Tinjauan Psikologis dari ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya: ‘Mujianto Punya Kecenderungan Psikopat Antisosial’ fadjar February 17, 2012

Tinjauan Psikologis dari ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya: ‘Mujianto Punya Kecenderungan Psikopat Antisosial’

Jakarta Mujianto alias Menthok alias Genthong (24), tersangka pembunuhan di Nganjuk, Jawa Timur, diduga memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat. Sebagai seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa empati.

‘Secara teoritis kasus pembunuhan ini, pelaku memiliki kecenderungan antisosial dan psikopat,’ ujar ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (16/2/2012).

Dalam teori psikologi, seorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. ‘Pasti ada yang salah dari masa kecil dia (Mujianto) sehingga aturan itu tidak dipahami scara baik,’ kata Yusti.

Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa cemburu yang besar.

‘Egosentrisnya tinggi yang menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas. Itu yang terjadi,’ ucapnya.

Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya. ‘Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya,’ kata Lita.

Mujianto dalam pengakuannya ke polisi telah meracuni 15 orang, namun yang baru terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat, Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu, pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan merangkap sebagai pasangan homo J.

dikutip dari detikNews, Jumat 17 Pebruari 2012

SURABAYA– Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Mujianto mendapat perhatian luas. Psikolog Universitas Surabaya Yusti Probowati menilai Mujianto masuk kategori psikopat.

Yusti memandang, dalam banyak kasus kekerasan, pelaku sendiri adalah juga korban kekerasan. Kekerasan bukan hanya fisik, namun juga bisa secara psikologis. Ini yang menimbulkan tidak terasahnya rasa empati pelaku pada orang lain. Pelaku kekerasan selalu menjadikan dirinya sebgai pusat.

Mujianto alias Gentong diyakini Yusti melakukan pembunuhan sebagai akumulasi dari korban pelanggaran norma sosial sejak kecil.

Dari karakteristik sejumlah kasus pembunuhan yang sangat khas, penyimpangan Mujianto yakni perilaku antisosial dan psikopat.

Perilaku antisosial, menurut Yusti, seharusnya sudah terdeteksi sejak masih anak. Pelanggaran aturan keluarga dan masyarakat, bisa memicu seseorang menjadi antisosial.

Seseorang yang terus melanggar aturan dan dibiarkan, akan cenderung mencoba melanggar aturan yang tarafnya lebih tinggi. Namun Yusti menegaskan tidak semua perilaku antisosial mengarah menjadi psikopat.

Salah satu hal yang sering muncul pada psikopat adalah tidak adanya penyesalan dari pelaku.

Sementara itu dia yakin tidak ada kaitan antara perilaku seks Mujianto yang menyukai sesama jenis dengan kecemburuan dia yang tinggi.

Rasa cemburu bisa terjadi pada siapa saja tanpa melihat perilaku seksual, tapi penyebab tindak kekerasan yang dilakukan psikopat bisa banyak hal, cemburu hanya salah satu saja. Yusti lebih mencermati adanya gangguan kepribadian.

Aspek keluarga menjadi penting dalam hal ini. Keluarga yang tidak utuh bisa menjadi penyebab seseorang menjadi antisosial.

Bahkan keluarga yang utuh sekalipun bisa memicu anak menjadi pelaku kekerasan. Kalau kekerasan dilakukan oleh orangtua, maka anak kehilangan model perilaku antikekerasan yang benar.
(Andreas Wicaksono/Sindo TV/kem)

dikutip dari Okezone, Jumat 17 Pebruari 2012