MENELUSURI SITUS LELUHUR – Candi Selokelir Bukti Kejayaan Pra Majapahit fadjar November 5, 2012

MENELUSURI SITUS LELUHUR – Candi Selokelir Bukti Kejayaan Pra Majapahit

MENELUSURI SITUS LELUHUR (1)- Candi Selokelir Bukti Kejayaan Pra Majapahit

Tim Ubaya Training Center (UTC) sedang melakukan penelitian dasar Candi Selokelir, di lereng Penanggungan bersama tim ekspedisinya untuk mengembangkan pendidikan luar kampus seperti susur situs. Tim Ubaya Training Center (UTC) sedang melakukan penelitian dasar Candi Selokelir, di lereng Penanggungan bersama tim ekspedisinya untuk mengembangkan pendidikan luar kampus seperti susur situs.

Bicara Mojokerto tak bisa lepas dari situs-situs peninggalan masa lalu. Banyak candi-candi di Gunung Penanggungan ini menjadi bukti kalau Mojokerto merupakan pusat pemerintahan kerajaan- kerajaan masa lampau. Tak hanya Majapahit,Mojokerto juga pernah dijadikan pusat pemerintahan kerajaankerajaan sebelum Majapahit. Tanda-tanda kebesaran kerajaan sebelum Majapahit terlihat jelas dengan bukti beberapa situs candi yang berada di sekeliling Gunung Penanggungan.

Salah satunya adalah keberadaan Candi Selokelir, candi yang berada di ketinggian 760 di atas permukaan laut (dplm) ini menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan sebelum Majapahit.Candi ini diperkirakan ada sekitar abad 11 atau 12 Masehi.Ada juga petunjuk menyebutkan, candi yang terletak di sebelah barat Gunung Bede ini ada sekitar tahun 1404 Masehi.

Petunjuk ini ditemukan di Goa Buyung disekitar Candi Selokelir,di dalam goa muncul beberapa kesamaan ukiran dan bentuk batu bata yang terbuat dari batu andesit. Selain itu,tanda-tanda kebesaran peninggalan purbakala sebelum Majapahit terlihat dengan adanya bentuk bangunan berteras tujuh dan terbuat dari batu andesit. Batu-batu tersebut muncul pada zaman Hindu sebelum Majapahit.Tanda tersebut terpampang di ukiran-ukiran yang mengedepankan lambang, corak bunga,dan simbolsimbol ditengah-tengah masyarakat.

Kondisi ini berbeda dengan zaman Budha,karena simbol-sombol kebesaran zaman Budha biasanya tertuang dengan menceritakan keadaan masyarakat. Sedangkan kondisi batubatu di Candi Selokelir kebanyakan bermotif bunga, kotak-kotak,dan coretancoretan tiga di setiap batu. Fakta ini menunjukan,candi ini sudah ada sebelum masa Majapahit.

Namun,candi yang menunjukan kemolekan alam ini terus dirawat pada masamasa kerajaan Majapahit.Petunjuk ini juga muncul dilokasi sekitar candi dengan bentuk ukiran-ukirannya.“Tapi semua belum bisa dipastikan, kita hanya membaca petunjuk- petunjuk yang ditemukan,” tutur Akhmad khuzaini, Tim Ubaya Training Center (UTC) yang dibantu Nurul Hidayati, ArifYudha,dan Dian Dwi Cahya. Untuk memastikan keberadaan Candi Selokelir memang membutuhkan buktibukti yang lebih banyak.

Namun, keberadaan batu-batu dan petunjuk-petunjuk lain sudah menguatkan kalau Candi Selokelir ada sebelum kerajaan Majapahit muncul.Bahkan ada kemungkinan,candi ini ada saat kerajaan Kediri masih berjaya.Karena ukiran-ukiran yang tertuang dalam batu memiliki struktur kesamaan. Meski demikian,kepastian masih belum bisa dilakukan.

Apalagi kondisi batu candi tidak beraturan.Artinya, peneliti belum bisa menyimpulkan karena belum bisa membaca alur cerita secara pasti simbol-simbol yang muncul. “Kondisi ini sepertinya sengaja dibuat,arkeolog dan warga menginginkan supaya tidak ada pencurian di area sini.Candi ini kalau digali bisa ditemukan arca-arca pada masanya. Ini juga ada bukti pencurian, kepalanya hilang,”tutur Kusworo Rahadian,Konsultas Development untuk Experiencial Learning Program UTC.

Kus panggilan karib Kusworo Rahadian menerangkan, dari temuan arkeolog di Candi Selokelir,ukuran-ukuran teras sudah ditemukan.Di teras tersebut ragam hiasan bangunan tidak terlalu jelas tetapi di permukaan dan halaman bangunan banyak dijumpai temuan-temuan yang diperkirakan bagian dari bangunan. Pada halaman candi ada tumpukan yang merupakan bagian bangunan dengan hiasan relief raksasa dan salib Portugis.

Ada juga batu lumpung yang memiliki garis tengah 80 cm dan lubang tengan 25 cm,tetapi tinggi sulit diketahui. Bahkan yang menarik,ditemukan lubang yoni (dudukan lingga atau arca) berbentuk segi empat dengan panjang 10 cm lebar 10 cm dalam 10 cm. Ada juga umpak batu bagian bawah berukuran panjang 25 cm lebar 22 cm dan bagian atas berukuran panjang lebar 18 cm tinggi 22 cm.Sedangkan bagian atas umpak ada hiasan segi tiga,umpak ini diperkirakan untuk sesaji didalam candi ini.

Arkeolog,lanjut Kus juga menemukan tanda-tanda lain, seperti batu pipisan dan dua buah batu umpak.Batu pipisan berukuran 60 cm lebar 35 cm tinggi 2 cm,sedangkan ukura dua buah batu umpak tersebut sama dengan ukuran batu umpak yang terdapat dihalaman candi. Yang lebih menarik, di atas Candi Selokelir ada candi bernama Telo Blandong.

Peninggalan purbakala ini juga disebut Candi Telong Blandong berbentuk sumuran yang terbentuk dari struktur batu andesit berukuran panjang 200 cm lebar 200 cm dalam 170 cm.“Candi ini memiliki kaitan erat dengan candi Selokelir,”papar pria asli Boyolali ini.(bersambung)

ARIEF ARDLIYANTO
Surabaya

Sumber: Koran Sindo


Penanggungan Archeological Trail (PAT) Ubaya Training Centre (1/bersambung)
Capek Mendaki 3 Jam, Terbayar begitu Melihat Situs Selo Kelir

Mendaki gunung dengan nuansa adventure memberikan pengalaman yang berbeda. Seperti Penanggungan Archeological Trail (PAT), yang menawarkan gabungan rekreasi sekaligus mengenal petilasan di era zaman Majapahit di Gunung Penanggungan.

LAININ NADZIROH
Wartawan Radar Surabaya

GUNUNG Penanggungan yang berada di kawasan Trawas Mojokerto ini memang sejak lama dikenal sebagai daerah petilasan Majapahit. Namun, banyak yang belum terekspos dari gunung yang memiliki keindahan pemandangan yang memukau ini. Salah satu yang cukup menarik adalah ditemukannya berbagai situs candi. Ini tentu saja menjadi sebuah daya tarik untuk materi edukasi bagi generasi muda. Hanya saja, hal tersebut masih belum tereksplorasi dengan baik.

Kondisi ini membuat Ubaya Training Centre (UTC) yang lokasinya berdekatan dengan Gunung Penanggungan membuat jalur PAT. ‘Kita ingin membuat acara mendaki
gunung dengan nuansa berbeda,” kata Konsultan Development and Experencial Learning Program Adventure PAT, Kusworo Rahardian.

Perbedaan itu, PAT ini merupakan perpaduan antara media pembelajaran karakter, pelatihan petualangan, pendidikan lingkungan dan budaya. Dengan kolaborasi
unsur-unsur tersebut, pendakian gunung jauh lebih menarik.

‘Pengalaman dari petualangan ini, jauh lebih unik dan berkesan. Yang terpenting lagi, juga lebih fun,’ tutur Kusworo.

Radar Surabaya yang sempat diajak untuk mencoba salah satu jalur pendakian ini pun bisa merasakan suasana yang berbeda. Berangkat dari base camp di UTC, rombongan tim berangkat dengan fun. Melewati hutan yang ditumbuhi pohon sengon, perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Apalagi, terkadang juga diselingi dengan pemandangan pematang sawah atau kebun tebu.

Untuk mencapai situs terdekat yakni Candi Selo Kelir, peserta harus mempersiapkan diri dengan baik. Tak hanya soal fisik saja, namun juga perbekalan logistik. Sebab, medan pendakian yang terus menanjak, akan membuat mereka yang tak bisa mendaki gunung akan cepat lelah. Butuh waktu sekitar 2-3 jam dari UTC, untuk bisa mencapai Candi Selo Kelir yang berada di ketinggian 885 di atas permukaan laut (DPL) ini.

Capek? Itu pasti. Kaki terasa mau copot karena jalan terus menanjak. Seorang teman yang bertubuh subur pun terlihat sangat gembira begitu sudah bisa mencapai situs Selo Kelir. ‘Asyik sekali di sini. Pemandangannya indah. Lelahnya terbayar,” kata seorang pendaki, Ika. Para pendaki pun bersorak riang begitu mereka tiba di situs tersebut. Apalagi, mereka bisa melihat seperti apa kondisi bebatuan tersebut. Berserakan dan hanya ditumpuk saja, sehingga bentuknya pun masih belum sempurna. (/rie/het/bersambung)

Sumber: Radar Surabaya