Universitas Surabaya Peduli Waduk Tanjungan Mojokerto dewiana September 27, 2010

Universitas Surabaya Peduli Waduk Tanjungan Mojokerto

Sebagai salah satu universitas swasta terbesar, tentu keberadaan Ubaya tak bisa dilepaskan dari masyarakat. Dan untuk mempererat kerjasama yang baik antara Ubaya dan masyarakat, pada 25 September 2010 silam diadakanlah sebuah acara “Kreatif dan Cinta Lingkungan Melalui Ekowisata Pendidikan di Waduk Tanjungan”. Waduk Tanjungan sendiri terletak di desa Tanjungan kecamatan Kemlagi, kabupaten Mojokerto.

Acara ini merupakan salah satu rangkaian acara dari program “IPTEK Bagi Wilayah” dari DIKTI, dimana Perguruan Tinggi wajib mengaplikasikan ilmu dan teknologi yang dimiliki pada masyarakat. Tentu ada alasan mengapa waduk Tanjungan yang dipilih. Keberadaan kampus III Ubaya, yaitu UTC yang terletak di Trawas kabupaten Mojokerto adalah salah satu faktor yang cukup berpengaruh. Karena keberadaan UTC di Mojokerto, maka Ubaya melalui LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) bekerjasama dengan Pemkab Mojokerto untuk mengembangkan potensi yang ada di kabupaten itu. Dan dipilihlah waduk Tanjungan sebagai loksi yang tepat untuk dikembangkan.

“Harapan dari bapak Bupati ini bisa dijadikan sebagai obyek wisata kembali, terutama wisata pendidikan,” ungkap ketua LPPM, Prof Dr Jatie K.Poedjibudojo. Dan sebagai langkah awal dimulainya rencana obyek wisata pendidikan itu, pada hari tersebut diadakan serangkaian kegiatan pendidikan. Kegiatan itu adalah lomba mewarnai anak TK, lomba menggambar anak SD, dan kegiatan outbond anak SD. Para peserta berasal dari TK dan SD yang terletak di kecamatan Kemlagi. Kedepannya, peserta dari kegiatan pendidikan ini menjadi milik siapapun dan tidak terbatas hanya untuk masyarakat tertentu.

“Sebenarnya acara ini sudah berlangsung sejak tanggal 12 (September 2010) kemarin, yaitu acara orkes Melayu. Hari ini akan ada peresmian obyek ekowisata Tanjungan oleh bapak Bupati dan penyerahan sepeda air oleh rektor (Ubaya),” jelas Achmad SiP, sekretaris desa Tanjungan. Pada hari itu ada juga aneka usaha dari ibu-ibu desa Tanjungan yang berjualan kreasi mereka mulai dari makanan, minuman, hingga kerajinan tangan. Usaha ini kedepannya juga akan berjalan terus melalui Unit Usaha Bersama Tanjung Jaya. Unit usaha ini juga bentuk kerjasama dengan Ubaya, dimana Ubaya membina ibu-ibu itu mulai dari membuat hingga menjual produk yang mereka buat.

Setelah lomba menggambar, mewarnai serta outbond selesai, dan juga dagangan para ibu habis, acara peresmian ekowisata Tanjungan dimulai. Melalui sambutannya, bupati Mojokerto Drs Suwandi MM mengungkapkan rasa bersyukurnya atas bantuan Ubaya. “Uluran tangan Ubaya sangat bermanfaat agar potensi masyarakat Tanjungan berkembang,” ungkap Suwandi dalam sambutannya. “Tidak bisa potensi ini dibiarkan, harus ada uluran tangan universitas untuk mengembangkan teknologinya di masyarakat,” demikian tegas Prof Wibisono Hardjopranoto MS selaku rektor Ubaya dalam sambutannya. “Potensi seperti ini tidak boleh tambal sulam, harus ada konsep yang jelas kedepannya,” lanjut Prof Wibi. Setelah sambutan-sambutan, Ekowisata Tanjungan pun diresmikan oleh bupati Mojokerto.

Begitu luar biasanya potensi masyarakat desa Tanjungan ini sendiri sebenarnya dapat diamati secara kasat mata. “Masyarakat sini suka memancing, maka kami mengembangkan dengan keramba jaring apung,” terang Idfi Setyaningrum, ketua Program Hibah IPTEK Bagi Wilayah. “Selain itu wilayah ini juga berpotensi untuk tanaman-tanaman. Kelak jika desa ini menjadi desa wisata, maka harus ada sesuatu yang menarik yaitu melalui tanaman,” tukas Idfi. Potensi masyarakat sekitar yang cukup bisa dibanggakan adalah dalam hal kreatifitas. Mereka bisa mengelola kertas koran menjadi hiasan yang sangat unik. Tak berhenti disitu, kreatifitas mereka dalam hal kuliner cukup bisa diacungi jempol. Mereka bisa mengkreasikan nugget dari bahan dasar jagung, bukan daging.

Dengan bantuan dari Ubaya ini, masyarakat sekitar sangat bersyukur dan berterima kasih. “Kami sangat berterima kasih pada Ubaya, karena tanpa sentuhan tangan Ubaya, tidak akan tercipta ekowisata di desa Tanjungan,” ungkap kepala desa Tanjungan, Suparlik SP. “Desa Tanjungan ini sempat tertidur untuk sementara, dengan bantuan ini semoga Tanjungan bisa bangkit lagi dengan ekowisata ini,” lanjut Suparlik. “Keramba jarring apung ini semoga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Sedangkan untuk sepeda air, kalau bisa jangan hanya 1, tetapi lebih,” harap wanita ramah ini lebih lanjut.

Dengan serangkaian bantuan itu, diharapkan bantuan-bantuan tersebut akan memberikan dampak yang luar biasa kepada ekowisata Tanjungan sendiri. Dan untuk 3 tahun kedepan, kerjasama dengan Ubaya akan terus ditingkatkan dalam bentuk-bentuk yang lain. (wmm/wu)