Tak Lulus S1, Malah Diganjar Doktor fadjar December 16, 2010

Tak Lulus S1, Malah Diganjar Doktor

“Dulu saya kuliah di ITS dan tidak sampai lulus. Ternyata saya harus menunggu 45 tahun untuk bisa diwisuda. Jadi untuk bisa masuk ITS harus orang pintar. Buktinya, kuliah S1 saya tak sampai lulus.” Demikian Pernyataan Hermawan Kartajaya, pakar marketing, saat menerima gelar doktor honoris causa.

Ungkapan itu langsung disambut tepuk tangan ratusan hadirin di Graha ITS. Mereka baru tahu kalau Hermawan pernah kuliah di kampus itu, tetapi tidak tamat. Tidak hanya para guru besar ITS, dosen, dan mahasiswa, tetapi juga bos-bos perusahaan besar yang tepuk tangan keheranan.

Hadirin juga menyimak orasi ilmiah bapak marketing ini selama satu jam. Orasi itu disampaikan setelah ia dianugerahi gelar doktor honoris causa oleh ITS.

Hermawan mengaku tak percaya dengan penghargaan membanggakan itu. “Kalau ada gelar dari ITS seperti ini, saya semakin percaya diri,” tambah Hermawan yang langsung disambut tapuk tangan dan ger hadirin lagi.

Memang tak ada bosannya menyimak orasi ilmiahnya. Pengetahuan-pengetahuan marketing yang mendunia itu disampaikan dengan sangat gayeng dan sederhana.

Begawan marketing yang bukunya sudah diterjemahkan dalam 20 bahasa ini melihat ilmu marketing dengan sangat simpel. “Pemasaran adalah diferensiasi. Saat ini dunia berkembang, teknologi apalagi. Marketing harus juga mengikuti. Namun yang harus dipegang adalah kejujuran. Dengan jujur ini pula, saya orang non-Islam pertama yang dipercaya jadi konsultan di Bank Syariah,” kata founder MarkPlus Inc ini.

Tidak hanya itu, saat ini Hermawan yang juga memelajari Alquran ini juga dipercaya menjadi pengajar di pondok pesantren. Yakni Ponpes Langitan, Tuban dan Ponpes Tegalrejo, Magelang. “Tentu saya mengajar marketing. Saya jadi tahu Nabi Muhammad juga karena belajar. Nabi ini adalah marketer yang luhur karena Dia Al Amin (dapat dipercaya),” ungkapnya Presiden Asosiasi Marketing Dunia ini usai pengukuhan.

Penganugerahan gelar doktor kehormatan dari ITS itu berlangsung dengan sangat meriah. Hermawan dikukuhkan oleh ketua Senat ITS yang juga Rektor Priyo Suprobo. Pengukuhan ini digelar dalam rapat senat terbuka. Selain tokoh-tokoh dan pemilik perusahaan besar, hadir pula Rektor UI Soz Gumilar yang juga memberi orasi ilmiah.

Menurut Probo, Hermawan layak mendapatkan gelar ini karena telah memberikan kontribusi luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan marketing. “Orang paling berjasa, tidak hanya Indonesia tetapi juga dunia dalam ilmu pemasaran. Mudah-mudahan Hermawan bisa memajukan ITS,” kata Probo.

Hermawan yang lahir, 18 November 1947 dibesarkan dari keluarga sederhana, yakni pasangan Tan Siong Pik dan Ong Liaw Hwa. Orangtuanya hanya kasir di BUMN PT Aduman Niaga.

Lulus dari SMAK St Louis, tahun 1970 ia diterima di jurusan Teknik Elektro ITS. Namun impian meraih gelar sarjana ini pupus. Ia pun drop out dari ITS dan menjadi guru di SMP Sasana Bhakti dan SMAK St Louis. ”Namun karena ingin tetap menjadi sarjana, saya kuliah di Ubaya (Universitas Surabaya) pada 1980. Lima tahun saya meraih sarjana. Saya mulai mengenal ilmu marketing yang menjanjikan dari Ubaya ini,” urainya.

Sebenarnya, setelah S1, Hermawan memutuskan kembali untuk fokus pada pekerjaan sebagai guru matematika dan fisika. Namun jiwa marketing mulai menyisihkan pekerjaan lamanya. Jiwa marketingnya langsung teruji dan mampu duduk sebagai general manajer PT Panggung, distributor elektronik. Setelah itu kemampuan marketingnya dilirik PT HM Sampoerna. Setelahnya, banyak perusahaan besar seperti Pertamina, Toyota, UI, dan perguuruan tinggi besar asing serta perusahaan asing menjadikan Hermawan sebagai konsultan pemasarannya.

“Saya pernah ingin meraih gelar doktor normal bukan kehormatan. Saya sudah menjalani kuliah di Australia. Namun saya baru sadar, ternyata jiwa saya memang tidak mau diatur-atur oleh buku dan tugas. Saya ingin menciptakan dunia baru sehingga kuliah S2 di Australia gagal,” ucap Hermawan dengan tertawa.

Faiq Nuraini
Surabaya

dikutip dari Surya Online 16 Desember 2010