Warga Blok Cepu Dilatih Buat Pupuk Organik fadjar November 2, 2010

Warga Blok Cepu Dilatih Buat Pupuk Organik

Bojonegoro, 2/11/2010 (Kominfo-Newsroom) Masyarakat didorong untuk memanfaatkan kotoran ternak dan sampah organik di sekitar rumah supaya dikelola menjadi pupuk organik karena penggunaan pupuk organik lebih ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan alam dan lingkungan.

Penggunaan kembali pupuk berbahan alam (nonkimia) dapat menunjang kembalinya kesuburan dan unsur hara tanah yang telah rusak akibat overnya penggunaan pupuk berbahan kimia (anorganik).


Demikian dikatakan Gatot Suwarso, aktivis dari Pusat Pemberdayaan Komunitas Kota Universitas Surabaya (Pusdakota-Ubaya) dalam pelatihan pembuatan pupuk organik di balai Desa Gayam, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, belum lama ini.


Pelatihan ini diikuti oleh 63 orang dari tiga desa di sekitar Gas Oil Separation Plant (GOSP) Banyuurip, yakni Desa Begadon, Gayam, dan Ringintunggal, semuanya masuk wilayah Kecamatan Ngasem.


Pelatihan ini merupakan rangkaian dari Program Konservasi Lingkungan Berbasis Lahan Rakyat, buah kerja sama antara Pemkab Bojonegoro, MCL, dan IDFoS Indonesia.


Menurut Gatot, saat ini kadar unsur hara tanah di sebagian besar lahan pertanian tidak sampai dua persen, padahal syarat kadar unsur hara untuk pertanian minimal 5 persen. Untuk menunjang kembalinya kesuburan tanah, penggunaan pupuk ramah lingkungan harus digalakkan.


”Sampai kapanpun pupuk organik akan laku karena ini berhubungan dengan kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan primer manusia,” katanya.


Sementara itu, Manajer Program Konservasi Lingkungan Berbasis Lahan Rakyat M. Fatkhur Rahman mengatakan, pelatihan ini merupakan pelatihan yang terakhir dalam tahapan penguatan kapasitas masyarakat pada program ini.


Sebelumnya, peserta yang terdiri dari anggota kelompok masyarakat (Pokmas) dan kader lingkungan ini telah mengikuti tiga kali pelatihan, yaitu pelatihan motivasi, pelatihan pengelolaan lingkungan dan budidaya matoa, dan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga.


”Tahapan kegiatan selanjutnya adalah penanaman pohon matoa, yang akan dilaksanakan pada November ini, baik yang untuk lahan pribadi warga (private) maupun publik yang seluas kurang lebih 250 hektare. Sedangkan pencanangan (launching) penanaman pohon matoa akan dilaksanakan pada awal Desember mendatang,” ujarnya.


Sementara itu, dalam pelatihan tersebut, peserta tidak hanya menerima materi tentang teori-teori pembuatan pupuk organik. Peserta, dengan dipandu lima anggota Pusdakota-Ubaya, juga diajari mengenai cara membuat pupuk organik.


Pembuatan pupuk organik ini dinilai cukup mudah oleh sebagian besar peserta. Apalagi, bahan-bahannya cukup mudah didapatkan di lingkungan sekitar masyarakat, seperti sekam (kulit padi), bekatul, tempe, tape, air tebu, dan bahan-bahan lainnya. (MC bojonegoro/toeb)

dikutip dari KOMINFO NEWSROOM online, Senin 2 Nopember 2010