Rektor UBAYA menghadiri peresmian Deklarasi Gerakan Nasional Penerapan (GENAP) Standar Nasional Indonesia (SNI) di Istana Wapres fathulhusnan November 13, 2010

Rektor UBAYA menghadiri peresmian Deklarasi Gerakan Nasional Penerapan (GENAP) Standar Nasional Indonesia (SNI) di Istana Wapres

Kegiatan Bulan Mutu dan Produktivitas Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan peningkatan standardisasi produk nasional agar dapat menembus dan bersaing di pasar dunia. Oleh karena itu, penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai salah satu barometer jati diri bangsa Indonesia harus menjadi perhatian utama bagi para pemangku kepentingan di bidang standardisasi, demikian diungkapkan Wakil Presiden, Bapak Prof. Dr. Budiono dalam arahannya ketika meresmikan Deklarasi GENAP SNI dan Pencanangan kembali Bulan Mutu Nasional, Penganugerahan SNI Award 2010 di Istana Wapres, kemarin Selasa (09/11/2010). Lebih jauh, beliau mengatakan dalam globalisasi bangsa Indonesia tidak boleh hanya sembarang mengikuti, melainkan mengikutinya dengan cerdas. Sebab, globalisasi berarti banyak sekali aturan main yang diterapkan dan dinegosiasikan pada forum internasional. Itu menyangkut berbagai ketentuan di bidang bisnis, ekonomi, politik dan keamanan. “Kalau kita tidak cerdas, kita akan ketinggalan, dan aturan main ditentukan negara lain,” ujar Wapres.

Di bidang ekonomi yang menyangkut daya saing misalnya, pada akhirnya penentu pemenang kompetisi bukan harga murah, melainkan mutu dan keandalan produk. Kita dapat melakukan produksi, investasi di berbagai bidang. Tetapi kuncinya adalah mutu produk harus dijaga dan ditingkatkan agar memiliki keunggulan. Dalam konteks yang lebih besar, kita harus unggul dalam menetapkan standardisasi. Selain mutu dapat dipertahankan atau ditingkatkan, standardisasi membuat berbagai proses menjadi lebih mudah. Standar adalah kunci efisiensi produksi atau perdagangan. Produksi akan menjadi jelas dengan kriteria yang diperlukan dan perdagangan menjadi efisien jika produknya jelas.

Wapres juga mengharapkan perguruan tinggi turut aktif membantu proses penerapan standardisasi. “Universitas harus semakin dekat dengan dunia nyata, termasuk industri dan instansi Pemerintah, jangan menjadi institusi yg berada di menara gading”. Terkait dengan harapan Wapres ini, Deputi Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Dewi Odjar Ratna Komala, menambahkan bahwa peran akademis sangat besar bagi pengembangan standardisasi terutama dalam perumusan standar dimana memerlukan keahlian dari para pakar yang ada di Perguruan Tinggi; pengembangan riset melalui laboratorium di Perguruan Tinggi guna memberikan pelayanan kepada pelaku usaha yang menerapkan standar; mengembangkan partisipasi para ahli pendidikan standardisasi dan juga mengembangkan pengetahuan standardisasi bagi generasi penerus.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Direktur Ketenagaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Dr. Supriyadi Rustam, yang menyatakan dukungannya atas gerakan BSN sebagai upaya yang harus dilakukan terutama tentang kualitas produk, jasa, manajemen dan lain-lain sehingga standar di Indonesia dengan internasional dapat bersaing. Beliau juga berharap Perguruan Tinggi ditempatkan sebagai subyek yang memiliki sumber daya kegiatan riset yang sangat potensial untuk pengembangan standardisasi.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 200 orang terdiri berbagai kalangan mulai dari pelaku usaha, industri penerap SNI, Rektor dari berbagai Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah; wakil Masyarakat Standardisasi (MASTAN) dari seluruh Indonesia serta pejabat BSN. (mr)

dikutip dari : www.bsn.go.id