Hasil Forum Konsolidasi Pendidikan Standardisasi dewiana August 2, 2010

Hasil Forum Konsolidasi Pendidikan Standardisasi

Kerjasama BSN dengan Universitas kini memasuki babak baru melalui Forum Konsolidasi Pendidikan Standardisasi telah dihasilkan berbagai kesepakatan guna mengembangkan pendidikan standardisasi di Indonesia dan sebagai tindak lanjut MoU antara BSN dengan Perguruan Tinggi. Beberapa hasil forum tersebut, yaitu membentuk Forum Standardisasi antar Perguruan Tinggi (FORSTAN), membuat mailing list dosen pengajar mata kuliah/muatan standardisasi, menambah anggota MASTAN dari Perguruan Tinggi, dan penyelenggaraan ToT Standardisasi. Dengan kesepakatan tersebut diharapkan pendidikan standardisasi semakin maju dan berkembang.

Forum yang dihadiri 25 perwakilan dari 12 Universitas di kawasan Pulau Jawa, diawali sambutan dari Wakil Rektor UGM, Prof. Toni Atyanto Dharoko, mewakili Rektor UGM, dan selaku tuan rumah. Forum dibuka oleh Dewi Odjar Ratna Komala, Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN yang menyampaikan mengenai pentingnya kerja sama BSN dengan perguruan tinggi, yaitu menambah pengetahuan pemahaman tentang standardisasi, meningkatkan peran pakar dalam proses konsensus perumusan standar pemeliharaannya, mengembangkan kompetensi dan peran laboratorium universitas dalam mendukung kegiatan standardisasi, meningkatkan kerjasama pemerintah-universitas dan industri.

Forum diisi pemaparan perkembangan kerja sama BSN dengan 18 Perguruan Tinggi oleh Tisyo Haryono (BSN), hasil Academic Week 2010 oleh anggota Delri yaitu, M. Rosiawan (UBAYA) dan Bambang Purwanggono (UNDIP) dan pemaparan dari PiC/Contact Person Kerja Sama, yaitu dari UGM, UNAS, UNDIP, USAKTI, IPB dan ITS, UBAYA, dan UB.

Perkembangan Kerja sama: telah banyak yang diraih, terutama di bidang pendidikan yaitu dari buku kurikulum dan buku teks pengantar standardisasi, 617 dosen (dari 16 Universitas) telah diberi pembekalan, standardisasi telah dijadikan mata kuliah dan atau muatan di UNDIP, IPB, UBAYA, UI, dan UNAS serta riset dan magang oleh 2 mahasiswi UNDIP di BSN. Partisipasi pakar dari perguruan tinggi juga cukup tinggi, yaitu 14 pakar sebagai anggota TAS, 35 orang sebagai asesor, panitia teknis, dan tenaga ahli di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian.

Hasil forum academic week 2010: Identifikasi kebutuhan stakeholder terkait dengan kompetensi Standardisasi Metode pengajaran pendidikan standardisasi, standar memang mutlak digunakan di dalam era perdagangan dunia, dibuktikan oleh pengalaman perusahaan multinasional. Shell-sebuah industri gas oil, (oleh Neil Reeve, standard manager) telah menerapkan sekurangnya 200 standar internasional dalam menjalankan proyek dan operasi industri mereka di seluruh dunia, perusahaan Siemens (oleh Markus Siege, Head-Corporate Standardization Siemens AC, Germany), selain untuk penggunaan rutin, penggunaan standar dimaksudkan juga untuk menjaga keberlangsungan lingkungan dan masyarakat dunia (sustainability development), QUALCOMM Inc. (oleh Kent Baker, Vice President of IPR Policy and Compliance) bahwa penerapan standar diperlukan dalam: memahami resiko yang berhubungan dengan standar, menghemat uang dan menghindari pemborosan dalam aktivitas RD, mengendalikan evolusi pasar, transparansi, menjadi terlihat sebagai seorang pemimpin, dan membangun kredibilitas dengan pelanggan.

Walaupun pendidikan standardisasi sudah menjadi kebutuhan, namun standardisasi sendiri merupakan subjek yang tidak menarik, berat dan tidak “seksi”, untuk itu dibutuhkan metode pembelajaraan yang inovatif (attractive) yang disukai oleh mahasiswa meliputi metode: praktikum di laboratorium (simulasi), kunjungan ke lapangan (industri), menggunakan audio-visual (multimedia), kolaboratif learning, dan problem based-learning.(Rosiawan, 2008). (har)

dikutip dari https://www.bsn.or.id