Leg Brace Adjustable, Alat Bantu Berjalan fadjar January 19, 2011

Leg Brace Adjustable, Alat Bantu Berjalan

Inovasi yang dikembangkan Jeremia Artiono Arifin bisa menjadi kabar gembira bagi para penderita polio. Alat bantu berjalan kreasinya didesain bisa dipanjangkan sesuai pertumbuhan kaki penderitanya.

Penderita polio umumnya sulit lepas dari alat bantu berjalannya. Sayangnya alat yang akan memudahkan para penderita polio berjalan (leg brace) itu tidak dapat menyesuaikan ketika kaki-kaki penderita bertambah panjang seiring pertumbuhan yang bersangkutan.

Kondisi ini mengilhami Jeremia Artiono Arifin untuk berinovasi. Di tangan mahasiswa jurusan desain dan manajemen produk Universitas Surabaya (Ubaya) ini, leg brace ini dibuat bisa memanjang ketika kaki penderita mengalami pertumbuhan. “Orang polio itu kan saraf ototnya mati, tetapi tulangnya masih bisa tumbuh. Jadi ketika kakinya memanjang, alat yang selama ini beredar tidak dapat dipakai lagi,” kata Jeremia ditemui di kampusnya, Selasa (18/1).

Alat yang dikembangkan Jeremia memang lebih adjustable karena bisa ditarik ketika kaki penderita polio mengalami pertumbuhan. Namun, tidak semua penderita polio dapat menggunakan alat dari Jeremia. Diungkapkan, alat tersebut diperuntukkan bagi penderita polio di atas usia 30 tahun. Ini karena di atas usia itu, kaki penderita polio ototnya relatif lebih kuat ketimbang mereka yang masih anak-anak. Terlebih lagi, aktivitas penderita polio yang berusia d iatas tiga puluh tahun cukup banyak.

“Secara bentuk hampir sama, tetapi ini bisa ditarik ketika kaki tumbuh. Ini juga dilengkapi semacam engsel yang ditempatkan di lutut dan tungkak (tumit, red) sehingga mudah ketika harus duduk dan menaiki tangga,” ujarnya.

Leg Brace buatan Jeremia sendiri dilengkapi dengan tujuh gesper untuk mengikatkan kaki. Banyaknya gesper inilah yang membuat alat tersebut lebih aman. Bahan yang digunakan menggunakan rangka besi dengan gesper kulit. Bobotnya sendiri sekitar dua kilogram. Total biaya yang dikeluarkan untuk sebuah prototipe leg brace tersebut sekitar Rp 600.000.

“Kalau pakai stainless harganya lebih mahal, jadi kalau diproduksi jatuhnya juga lebih mahal. Kalau pakai aluminium, kekuatannya tidak terlalu besar untuk menopang badan,” jelasnya.

Meski diperuntukkan penderita polio, namun leg brace buatan Jeremia ini juga bisa digunakan orang yang kakinya putus. Syaratnya masih orang tersebut masih memiliki paha untuk sebagai pengikat leg brace.

“Alat ini bisa dipakai didalam celana sehingga penderita polio yang memakai tidak perlu malu karena tidak kelihatan,” ujarnya.

Sebelumnya dari Mojokerto ada Sugeng Siswoyudono (46). Penyandang cacat dengan satu kaki membuat kaki palsu yang memungkan mereka yang mengalami cacat kaki, bisa kembali bisa berjalan layaknya orang normal. Berkat kreasinya, warga Kecamatan Mojosari, Mojokerto ini bahkan telah ditunjuk Kementerian Riset dan Teknologi (Menristek) untuk melaksanakan program pembuatan 1.000 kaki palsu dengan anggaran mencapai Rp 2 miliar yang akan dibagikan secara gratis untuk penyandang cacat.yop

sumber: Surabaya Post, 19-01-2011