Mahasiswa Prokrastinasi, Mahasiswa dan Dosen Terbebani fadjar March 21, 2013

Mahasiswa Prokrastinasi, Mahasiswa dan Dosen Terbebani

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Skripsi merupakan salah satu tugas makalah yang sering ditunda-tunda pengerjaannya oleh mahasiswa. Jangka waktu pengerjaan skripsi selama 2 semester secara ideal dapat diselesaikan dalam 1 semester. Tetapi dengan adanya perilaku prokrastinasi berdampak pada mundurnya masa penyelesaian skripsi dalam batas waktu yang normal. Terdapat berbagai penyebab prokrastinasi menurut Steel (2007) ditinjau dari Temporal Motivation Theory (TMT). Steel menyatakan terdapat faktor expectancy, value, dan impulsivity yang mendasari perilaku prokrastinasi. Beberapa hasil penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya menunjukkan aplikasi konkret penyebab prokrastinasi akademik (misalnya prokrastinasi skripsi, tugas makalah lain, ataupun kegiatan akademik lain). Penyebabnya antara lain tugas dirasa tidak menyenangkan (task aversiveness) (Premadyasari, 2012), keyakinan akan kemampuan diri yang rendah untuk mampu mencapai hasil yang memuaskan atau sesuai harapan (self efficacy) (Julianda, 2012), rendahnya flow (Yuwanto, 2012), motivasi berprestasi yang rendah (Evanti, 2012), manajemen waktu yang kurang baik (Rini, 2012), perfeksionisme (Amanda, 2012), dan beberapa penyebab yang lain.
Dampak prokrastinasi bagi diri pelaku prokrastinasi (prokrastinator) sudah sangat jelas. Misalnya batas waktu pengerjaan tugas menjadi berkurang meskipun dalam mengerjakannya tetap mampu berkonsentrasi, meskipun mampu menyelesaikan tepat waktu namun hasilnya kurang optimal karena untuk penyempurnaan pengerjaan tugas menjadi berkurang atau malah tidak ada kesempatan untuk itu. Bagi mahasiswa secara konkret menjadi menumpuknya beberapa tugas yang harus dikerjakan karena setiap tugas memiliki batas waktu pengerjaan yang jelas. Apakah pengerjaan tugas terutama skripsi yang ditunda-tunda memiliki dampak bagi dosen pembimbing? Jawabnya iya, memiliki dampak.
Pengalaman penulis tentang perilaku prokrastinasi mahasiswa dalam pengerjaan skripsi sebagai berikut. Saat mahasiswa memiliki jadwal bimbingan hari selasa secara rutin, mahasiswa tersebut baru memasukkan bahan bimbingan atau skripsi yang telah diperbaiki hari senin sore. Mahasiswa memiliki waktu mengerjakan skripsi selama seminggu tetapi baru dikumpulkan H-1. Dampaknya penulis tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca atau memberikan feedback. Dalam proses seperti ini terjadi ketimpangan antara dosen dan mahasiswa. Mahasiswa memiliki waktu menulis skripsinya selama seminggu, sedangkan dosen hanya memiliki waktu membaca kurang dari 1 hari.
Dari sudut pandang mahasiswa, menilai dosen tidak memiliki tugas yang berat selain mengajar. Oleh karena itu merupakan kewajaran dari mahasiswa menilai dosen mampu dan harus bisa membaca dalam waktu singkat skripsi atau tugas yang telah dikerjakan. Mahasiswa menilai dirinya juga memiliki aktivitas atau tugas lain dalam kehidupannya yang harus dikerjakan. Namun apakah dosen tidak memiliki kondisi yang serupa?. Mungkin tidak banyak mahasiswa yang mengetahui tugas atau kegiatan dosen. Dosen tidak hanya mengajar di kelas, namun juga membimbing mahasiswa, melakukan kegiatan pengembangan pribadi yang terkait dengan bidang akademik, kegiatan pengabdian masyarakat, kegiatan penelitian, dan kegiatan penunjang akademik. Di luar itu masih memiliki tanggungjawab sebagai bagian dari keluarga ataupun masyarakat.
Fenomena umum yang seringkali terjadi dalam pengerjaan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya adalah bila waktu deadline pengumpulan skripsi atau yudisium masih lama, maka proses pengerjaan skripsi tidak optimal. Maksudnya bila ingin mengerjakan akan dikerjakan, dan cenderung ditunda-tunda untuk aktivitas lain. Bila disesuaikan dengan 4 Kuadran Waktu, mahasiswa lebih banyak mengerjakan kegiatan di kuadran 1, 3, dan 4. Skripsi seharusnya dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan kuadran 3. Penting tetapi tidak mendesak bila dikerjakan secara rutin, karena batas waktu pengerjaannya jelas, dan rentang waktu pengerjaan memadai. Bila ditunda-ditunda, maka pengerjaan skripsi menjadi masuk ke kuadran 1, yaitu penting dan mendesak. Harus dikerjakan sekarang juga karena deadline nya sudah sangat mendesak, dan penting karena makna skripsi sangat besar, bila tidak mampu memasukkan skripsi sesuai batas waktu maka tidak akan segera ujian skripsi.
Berpindahnya kegiatan pengerjaan skripsi dari kuadran 2 ke kuadran 1 sebagai bentuk prokrastinasi memiliki dampak. Mahasiswa dan dosen sama-sama terbebani dalam prosesnya, mahasiswa tidak maksimal mengerjakan skripsi, dosen terbebani dalam memberikan feedback ataupun dalam membantu memberikan bimbingan yang optimal. Mari berproses dengan lebih baik dalam pengerjaan skripsi, salah satunya dengan mengurangi perilaku prokrastinasi skripsi.
Pustaka Acuan
  • Amanda, D. (2012). Hubungan antara prokrastinasi akademik dan perfeksionisme (adaptif dan maladaptif). Skripsi, tidak diterbitkan. Program Sarjana Universitas Surabaya.
  • Evanti, N. (2012). Prokrastinasi dan motivasi berprestasi. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Sarjana Universitas Surabaya.
  • Julianda, B. N. (2012). Prokrastinasi dan self efficacy pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Sarjana Universitas Surabaya.
  • Premadyasari, D. (2012). Prokrastinasi dan task aversiveness tugas menulis makalah pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Sarjana Universitas Surabaya.
  • Rini, L. B. (2012). Take it easy, there is still tomorrow : Prokrastinasi dan time management. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Sarjana Universitas Surabaya.
  • Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytical review and theoretical review quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin, 133(1), 65-94.
  • Yuwanto, L. (2012). Flow akademik dan prokrastinasi akademik. Laporan penelitian yang tidak dipublikasikan. Universitas Surabaya, Surabaya.