Tanam Mangrove untuk Kurangi Perubahan Iklim fathulhusnan October 19, 2010

Tanam Mangrove untuk Kurangi Perubahan Iklim

Senin, 11 Oktober 2010 | 10:44 WIB

SURABAYA ndash; Isu perubahan iklim terus menjadi perhatian. Lewat semangat hari Sumpah Pemuda, puluhan mahasiswa pecinta alam Universitas Surabaya (Ubaya) berusaha menjaga kelestarian alam dengan menanam 380 bibit mangrove di kawasan Wisata Mangrove Gunung Anyar.

Meski harus terjun di tengah lumpur dan air laut yang sedang pasang serta melawan terik matahari pada Minggu (10/10) kemarin, mereka tetap tak surut semangat dalam upaya melestarikan alam. Seluruh bibit pohon mangrove yang telah dipersiapkan sebelumnya berhasil ditanamkan semuanya.

“Di hari ini ada sekitar 160 ribu kegiatan bertema peduli lingkungan yang dilakukan di 127 negara, kami ingin ikut menjadi salah satu bagian dari pelestarian lingkungan tersebut,” kata Wibowo Mappantunru, ketua panitia penanaman mangrove, Minggu.

Mahasiswa semester tiga ini mengatakan pihaknya ingin mengkampanyekan green concept untuk menjaga kelestarian lingkungan yang kini semakin rusak. Dia berharap kegiatan ini bisa memberikan kesadaran bagi masyarakat mengenai dampak perubahan iklim. “Kami ingin mendorong masyarakat agar memiliki gaya hidup yang ramah dan peduli lingkungan, salah satu hal kecil yang dilakukan adalah dengan tidak membuang sampah di sungai,” katanya.

Sebelumnya mereka juga mengadakan presentasi mengenai Global Warming dengan pembicara Prof Joni Hermana dari Teknik Lingkungan ITS. Menurut Joni, ada banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terus terjadi. “Masyarakat dapat melakukan hal kecil seperti jangan membuang sampah plastik, jadikan sampah sebagai kompos, matikan listrik bila tidak perlu, dan banyak lagi. Itu memang langkah kecil, tetapi berperan besar untuk mengurangi perubahan iklim,” ujarnya.

Dirinya juga menyarankan pemerintah untuk melakukan uji emisi saat pemilik kendaraan bermotor membayar pajak. Bila gas emisi masih di bawah ambang batas akan diizinkan dipakai lagi dan bila melebihi ambang batas harus diservis atau bahkan tidak boleh dipakai lagi. m1

Surabaya Post, 11-10-2010

300 Siswa-Mahasiswa Surabaya Ikuti Green Movement

Sebanyak 300 siswa dan mahasiswa pecinta alam se-Surabaya mengikuti ‘Green Movement’ yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Surabaya (Ubaya) di kampus setempat, Sabtu.

‘Kami tidak hanya melakukan sosialisasi, tapi kami juga melakukan aksi nyata, karena itu kami menggelar ‘Green Movement’ selama dua hari,’ kata ketua pelaksana, Wibowo Mappatunru.

Mahasiswa yang juga anggota aktif MAPAUS (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Surabaya) itu mengatakan kegiatan sosialisasi dilakukan dengan ‘Presentasi Perubahan Iklim MaPAUS’ di aula Perpustakaan Ubaya.

‘Presentasi untuk penyadaran itu disampaikan Emerald Starr dari Dubes Al Gore untuk Asia-Pasifik, Prof Joni Hermana dari ITS Surabaya dan anggota ‘The Climated Project Indonesia’, serta Ir Sasmito Hadi dari Kementerian Kehutanan Khusus Mangrove di Bali,’ katanya.

Setelah itu, kata mahasiswa semester 3 Fakultas Bisnis dan Ekonomi (FBE) Ubaya itu, peserta akan diajak melakukan aksi nyata dengan menanam 1.000 mangrove di Hutan Wisata Mangrove Gunung Anyar, Surabaya pada Minggu (10/9) pagi.

‘Aksi nyata itu untuk mengurangi dampak pemanasan global (global warming), karena itu kami tidak akan berhenti di Gunung Anyar, namun kami akan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Jatim untuk melakukan penanaman tanaman dimana-mana,’ katanya.

Ia mencontohkan MaPAUS akan meminta bantuan tanaman keras dari Dinas Pertanian Jatim untuk ditanam di kampus Ubaya dan beberapa titik di Surabaya serta ditanam di beberapa gunung yang mulai tandus.

‘Dalam setahun, kami melakukan dua kali pendakian yang rutin, namun ada juga pendakian yang insidentil, karena itu setiap pendakian akan kami upayakan melakukan penanaman pohon di gunung-gunung yang sudah banyak yang tandus itu,’ katanya.

Dalam presentasinya, pakar lingkungan dari ITS Surabaya Prof Joni Hermana menyarankan beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim yang cukup radikal saat ini.

‘Masyarakat dapat melakukan hal-hal kecil dari Surabaya seperti jangan membuang sampah plastik, jadikan sampah sebagai kompos, matikan listrik bila tidak perlu, dan banyak lagi. Itu langkah kecil tapi berperan besar untuk mengurangi perubahan iklim,’ katanya.

Untuk kalangan pemerintah, kata anggota ‘The Climated Project Indonesia’ yang alumni pelatihan Al Gore di Australia itu, bisa memberlakukan pemeriksaan uji emisi kendaraan setiap tahun.

‘Caranya juga mudah, pemerintah dapat melakukan uji emisi saat pemilik kendaraan bermotor membayar pajak. Bila gas emisi masih di bawah ambang batas akan diizinkan dipakai lagi dan bila melebihi ambang batas harus di-service atau bahkan tidak boleh dipakai lagi,’ katanya.

Banjarmasinpost.co.id – Sabtu, 9 Oktober 2010