Menparekraf Indonesia Ukir Sejarah FIK fadjar July 13, 2012

Menparekraf Indonesia Ukir Sejarah FIK

Fakultas baru milik Ubaya yang identik dengan warna orange diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu PhD pada 13 Juli 2012 di gedung PE 1.1 Ubaya Tenggilis. Grand launching Fakultas Industri Kreatif (FIK) ini bermotto Be Creative or Die Trying. Momen yang akan menjadi sejarah FIK ini dihadiri oleh orang-orang penting baik dari unsure pemerintah dan Ubaya. Dosen, karyawan, dan banyak undangan istimewa lainnya turut meramaikan acara spesial ini.

Acara diawali dengan video animasi filosofi FIK. Tak ketinggalan sambutan dari Rektor Ubaya, Prof Ir Joniarto Parung MMBAT PhD. “FIK adalah fakultas kreatif yang melihat luas, ayunan langkah Ubaya ke sana. Cikal bakal yang sudah disiapkan di Fakultas Teknik, wadah semangat secara khusus generasi muda mendapatkan training yang bisa memotivasi kreatifitas masyarakat. Fakultas ini juga wujud komitmen Ubaya untuk mendukung ekonomi masyarakat dengan kreatif dan mengembangkan ekonomi bangsa dan Negara,” sambutnya hangat.

Kemudian acara disusul dengan sesi Bincang Kreatif yang dibawakan oleh mantan dekan FBE, Drs ec Sujoko Efferin MCom(Hons) MA(Econ) PhD dan Menparekraf. Dialog diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari Sujoko Efferin mengenai prospek industri kreatif Indonesia mendatang yang diharapkan mampu bersaing di kancah internasional. “Luar biasa, sumber daya utama untuk memajukan industri kreatif adalah sumber daya manusia. Indonesia memiliki 50% penduduk muda dengan usia kurang dari 29 tahun. Aspek muda ini mendorong ekonomi kreatif dimana dapat menciptakan nilai tambah. Yang paling berpotensi digali di Indonesia adalah warisan budaya, contohnya batik. Untuk fashion, desain, musik, dan lainnya dalam Jawa Timur saja terdapat 32 kurasi,” jawab Mari Elka.

Perbincangan menarik dalam sesi ini adalah regenerasi aspek bisnis. Menurut Mari Elka regenerasi tersebut diperlukan dua unsur, yaitu sejahtera dan bahagia. Sejahtera dimaknai dengan apapun yang dilakukan ada aspek bisnis dan ekonominya. Sedangkan bahagia diartikan pelaku mencintai dan bangga dengan apa yang dia lakukan.

Menjawab pertanyaan selanjutnya, Menteri RI ini mengatakan, “Aspek bisnis dan seni sama pentingnya dalam industri kreatif, yakni Art for Art Sake.” Beliau mengaku bahwa tradisional harus dilindungi karena merupakan cikal bakal komersial. Sujoko Efferin mengangkat kasus dimana wayang secara tradisional semalam suntuk dan pada saat kini dapat dipersingkat menjadi 2 jam saja. Kemudian Sujoko bertanya, “Berdasarkan fenomena tersebut, apakah benar sense of entrepreneur dari seniman Indonesia sudah mulai muncul?” Mari Elka menjawabnya dengan pernyataan bahwa memang harus dikawinkan antara entrepreneur dan jiwa seni yang kreatif. Lalu beliau menjelaskan ada dua hal yang dapat dilakukan seniman negeri ini, yakni mengikuti pasar atau menciptakan trend.

Pertanyaan terakhir membahas bahwa Indonesia juga memiliki kuliner yang unik dan bisa dipromosikan secara internasional. Menanggapi pertanyaan tersebut, Menparekraf mengatakan bahwa kuliner Indonesia termasuk Flavorfull karena dirasakan sour, sweet, spicy, and salty at the same time. Perbincangan berdurasi 40 menit ini berjalan seru dan disusul dengan sesi tanya jawab terbuka. Mengakhiri sesi Bincang Kreatif, kenang-kenangan khusus karya mahasiswa Desain dan Manajemen Produk (DMP) Ubaya diberikan oleh Dekan Fakultas Teknik, Dr Dra Amelia MT kepada Mari Elka.

Mengakhiri momen berharga ini, para mahasiswa DMP mempersembahkan flashmob sebagai pelengkap acara peresmian FIK di halaman gedung PE. Di tempat yang sama pula diramaikan oleh stand-stand UKM Zahrani, Sudarno, UD. Renna Collection, serta pameran hasil keratifitas Program DMP juga Program Desain Fashion dan Produk LifeStyle masing-masing. (gun)