Diskusi Masyarakat Surabaya dengan Calon Pemimpinnya fadjar May 26, 2010

Diskusi Masyarakat Surabaya dengan Calon Pemimpinnya

Gelaran pilwali pada 2 Juni mendatang makin membuat para calon walikota beserta wakil sibuk mempersiapkan diri. Tak hanya berkampanye untuk mendapat suara terbanyak, mereka juga harus mulai memikirkan penyelesaian masalah yang tak menemui ujung penyelesaian jika terpilih kelak. Tentu persoalan masyarakat Surabaya adalah problem utama yang harus mereka selesaikan. Dan Ubaya selaku Universitas yang peduli akan aspirasi masyarakat, turut serta ‘membantu’ menyelesaikan persoalan masyarakat Surabaya dengan mengadakan forum terbuka dengan para calon cawali.

Forum terbuka yang diadakan di auditorium FH pada 19-20 Mei lalu bertajuk “Diskusi Bersama Pasangan Cawali-Cawawali Kota Surabaya ndash; Permasalahan Warga Kota Surabaya” merupakan kerjasama Pusham Ubaya dengan Jaringan Masyarakat Sipil Kota Surabaya dan 25 ormas kota Surabaya lainnya. Acara ini dihadiri oleh tiap-tiap perwakilan ormas, agar mereka dapat mengenal lebih dekat dengan calon pemimpin mereka. Forum terbuka ini secara resmi dibuka oleh kepala Pusham, Dr Yoan N. Simanjuntak, S H MHum tepat pukul 10.00 WIB. “Mereka diminta fokus pada masalah yang ada saat ini, tidak hanya ngeyel terhadap visi misi mereka,” buka Yoan. “Akan ditawarkan solusi dari kita tentang permasalahan tersebut, kalau sudah sepakat semua maka aka nada berkas yang akan ditandatangani calon,” lanjut Yoan tentang kesepakatan yang akan dijalankan dengan cawali.

Sebagai pembukaan, dihadirkanlah cawali dengan nomor 1 yaitu Sutadi-Mazlan. Namun karena sesuatu hal, pasangan ini berhalangan menghadiri forum diskusi ini. Nampak beberapa ekspresi kecewa dari beberapa peserta, namun panitia dengan sigap menaggapi, dengan cara menggantinya dengan menyempurnakan rumusan masalah yang sudah ada sebelumnya. Diadakanlah diskusi satu dengan yang lain membahas masalah yang akan disampaikan pada cawali selanjutnya. Permasalahan yang dibicarakan merupakan ‘lagu lama’ yaitu pendidikan dan kesehatan. Masalah pendidikan yang cukup serius salah satunya adalah masalah Unas, dimana tidak hanya selesai ketika Unas selesai dilaksanakan. Ketika anak akan melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi, tak jarang niat itu dibatalkan. “Ada seorang anak yang meraih nilai Unas terbaik disekolahnya tidak bisa melanjutkan ke SMK, karena orang tuanya hanya bisa membayar uang sekolah dengan mencicil. Sekolah tidak mau menerima dan anak saat ini harus menjadi tukang antar air keliling,” keluh salah satu peserta yang diharapkan akan selesai dengan terpilihnya walikota baru kelak.

Menjelang siang hari, hadirlah pasangan cawali independen nomor 5, Fitradjaja Purnama-Naen Soeryono, atau Fitra-Naen. Dalam kesempatan kali inipun yang hadir hanya cawawali, yaitu Naen, tanpa didampingi cawalinya. Ia dengan mantab menyampaikan 12 program unggulannya kepada para hadirin, kemudian diselingi dengan tanya jawab. Pada sore harinya pun hadir pasangan nomor 3, Arif Afandi-Adies Kadir (Cacak). Kesempatan kali ini pun diadakan pemaparn serta Tanya jawab antar peserta. Meskipun sudah cukup sore, namun acara masih tetap berjalan dengan lancar. (wmm/wu)