tiga paragraf yang intinya mengatakan bahwa paper penulis tidak layak untuk diterbitkan karena hasil yang terdapat dalam paper tersebut merupakan kasus khusus dari hasil yang telah diperoleh oleh peneliti lain.

Jika asumsi bahwa paper yang ditulis peneliti adalah hasil penelitian yang berkualitas, penting, dan terbaru dan proses review yang dilakukan adalah proses yang juga berkualitas dan bertanggungjawab maka paper-paper yang lolos dan dipublikasikan dari proses tersebut akan menjadi bata-bata yang akan membangun rumah ilmu pengetahuan kita. Sumbangan yang sedikit-sedikit tapi berkualitas, penting, dan terbaru pada bidang ilmu pengetahuan akan menjadi material yang kokoh untuk munculnya teori-teori baru. Thomas S. Kuhn, seorang filsuf ilmu pengetahuan, menyatakan bahwa revolusi ilmu pengetahuan atau teori baru dalam ilmu pengetahuan dimulai dari penelitian-penelitian yang kritis dan mendalam atas teori-teori yang telah ada. Kemudian sampai pada suatu titik tertentu yaitu titik kritis dimana orang kemudian mempertanyakan teori yang telah ada sehingga diupayakan suatu teori baru.

Asumsi pada paragraf sebelumnya tentu merupakan negasi dari paper yang ditulis yang bukan dari penelitian yang berkualitas, ditulis asal-asalan, dibuat dari rangkuman suatu buku atau bab, atau replikasi metode untuk kasus yang berbeda. Kemudian negasi proses review pada paragraf di atas adalah proses review dilakukan oleh reviewer yang tidak kompeten pada topik dalam paper tersebut dan tidak punya cukup waktu untuk menelaah dengan mendalam.

Jika negasi-negasi tersebut menjadi suatu kumpulan asumsi yang dipakai untuk meloloskan suatu paper dan dipublikasikan baik di prosiding atau jurnal maka kita akan memperoleh sampah pengetahuan yang tidak akan dirujuk dan tidak akan berguna untuk pengetahuan berikutnya. Walau mungkin publikasi seperti itu berguna untuk menambah kum untuk kenaikan pangkat, berguna sebagai alasan untuk pergi seminar, atau hanya untuk isian dari item borang akreditasi.