Natal : Mari Wujudkan Mimpi Kerukunan Dengan Belongingness fadjar December 26, 2012

Natal : Mari Wujudkan Mimpi Kerukunan Dengan Belongingness

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Natal merupakan salah satu perayaan terbesar umat Nasrani (Kristen, Katolik). Seperti layaknya hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha bagi umat Islam, hari Raya Waisak bagi Umat Budha, hari raya Nyepi bagi umat Hindu ataupun perayaan hari keagamaan yang lain yang perlu diperimgati dalam bentuk ibadah. Natal juga diperingati secara khusyuk dalam bentuk peribadatan sehingga membutuhkan keamanan dan kenyamanan. Namun di Indonesia, Natal identik dengan ancaman bom ataupun bentuk kekerasan yang lain. Kondisi ini menimbulkan ketidakamanan bagi umat yang merayakan Natal ataupun siapapun yang menginginkan slogan kerukunan umat beragama terwujud. Tulisan ini hendak menyampaikan seruan mewujudkan Natal damai bagi semua umat.

Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi membutuhkan keamanan dan kasih sayang. Tanpa keamanan dan kasih sayang manusia akan merasa sendiri dan tidak akan mampu hidup bahagia. Kasih sayang dan keamanan dapat terwujud melalui interaksi dengan orang lain. Pertanyaannya, apakah pemenuhan kasih sayang dan keamanan yang diperoleh dari orang lain mendasarkan pada etnis?jenis kelamin?keyakinan? Apakah ketika kita menyayangi orang lain harus memilih berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut?Yang Maha Pencipta pada dasarnya menciptakan manusia dengan segala perbedaan.

Sekian banyak kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia didasarkan karena perbedaan dan tidak bisa menerima perbedaan tersebut termasuk perbedaan keyakinan. Berapa banyak saudara-saudara kita yang harus bersedih karena kekerasan yang dialami. Mana bukti kerukunan yang pernah diwujudkan melalui belongingness dan unity saat mengusir penjajah oleh pendahulu kita?

Mari kita renungkan, kita semua saling membutuhkan satu sama lain. Saat kita membutuhkan orang lain kita tidak pernah tahu siapa yang akan memberikan pertolongan kepada kita?siapapun yang menolong kita dengan tulus dasarnya adalah belongingness. Mari kita posisikan diri kita saat kita merayakan Idul Fitri apa yang diinginkan?saat kita merayakan Waisak?saat kita merayakan Nyepi? keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan saat merayakannya. Bahkan terdapat keinginan berbagi kebahagiaan dengan dengan semua orang. Oleh karena itu mari sekarang kita berikan kesempatan yang sama bagi yang merayakan Natal.

Mari kita wujudkan mimpi Natal damai sebagai bukti kerukunana umat di Indonesia. Kita semua saudara, jangan putuskan persaudaraan karena berbeda keyakinan. Selamat merayakan hari raya Natal bagi saudara-saudara yang merayakannya.