Belajar Ke Negeri Tingkok fadjar July 9, 2012

Belajar Ke Negeri Tingkok

Aisyah Dewi Purnomo, 21 tahun Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

‘CARILAH ilmu sampai di negeri China’. Saya mengikuti pepatah itu bersama 21 mahasiswa psikologi Ubaya (Universitas Surabaya) yang mendapat kesempatan mengikuti program CEC (cross cultural enterpreneurship and collaboration) di Zhejiang University, Hangzhou. Ini pertama kali saya ke Tiongkok. Untuk sampai di Hangzhou, kami harus transit dulu di Kuala Lumpur. Perjalanan Surabayandash;Kuala Lumpurndash;Hangzhou sekitar 7 jam.

Setiba di Hangzhou kami disambut mahasiswa dan Prof Hora Tjitra, seorang profesor di Zhejiang University lulusan Jerman yang asli Surabaya dan medok berbahasa Jawa.

Pengalaman menarik ketika berada di sana adalah saat mengunjungi masjid Feng Huan atau Phoenix Mosque yang telah berdiri sejak 1281. Bentuknya seperti masjid Cheng Ho. Setiap Jumat masjid tersebut menjadi tempat Salat Jumat. Peraturan di masjid cukup ketat. Perempuan yang tidak menutup auratnya tidak boleh masuk.

Pengalaman unik lain adalah ketika perjalanan mengunjungi sebuah perusahaan, kami harus membayar tol yang dijaga perempuan. Profesor Ma menjelaskan bahwa perempuan penjaga karcis itu bisa jadi adalah orang lokal yang kaya raya. Dia menjadi bagian perusahaan pengusaha jalan tol tersebut.

Selama di Hangzhou saya selalu naik bus umum mirip trans Jakarta. Cukup menempelkan kartu dengan harga 2 RMB (sekitar Rp 3.000,-), kita bisa ke mana saja. Rupanya, di sini sopir bus perempuan sudah biasa.

Di hari terakhir di Tiongkok, saya menyempatkan diri pergi ke Shanghai menggunakan bullet train yang kecepatannya 300km/jam. Di Shanghai saya sempat mengunjungi Nanjing road. Yaitu, jalanan yang kanan dan kirinya adalah pertokoan barang-barang branded, The Bund (Sungai yang membelah kota Shanghai, mirip Marina Bay di Singapura), dan Yuyuan road, seperti pasar tradisional. Kalau mau berbelanja untuk oleh-oleh, harga di sini masih terjangkau. (*)

Sumber: Jawa Pos, 5 Juli 2012