Ditemukan … roti bebas pengawet fadjar August 27, 2012

Ditemukan … roti bebas pengawet

Buat Roti Asam dari Bekatul-Kacang Tunggak

SURABAYA ndash; Lima mahasiswa jurusan teknobiologi Ubaya membuat roti dengan bahan yang berbeda dari biasanya. Mereka memadukan komposisi tepung bekatul dan kacang tunggak. Selain itu, roti asam tersebut mengganti ragi dengan kefir grains yang berasal dari campuran bakteri asam laktat dan khomir.

‘Roti ini bagus untuk anak autis,’ kata Yuwono Njotowidjojo, ketua tim. Sebab, roti tersebut tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat dan lemak. Mahasiswa angkatan 2008 itu mengungkapkan, dirinya bersama timnya berhasil meraih penghargaan favorit pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Jogjakarta beberapa waktu lalu. Pada ajang bergengsi tingkat nasional tersebut, dia mengajukan penelitian roti asam atau sour bread tersebut. ‘Fokus penelitian berkisar pada penggunaan bahan pengganti ragi,’ jelasnya.

Febriani Valentine, salah seorang anggota tim, menambahkan, dirinya memanfaatkan kefirgrains yang berasal dari bakteri laktat sebagai pengganti ragi. Bakteri tersebut biasanya terdapat pada minuman probiotik yang banyak dijual di pasaran. ‘Ada juga di yoghurt,’ kata Febri sapaan Febriani Valentine.

Selain itu, tim tersebut mencoba menggunakan bahan pengganti tepung terigu atau gandum yang biasa dipergunakan untuk roti. Nah, Febri dan timnya mengganti bahan tersebut dengan tepung bekatul atau gilingan kulit ari beras. ‘Di luar negeri, ada produk yang mirip, tetapi pakai bekatul gandum,’ terangnya.

Kacang tunggak dimanfaatkan untuk menambah kadar protein pada roti. Hasilnya, setelah melalui serangkaian uji di laboratorium, roti buatan mereka mengandung protein sebanyak 17 persen. Jumlah serat pada roti itu sebanyak lima persen, sedangkan kandungan karbohidrat 49 persen. ‘Ini juga rendah lemak. Cuma satu persen lemaknya,’ ucap Febri.

Tim tersebut sudah menyusun rencana untuk pengembangan penelitian mereka itu. Berangkat dari program karya kreativitas mahasiswa (PKM) bidang penelitian, karya mereka akan diikutkan pada PKM bidang kewirausahaan. ‘Memang ada arah ke PKM kewirausahaan. Siapa tahu punya prospek bagus,’ ujar Dewi Christanti Trisulo, mahasiswa angkatan 2009. (jun/c8/oni)

Sumber: Jawa Pos, 16 Agustus 2012

Roti Bekatul Tahan Tanpa Pengawet

SURABAYAmdash;Bekatul seringkali kita kenal sebagai salah satu jenis pakan ternak. Namun ternyata, tepung bekatul ini memiliki khasiat besar jika diolah menjadi roti. Di tangan para mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), bekatul diolah menjadi roti sourdough atau roti masam.

Roti ini berhasil mendapat gelar Juara Favorit dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian II Kategori Presentasi, di Jogjakarta, beberapa waktu lalu. ‘Kami tidak menyangka karya ini bisa menjadi juara favorit. Apalagi, tim lawan kita banyak yang dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama,” kata salah satu mahasiswa tim peneliti Ubaya, Febriani Valentine, Rabu (15/8).

Ada lima mahasiswa yang melakukan penelitian ini. Mereka adalah Yuwono Njotowidjojo, Prilla Linggaryani Suryaatmaja, Meliawati, Dewi Christanti Trisulo, dan Febriani Valentine. Kelimanya adalah mahasiswa semester VI dan VIII Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi Ubaya.

Khasiat dari roti sourdough ini sangat bagus bagi pengidap autis. Sebab, tepung bekatul ini tidak mengandung gluten (protein dari tepung terigu) tinggi. Sedangkan, roti biasa mengandung gluten tinggi. Saat dikonsumsi pengidap autis, roti bergluten tinggi bisa mengakibatkan anak menjadi lebih sulit dikendalikan. “Ini juga cocok bagi mereka pengidap diabetes,” terang Yuwono.

Ide pembuatan produk ini pun sangat sederhana. Febri awalnya memiliki teman dekat yang ngekos dan seringkali tidak sempat sarapan pagi. Tentu saja, dia merasa kasihan. Nah, dari situ, dia berpikir untuk membuat roti yang tidak mengandung pengawet, namun bisa awet. Dia pun mencoba membuat tepung bekatul yang dicampur dengan tepung terigu dan tepung kacang tunggak, tanpa tambahan telur. Tepung ini diaduk dengan air gula dan kismis yang didalamnya sudah terdapat media tumbuh organisme. ‘Air gula dan kismis ini fungsinya sebagai pengembang dan tambahan rasa asam,” tutur Yuwono.

Cara pembuatannya cukup mudah. Tepung yang sudah dicampur, lantas didiamkan sekitar 12 jam. Baru sesudah itu dioven sekitar 20 menit. Roti sourdough ini cocok dikonsumsi dengan teh atau kopi. Roti ini sudah diuji coba dan ternyata bisa tahan sekitar 5-6 hari. Ini jauh lebih awet jika dibandingkan dengan roti biasa yang hanya bertahan sekitar 3 hari saja. Sepotong roti ini dibanderol Rp 3.500 per 100 gram. ‘Untuk tambahan pengembang, kita menggunakan ragi impor dari Amerika yaitu kluyveromyces marxianus,’ terang Febriani.

Dari penelitian selama satu tahun ini, Febri mengaku cukup kesulitan karena biaya penelitian cukup mahal. Selain itu, untuk menguji setiap kandungan yang ada dalam roti, seperti kandungan serat, lemak, serta proteinnya, dibutuhkan waktu yang cukup lama. ‘Total biaya penelitiannya Rp 9 juta. Tapi kita dapat dana hibah dari Dikti. Jadi, kami sekelompok tidak terlalu berat,’ terang Febri.

Karena mendapatkan dana hibah, Febri dan tim harus mempresentasikan temuannya di depan tim monitoring hibah. Ternyata, presentasi mereka mampu mencuri perhatian dewan juri. ‘Roti ini sempat pula dicicipi oleh tim juri. Dan, mereka mengakui bahwa roti ini memang layak untuk dikonsumsi,’ tukas Febri. (nin/rie/het)

Sumber: Radar Surabaya, 16 Agustus 2012

Ditemukan … roti bebas pengawet

Surabaya (ANTARA News) – Tim mahasiswa Jurusan Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) menciptakan roti tanpa bahan pengawet, namun bisa tahan lama melebihi daya tahan roti berbahan pengawet.

‘Kami bersyukur, roti yang berbahan dasar tepung terigu, tepung bekatul, kacang tunggak (tolo), dan ragi kefir grains itu meraih juara favorit dalam PIMNAS XXV di UGM,’ kata anggota tim, Febriani Valentine, di Surabaya, Rabu.

Didampingi empat rekannya, Yuwono Njotowidjojo, Prilla Linggaryani Suryaatmaja, Dewi Christanti Trisulo, dan Meliawati, ia menjelaskan roti yang diberi nama ‘Sourdough’ atau roti asam itu bisa tahan lama karena ada bakteri asam laktat di dalamnya.

‘Kalau roti berbahan pengawet itu bisa bertahan hingga tiga hari, roti buatan kami bisa bertahan hingga 5-6 hari, karena bahan-bahan yang ada mengandung rasa asam dan ada bakteri asam laktat di dalamnya,’ katanya.

Tentang cara pembuatannya pun mudah, karena semua bahan diaduk dengan ‘mixer’, lalu didiamkan selama belasan jam. ‘Kalau dengan ragi kefir grains perlu waktu 12 jam untuk bisa mengembang, sedangkan kalau dengan ragi impor dari AS perlu 16 jam,’ katanya.

Namun, roti Sourdough itu tidak bisa mengembang terlalu besar. ‘Hasil uji coba kami menemukan perbandingan tepung terigu, tepung bekatul, dan kacang tunggak (kacang beras/tolo) yang ideal adalah 8:1:1,’ katanya.

Ditanya keunggulan roti asam ciptaan mereka, ia mengatakan tahan lama hingga 5-6 hari, berbahan alami asli Indonesia yakni kacang tunggak, dan kaya gizi.

‘Kalau kadar protein untuk roti pada umumnya sekitar 15 persen, maka roti sourdough memiliki kadar protein hingga 17,03 persen. Seratnya juga lebih tinggi yakni 5,5 persen, sedangkan roti pada umumnya hanya dua persen seratnya. Lemaknya juga rendah karena ada tepung bekatul di dalamnya,’ katanya.

Mengenai harga, ia menyebut harganya juga relatif murah yakni Rp3.500 per 100 gram, padahal roti lain seharga Rp3.900 per 70 gram. ‘Jadi, lebih murah dan lebih bergizi,’ kata mahasiswi semester 8 itu.

Namun, katanya, riset pembuatan roti sourdough itu cukup mahal, karena menghabiskan Rp9 juta. ‘Kami terbantu dengan hibah Ditjen Dikti Kemendikbud melalui PKM (program kreativitas mahasiswa) untuk mengikuti PIMNAS XXV di UGM Yogyakarta pada 4-9 Juli 2012,’ katanya.

Ia menambahkan Sourdough juga memiliki keunggulan dapat dijadikan alternatif makanan bagi penderita autis, karena penderita autis itu `bermasalah` dengan tepung terigu yang berkadar protein tinggi, sedangkan Sourdough ada paduan tepung terigu, tepung bekatul, dan kacang tunggak yang merupakan protein nabati.

‘Ide dari gagasan itu bermula dari ngobrol kami berlima tentang sebagian besar teman kos yang jika hendak ke kampus jarang makan pagi, sehingga kebanyakan teman membeli roti untuk pengganjal rasa lapar. Kami merasa kasihan, karena roti yang dimakan mengandung pengawet,’ katanya.

Mengenai kendala pembuatan Sourdough yang alami itu, ia mengaku kesulitan yang dihadapi adalah mencari pengganti ragi sebagai pengembang yang cocok untuk kedua jenis tepung yang digunakan, hingga akhirnya ditemukan ragi ragi impor dari Amerika atau ragi kefir grains yang tepat.

‘Tapi, dewan juri PIMNAS sangat mengapresiasi karya kami, karena mereka bilang ide kami cukup orisinil,’ katanya, didampingi staf Humas Ubaya, Hayuning Dewi Purnama.
(ANT)

Editor: Ella Syafputri

Sumber : www.antaranews.com

Mahasiswa Ubaya
Pakai Bekatul Kreasikan Roti Tahan Lama Tanpa Bahan Pengawet

suarasurabaya.net| Gara-gara prihatin pada teman kos yang kerap mengkonsumsi roti dengan kandungan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, roti tahan lama tanpa bahan pengawet dibuat Febri, mahasiswa Teknobiologi Ubaya.

“Semakin sering mengkonsumsi roti, dengan bahan pengawet maka semakin banyak pula bahan kimia negative masuk tubuh. Tidak hanya itu, roti dengan bahan pengawet setelah diteliti mengandung gluten (protein dari tepung terigu) tinggi, dan roti seperti itu tidak dapat dikonsumsi anak-anak pengidap autis,” terang Febri.

Bersama dengan timnya, kemudian Febri melakukan percobaan dan penelitian menggagas roti yang awet tanpa bahan pengawet serta kaya serat dan protein nabati, sehingga tidak berdampak negatif pada tubuh manusia yang mengkonsumsinya.

Tepung yang kemudian digunakan untuk roti tahan lama tanpa bahan pengawet karya Febri dan kawan-kawan adalah campuran bekatul (kulit ari beras) dan kacang tunggak. Dan penelitian roti ini dilakukan selama satu tahun.

“Muncul kendala dalam penelitian kami. Yang pertama, mencari pengganti ragi pengembang yang cocok untuk kedua jenis tepung yang digunakan, ragi import dari Amerika. Kendala kedua, mahal dan lamanya menguji setiap kandungan dalam roti seperti kandungan serat, lemak serta protein,” tukas Febri.

Beruntung penelitian yang dilakukan Febri bersama kawan-kawannya iu mendapat dukungan dana dari Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) melalui program hibah PKM-P (Program Kreatifitas Mahasiswa-Penelitian).

Temuan roti yang diberi nama Sourdough itu kemudian diikutsertakan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) dan berhasil menyabet juara Favourite. “Dewan juri menetapkan Roti Sourdough jadi juara Favourite satu diantara alasannya adalah karena idenya orisinil,” ungkap Febri mahasiswa jurusan Teknobiologi Universitas Surabaya saat ditemui suarasurabaya.net, Rabu (15/8/2012).(tok)

Teks foto:
-Temuan Roti tahan lama tanpa bahan pengawet. Pakai Bekatul, karya mahasiswa Ubaya..
Foto: Totok suarasurabaya.net

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Roti Tanpa Bahan Pengawet

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Tim mahasiswa Jurusan Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) menciptakan roti tanpa bahan pengawet, namun bisa tahan lama melebihi daya tahan roti berbahan pengawet.

‘Kami bersyukur, roti yang berbahan dasar tepung terigu, tepung bekatul, kacang tunggak (tolo), dan ragi kefir grains itu meraih juara favorit dalam PIMNAS XXV di UGM,’ kata anggota tim, Febriani Valentine, di Surabaya, Rabu (15/8).

Didampingi empat rekannya, Yuwono Njotowidjojo, Prilla Linggaryani Suryaatmaja, Dewi Christanti Trisulo, dan Meliawati, ia menjelaskan roti yang diberi nama ‘Sourdough’ atau roti asam itu bisa tahan lama karena ada bakteri asam laktat di dalamnya.

‘Kalau roti berbahan pengawet itu bisa bertahan hingga tiga hari, namun roti buatan kami bisa bertahan hingga 5-6 hari, karena bahan-bahan yang ada mengandung rasa asam dan ada bakteri asam laktat di dalamnya,’ katanya.

Tentang cara pembuatannya pun mudah, karena semua bahan diaduk dengan ‘mixer’, lalu didiamkan selama belasan jam. ‘Kalau dengan ragi kefir grains perlu waktu 12 jam untuk bisa mengembang, sedangkan kalau dengan ragi impor dari AS perlu 16 jam,’ katanya.

Namun, roti Sourdough itu tidak bisa mengembang terlalu besar. ‘Hasil uji coba kami menemukan perbandingan tepung terigu, tepung bekatul, dan kacang tunggak (kacang beras/tolo) yang ideal adalah 8:1:1,’ katanya.

Ditanya keunggulan roti asam ciptaan mereka, ia mengatakan tahan lama hingga 5-6 hari, berbahan alami asli Indonesia yakni kacang tunggak, dan kaya gizi.

‘Kalau kadar protein untuk roti pada umumnya sekitar 15 persen, maka roti sourdough memiliki kadar protein hingga 17,03 persen. Seratnya juga lebih tinggi yakni 5,5 persen, sedangkan roti pada umumnya hanya dua persen seratnya. Lemaknya juga rendah karena ada tepung bekatul di dalamnya,’ katanya.

Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Sumber: Antara

INOVASI MAHASISWA UBAYA-Temukan Roti Bekatul Tahan Lama Tanpa Pengawet

Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menemukan roti tahan lama tanpa ada bahan pengawet.Roti yang bernama sourdough atau roti asam ini mengandung protein nabati bagi pengidap autis yang berbahan bekatul.

Roti asam ini mendapat Juara Favorit dalam PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa) Nasional di Yogyakarta Juli lalu. Roti karya mahasiswa teknobiologi terinspirasi dari kehidupan kos mahasiswa. ”Saya terinspirasi dengan teman- teman kos yang sering sarapan roti,”kata Febriani Valentine, salah satu mahasiswa Ubaya. Febri mengaku kasihan dengan temannya,karena roti yang dimakannya mengandung pengawet yang merupakan bahan kimia negatif untuk tubuh.

Roti yang beredar dipasaran setelah diteliti mengandung gluten (protein dari tepung terigu) tinggi,sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh anak-anak pengidap autis. Roti awet tanpa bahan pengawet itu kaya serat dan protein nabati. Tepung yang mereka gunakan adalah campuran bekatul (kulit ari beras) dan kacang tunggak.Penelitian roti ini dilakukan selama satu tahun. Kesulitan yang mereka hadapi adalah mencari pengganti ragi sebagai pengembang yang cocok untuk kedua jenis tepung yang digunakan.

Hingga akhirnya, ragi yang cocok adalah ragi impor dari Amerika.Kendala lain adalah mahal dan lamanya menguji setiap kandungan yang ada dalam roti seperti kandungan serat,lemak serta proteinnya. Untuk mengatasi mahalnya biaya penelitian,Febri dan teman-temannya memutuskan untuk mengajukan hibah PKM-P (Program Kreatifitas Mahasiswa-Penelitian).Tiga bulan setelah diajukan, mendapat jawaban dari Dikti.

”Lumayan setelah mendapat hibah dari Dikti, kocek yang kami keluarkan sekelompok tidak terlalu berat.Mahal ini karena kita harus menguji kandungan roti Sourdoughdi laboratorium diluar Ubaya,”ungkap Febri. Setelah itu,dirinya bersama dengan tim berkeinginan mengikuti PIMNAS.Persaingan mulai dilakukan, sekitar 30 tim tergabung dalam ajang bergengsi kalangan mahasiswa di Yogyakarta ini.

Saat presentasi didepan dewan juri inilah yang membuat hasil karya Roti Sourdough menyabet Juara Favorit. ”Kami presentasi di hadapan juri di hari terakhir kelas terakhir dan jam terakhir,sehingga tantangan bagi saya untuk membuat presentasi semenarik mungkin.Entah kenapa beberapa saat setelah presentasi semua juri tertawa mendengarkan logat saya berbicara.Katanya terlalu Suroboyoan.Selain itu alasan dewan juri menetapkan Roti Sourdoughmenjadi juara favourit karena idenya orisinil”,ungkap Febri salah satu team penggagas Roti Sourdough.

ARIEF ARDLIYANTO
Surabaya

Sumber: https://www.seputar-indonesia.com