Delapan PTS Wajib Bidik Misi fadjar August 28, 2012

Delapan PTS Wajib Bidik Misi

Delapan PTS Wajib Bidik Misi

SURABAYA ndash; Kesempatan siswa kurang mampu untuk melanjutkan kuliah semakin terbuka lebar. Bukan hanya kampus negeri yang berkewajiban menyediakan program beasiswa bidik misi. Perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki program studi (prodi) terakreditasi A juga wajib mengalokasikan beasiswa untuk siswa miskin tersebut.

Di Jatim ada delapan PTS yang wajib menyediakan beasiswa itu. Yakni STIE Perbanas Surabaya,Stiesia Surabaya,Universitas MalangKucecwara, Universitas Widya Mandala(UWM)Surabaya, UPN Veteran Jatim Surabaya, Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Kampus Keluhkan Kebijakan Mendadak

Ketua STIE Perbanas Surabaya Tatik Suryani mengatakan, kebijakan itu telah disampaikan Ditjen Dikti melalui kopertis kepada kampus swasta secara mendadak. PTS, terang dia, diminta mengalokasikan beasiswa bagi siswa kurang mampu yang ingin melanjutkan kuliah.

Sejatinya, STIE Perbanas tidak berkeberatan dengan program yang bertujuan positif itu. Hanya, kebijakan tersebut dikeluarkan secara mendadak. Sementara penerimaan mahasiswa baru di kampus swasta hampir tutup semua. Termasuk di STIE Perbanas. ‘Mekanisme rekrutmennya terus bagaimana?’ ujarnya.

Kuota untuk Perbanas sendiri memang tidak banyak. Hanya empat orang. Sebab, Perbanas hanya memiliki satu prodi yang terakreditasi A, yakni akuntansi. Namun, tetap saja rekrutmen harus dilakukan dengan selektif. ‘Jika kebijakan ini dikeluarkan jauh hari sebelum masa penerimaan mahasiswa baru, proses rekrutmen akan lebih selektif,’ jelas dia.

Lantaran penerimaan mahasiswa baru sudah usai, pihaknya akan merekrut penerima bidik misi dari mahasiswa yang sudah diterima di Perbanas. Pihaknya akan menyeleksi mahasiswa baru yang benar-benar kurang mampu. Syarat penerima bidik misi di PTS persis dengan kriteria yang diberlakukan di perguruan tinggi
negeri (PTN).

Antara lain, penghasilan orang tua calon penerima bidik misi di bawah Rp 3 juta. Selain itu, calon penerima harus berprestasi akademik saat SMA. Perbanas sejatinya menyediakan beasiswa penuh bagi 15 mahasiswa baru (maba). Rencananya, penerima bidik misi juga akan diambil dari maba yang kurang mampu tersebut.

Yang pasti, penerima bidik misi nanti akan menerima dana Rp 6 juta per semester. Perinciannya, uang Rp 2,4 juta digunakan untuk biaya pendidikan dan Rp 3,6 untuk uang saku atau biaya hidup.

Rektor Ubaya Joniarto Parung mengakui bahwa kampusnya juga harus menyediakan bidik misi bagi calon mahasiswa kurang mampu. Kuota penerima bidik misi 16 orang. Prodi penerima bidik misi adalah teknik industri, teknik informatika, manajemen, dan akuntansi. Rencananya, Ubaya menyediakan beasiswa serupa untuk jurusan farmasi dan psikologi.

Proses rekrutmen akan dilakukan secepatnya. Yaitu dari mahasiswa yang sudah diterima, namun tetap harus memenuhi syarat yang ditentukan. ‘Karena perkuliahan sudah dimulai, kami ambil dari mereka yang sebelumnya mendapatkan beasiswa penuh, ungkapnya.

Intinya, kata Joniarto, Ubaya akan melaksanakan instruksi Kemendikbud untuk mengalokasikan bidik misi. Biaya pendidikan di Ubaya sendiri sekitar Rp 8ndash;9 juta per semester. Karena itu, bidik misi tentu akan bermanfaat bagi calon mahasiswa kurang mampu. (kit/c9/fid)

Sumber: Jawa Pos, 28 Agustus 2012

Tersedia untuk Mahasiswa PTS

BEASISWA bidik misi, kini tampaknya tak hanya diberikan untuk para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saja. Mulai tahun ini, pemerintah pusat memberikan anggaran bidik misi untuk mahasiswa dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Sayangnya, keputusan dari pemerintah pusat ini turun di saat PTS sudah
menutup program penerimaan mahasiswa baru (PMB).

Praktis, hal itu sempat membuat pihak PTS pun harus pandai melakukan pengelolaan lagi agar anggaran bidik misi ini tepat sasaran. ‘Ya..gimana lagi? Biar
tidak hilang, ya..diterima saja,” kata sebuah sumber di kalangan PTS di Surabaya.

Di Jatim terdapat delapan PTS yang mendapatkan jatah. Antara lain yaitu STIE Perbanas Surabaya, STIE Malang Kucecwara Malang, STIESIA Surabaya, Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, Universitas Widya Mandala (UWM), UPN Surabaya, dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Tiap kampus, mendapatkan jatah yang berbeda-beda. Untuk persyaratan penerima bidik misi PTS ini adalah kampus yang memiliki program studi (prodi) dengan akreditasi A. Selain itu, penghasilan orangtua maksimal Rp 3 juta dan berprestasi saat masih SMA. Tiap mahasiswa mendapatkan jatah beasiswa sebesar Rp 6 juta per semester. Dari jumlah tersebut sebesar Rp 2,4 juta untuk biaya pendidikan di PTS, dan sisanya Rp 3,6 juta untuk biaya hidup selama satu semester.

Ketua STIE Perbanas Surabaya Prof Tatik Suryani yang dikonfirmasi masalah tersebut membenarkan jika kampusnya menjadi satu diantara PTS yang mendapatkan jatah bidik misi ini. Untuk jatah kuotanya ada empat maba.

Pihaknya pun kini bersikap untuk lebih menunggu peraturan berikutnya dari pemerintah pusat. Sebab, saat ini PMB di kampusnya sudah tutup. ‘Kita menunggu dari Jakarta dulu nanti prosedurnya seperti apa?,” kata Tatik kemarin.

Sementara itu, Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung mengungkapkan untuk kampusnya mendapatkan jatah 16 maba dari program bidik misi ini. Mereka ada yang berasal dari prodi Akuntansi, Teknik Industri, Teknik Informatika, Manajemen. Namun ada rencana tambahan untuk Prodi Psikologi dan Farmasi. ‘Di Ubaya PMB sudah selesai. Jadi, nantinya kita akan merekrut maba yang masuk lewat beasiswa,’ terang Joniarto.

Yang pasti, bantuan dari Dikti ini memang tidak bisa meng-cover secara penuh kebutuhan mahasiswa untuk kuliah di Ubaya. Sebab, dari pemerintah hanya sebesar Rp 6 juta saja dan itu sudah termasuk dengan biaya hidup. Padahal untuk kuliah di Ubaya, biaya pendidikannya saja mencapai minimal antara Rp 8,5 juta hingga Rp 9 juta per semester.

Karena itu, sifat beasiswa bidik misi PTS ini masih subsidi saja. ‘Program ini hanya memberi kesempatan bagi mereka yang punya nilai akademik bagus, namun ekonominya masih kurang,’ tutur Joniarto. (nin/het)

Sumber: Radar Surabaya