Festival Mata Air Diikuti 250 Aktivis Lingkungan, Termasuk Diantaranya Pusdakota Universitas Surabaya (Ubaya) fadjar October 7, 2010

Festival Mata Air Diikuti 250 Aktivis Lingkungan, Termasuk Diantaranya Pusdakota Universitas Surabaya (Ubaya)

Sekitar 250 orang aktivis lingkungan mengikuti Festival Mata Air (FMA) Empat Setengah Tahun Gathering 2010 yang diadakan di Kampung Seni Lerep, Ungaran, Semarang, Sabtu (2/10).

Ratusan orang itu berasal dari perwakilan berbagai daerah, bahkan ada dari negara lain yang tergabung baik dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Individual maupun masyarakat umum.

Adapun mereka berasal dari Bali, Yogyakarta, dan Jakarta, sedangkan dari luar negeri, Australia, Swiss dan Amerika Serikat. Adapun LSM itu yang turut serta di acara itu, Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan Universitas Surabaya (Pusdakota Ubaya), Komunitas Tanam Untuk Kehidupan (Tuk) Salatiga, Australian Volunteer serta Indonesian Volunteer Institut.

Dalam acara itu, peserta lebih banyak melakukan dialog yang membahas berbagai isu-isu lingkungan, seperti upaya penyelamatan lingkungan, terutama mata air serta merencanakan kegiatan yang akan dilakukan di lokasi yang telah mengalami kerusakan tahun depan.

Ketua Panitia, Titi Permata mengatakan kelompok dialog itu dibagi menjadi tiga kelompok dengan tema yang berbeda-beda. Diharapkan dari dialog tersebut bisa memunculkan ide-ide baru, berupa penguatan jejaring atau net working sehingga sampai ke contac personnya.

‘Festival Mata Air ini kami adakan dengan latar belakang untuk mengangkat isu-isu lingkungan, terutama mata air karena saat ini sudah saling terkait dan kompleks agar lebih diperhatikan orang. Pasalnya apabila bicara kerusakan lingkungan berarti tidak lepas dari masalah alam dan sosial sehingga harus dimengerti masyarakat,’ katanya.

Titi menambahkan, apabila masyarakat telah menyadari betapa pentingnya lingkungan bagi kehidupan untuk mengatasinya harus bekerja secara bersama-sama dengan cara yang berbeda pada lingkup dimulai dari yang terkecil seperti di lingkungan masing-masing. Agar di festival ini bisa diterima oleh masyarakat sekitar, kita tidak melulu melakukan dialog tapi juga pentas seni.

‘Sehingga festival kali ini juga banyak diikuti oleh masyarakat sekitar karena tertarik dengan pentas seni seperti wayang. Sedangkan rangkaian acara itu untuk besok Minggu (3/10), akan diadakan work shop yang diisi oleh seniman dan aktivis diantaranya, Work shop keramik, Gerakan Lingkungan Berbasis Komunitas dan Pembibitan, penanaman dan pemeliharaan Pohon bertempat di Rumah Keramik, Joglo Indrakila dan Teater Terbuka,’ terangnya.

Bagi yang ingin mengikuti dan menyaksikan acara ini dibuka gratis untuk umum, sedangkan bagi yang mengikuti work shop dan makan siang dikenai administrasi sebesar Rp 20.000 per orang. Acara itu selain pameran galeri yang juga diadakan di Kampung Seni Lerep akan ditutup pada Minggu (3/10).

( Yulianto /CN13 )

dikutip dari suaramerdeka.com, 2 Oktober 2010