Anarkisme Bonek dari Tinjauan Status Identitas fadjar June 4, 2012

Anarkisme Bonek dari Tinjauan Status Identitas

Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Tanggal 17 Januari 2011 ketika penulis baru menginjakkan kaki di Yogyakarta dan bertemu dengan seorang teman warga Bantul, penulis disuguhi kata-kata “Mas, bonek niku umpami wonten Suroboyo kados pundi? Kados suporter menapa dados rampok?” (Mas, bonek itu kalau di Surabaya bagaimana? Seperti suporter atau perampok?). Usut punya usut, ternyata bonek telah melakukan perilaku anarkisme di Bantul saat mendukung timnya bertanding pada tanggal 16 Januari 2011. Saat pertanyaan tersebut dilontarkan, yang pertama terpikirkan penulis adalah seorang pedagang yang tewas dikeroyok suporter bonek karena membantu pedagang lain yang dipalak bonek. Sejalan dengan pertanyaan teman tadi penulis juga menemukan tulisan di harian Kompas dengan judul Hasil Bumi Kami Dipanen Paksa tanggal 19 Januari 2011.
Isi tulisan tersebut menggambarkan bagaimana perilaku anarkis yang dilakukan bonek di Bantul yang rata-rata masih berusia belasan tahun atau remaja. Perilaku tersebut mengambil hasil bumi warga di sekitar stadion. Seperti ayam di pekarangan rumah, ikan di kolam yang masih belum siap dipanen, rambutan dan kelapa di pohon. Ayam dan ikan yang ditangkap tersebut dibakar kemudian dimakan ramai-ramai. Hasil bumi warga tersebut dijarah dan warga tidak bisa melakukan apapun karena jumlah bonek sangat banyak. Warga berencana membalas perilaku bonek namun untung ada Brimob, tanpa ada penjelasan maksud untung ada Brimob kata teman penulis.
Kasus tersebut menggambarkan perilaku Bonek yang dapat dikatakan tergolong anarkis atau kriminal. Sangat disayangkan perilaku remaja berusia belasan tahun tersebut merugikan orang lain dan diri sendiri. Beberapa analisis menjelaskan dinamika perilaku bonek misalnya analisis psikologi dari tinjauan Status Identitas dan Perspective Role Taking. Konsep status identitas Adams (1998) menjelaskan bahwa remaja yang telah memiliki identitas diri, tidak akan terjerumus menampilkan perilaku yang buruk karena telah mampu menyesuaikan tuntutan lingkungan secara positif.
Okupasi, remaja seharusnya mulai memikirkan tentang masa depan terkait dengan okupasi, misalnya akan bekerja sebagai apa, akan melanjutkan pendidikan di bidang tertentu. Perilaku-perilaku melanggar hak orang lain, mau serba mudah, dan mendapatkan kepuasan saat berseragam bonek setidaknya dapat menjadi pencetus bahwa mereka akan mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan materi secara instan, tidak mau berusaha keras, dan menghasilkan secara cepat. Sekaligus kondisi ini menggambarkan individu masih belum mengalami krisis tetapi ada komitmen. Status identitas okupasinya tergolong pada identity foreclosure. Terdapat juga bonek yang belum memikirkan pekerjaan atau masa depannya status identitas okupasinya tergolong pada difussion.
Filosofis, bonek merupakan singkatan bondo nekat. Bondo nekat ini kemudian diartikan dengan serba gratis oleh bonek yang kemudian disebut dengan oknum bonek. Naik kereta gratis, mengambil makanan pedagang sepanjang perjalanan gratis, belum lagi meminta uang atau merampas barang milik orang lain. Apakah ini filosofis bonek yang benar. Bonek berusia remaja memiliki komitmen bahwa dirinya adalah bonek, tetapi tidak pernah secara kritis memikirkan makna bonek. Ini menggambarkan individu telah memiliki komitmen tetapi tidak ada krisis. Status identitasnya tergolong pada foreclosure.
Rekreasi, bonek yang mengisi waktu luang dengan menonton bola disertai dengan perilaku anarkis berarti mengisi waktu luang dengan negatif. Mereka telah ada komitmen namun belum ada krisis. Status identitas rekreasinya adalah foreclosure. Krisis seharusnya bonek berpikir, harus mengisi waktu luang dengan positif. Ketika melihat ataupun tahu teman melakukan perilaku anarkis saat berseragam bonek dan mereka mengikutinya, berarti tidak ada krisis sehingga tidak memikirkan dampak negatif dari perilaku tersebut. Komitmen yang terbentuk berasal dari significant other dalam hal ini teman sebaya.
Friendship, umumnya remaja menjadi bonek karena ikut-ikutan teman, mereka masih terbawa dalam suasana kebersamaan dengan teman sebaya. Konsep ini menggambarkan status identitas friendship tergolong pada foreclosure. Hal ini menunjukkan bahwa remaja bonek yang berperilaku anarkis berteman dengan orang-orang yang berpotensi merusak diri sendiri. Hal ini sekaligus menunjukkan tidak ada krisis namun telah ada komitmen.
Pengembangan status identitas yang positif tidak dapat dilepaskan dari peran lingkungan terutama lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Fase kritis untuk masa depan, perilaku yang lebih baik, dan humanis berada pada masa remaja. Remaja tidak hanya dipenuhi kebutuhan fisiknya dengan diberikan uang dan material lainnya, tetapi pendampingan dalam pembentukan status identitas sangat penting.