Make-up = Memoles, Susuk = Membentuk : Sebuah Studi Kecantikan Pada Pekerja Seks Komersial fadjar April 21, 2011

Make-up = Memoles, Susuk = Membentuk : Sebuah Studi Kecantikan Pada Pekerja Seks Komersial

Oleh: Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Pekerja seks komersial merupakan pekerjaan yang sangat menggantungkan pada kondisi fisik yang menarik meliputi wajah dan bagian tubuh. Pekerja seks komersial yang menarik secara fisik memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan pelanggan, meskipun selain fisik terdapat beberapa kriteria lain dari pelanggan yang dicari dari pekerja seks komersial misalnya keramahan dan pengetahuan yang cukup sehingga bila diajak berbicara membuat pelanggan nyaman. Yogyakarta merupakan salah satu kota wisata yang identik dengan bisnis seks komersial. Banyak pekerja seks komersial mengadu nasib di kota Yogyakarta, biasanya berasal dari kota-kota di sekitarnya yaitu Solo, Madiun, Sleman, Semarang, Magelang, dan beberapa kota lain misalnya Jakarta, Tanggerang, Sidoarjo, dan Surabaya. Persaingan antar pekerja seks komersial tidak terelakkan sehingga pekerja seks komersial dituntut untuk mempertahankan diri tampil menarik. Beberapa cara yang dapat dilakukan agar tampil menarik sehingga memikat pelanggan adalah menggunakan pakaian yang bagus, menggunakan susuk, dan menggunakan make-up (Yuwanto, 2010).

Penelitian tentang bagaimana cara membuat diri cantik pada pekerja seks komersial menjadi kajian yang menarik bagi penulis. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan penulis tentang sistem jaringan sosial pekerja seks komersial di Yogyakarta. Pekerjaan sebagai pekerja seks komersial yang melayani kebutuhan seksual pelanggan dituntut tampil menarik. Terdapat pekerja seks komersial yang secara fisik menarik dan secara fisik kurang menarik, namun agar dapat mendapatkan pelanggan maka salah satu syaratnya adalah tuntutan tampil menarik secara fisik terutama menarik pada bagian wajah. Penggunaan make-up ataupun menggunakan susuk dapat menjadi salah satu cara tampil menarik.

Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) make-up secara psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi seduction dan camouflage. Fungsi seduction artinya individu menggunakan make-up untuk meningkatkan penampilan diri. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya menarik dan menggunakan make-up untuk membuat lebih menarik. Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make-up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk camouflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make-up untuk membuat menarik.

Pada 45 responden perempuan pekerja seks komersial berusia 17 sampai 25 tahun yang secara fisik (wajah) telah dirating (dinilai) oleh induk semang (mucikari) sebagai kategori perempuan yang memiliki wajah cantik. Terdapat 24% subjek yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage, 70,7% menggunakan fungsi seduction, dan 5,3% yang merupakan kombinasi fungsi camouflageseduction. Sebanyak 35% responden menyatakan bahwa selain menggunakan make-up untuk membuat dirinya cantik, mereka menyatakan juga menggunakan susuk. Beberapa daerah atau bagian tubuh yang diberi susuk oleh responden penelitian adalah dagu, hidung, area di bawah mata, bibir ataupun pantat. Mereka menyatakan bahwa tidak cukup hanya menggunakan make-up untuk membuat cantik sehingga dapat memikat pelanggan, namun juga harus menggunakan susuk. Informasi tentang penggunaan susuk ini responden dapatkan dari teman sesama pekerja seks komersial ataupun orang yang menawarkan jasa pemasangan susuk. Menurut responden yang menggunakan susuk, menggunakan susuk dapat membuat mereka menjadi berbeda dari sebelum dipasang susuk. Bila menggunakan make-up, subjek masih merasa memiliki kekurangan dalam hal kemenarikan fisik terutama wajah. Make-up menurut mereka hanya sebagai polesan saja, bila tidak menggunakan make-up mereka merasa tidak menarik lagi. Bila menggunakan susuk, mereka merasa dirinya lebih permanen dalam hal kemenarikan, karena sekali dipasang mereka akan tetap merasa cantik.

Penggunaan make-up dan susuk pada responden pekerja seks komersial memiliki kelebihan dan kekurangan. Make-up dan susuk dapat membuat pekerja seks komersial merasa menjadi lebih menarik bila dibandingkan tanpa menggunakannya. Penggunaan make up sifatnya tidak permanen, dapat luntur dalam batas waktu tertentu, kecuali jenis make-up yang berharga mahal dapat lebih awet. Penggunaan susuk sifatnya lebih permanen, tidak perlu ”dibongkar pasang berulang”, hanya saja harus hati-hati dalam perawatan. Misalnya saja susuk yang dipasang di bibir, memiliki perawatan tertentu. Bila berciuman terlalu keras, maka akan rusak dan harus ”dibenahi” kembali.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat suatu simpulan bahwa make-up dan penggunaan susuk dapat membuat responden pekerja seks komersial merasa cantik atau lebih menarik dari sebelumnya (saat tanpa menggunakan make-up atau susuk). Make-up berfungsi sebagai memoles yang sifatnya tidak permanen, sedangkan susuk berfungsi sebagai membentuk yang sifatnya lebih permanen.

Referensi :

Korichi, R., Pelle-de-Queral, D., Gazano, G., Aubert, A. (2008). Why women use makeup: Implication of psychological traits in makeup functions. J.Cosmet. Sci., 59, 127 ndash; 137.

Yuwanto, L. (2010). Geliat wanita panggilan kota pelajar. Surabaya : Putra Media Nusantara Surabaya.