Mahasiswi Ungkap Oligopoli di Lokalisasi Gang Dolly Surabaya fadjar April 10, 2010

Mahasiswi Ungkap Oligopoli di Lokalisasi Gang Dolly Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com mdash; Gang Dolly, lokalisasi di Surabaya yang konon terbesar se-Asia Tenggara, mengantarkan Like Meiliani Sutedja jadi sarjana penuh dari Universitas Surabaya (Ubaya).

Meiliani meneliti kawasan itu dari segi ekonomi, bukan sosiologi atau kesehatan seperti yang biasa dilakukan para mahasiswa. Maklum, Meiliani adalah mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomi Ubaya yang diwisuda Sabtu (9/4/2010) hari ini.

Meiliani mengklasifikasi pebisnis besar di kompleks yang memiliki 54 wisma itu menjadi dua. Pertama, induk semang atau mucikari yang mengelola satu wisma dan menampung rata-rata 44 pelacur, istilah yang kemudian dihaluskan menjadi wanita tunasusila (WTS) dan lebih dihaluskan lagi menjadi pekerja seks komersial (PSK).

Kedua, pebisnis besar yang punya enam wisma sekaligus dengan total pelacur mencapai 70 perempuan. Meiliani pun menyimpulkan, struktur pasar dan strategi harga di Dolly adalah oligopoli atau bentuk persaingan pasar yang didominasi beberapa produsen atau penjual dalam satu area.

“Selama ini, penelitian tentang Dolly lebih pada aspek sosial. Kajian ekonomi ini setidaknya bisa jadi pertimbangan semua pihak termasuk pembuat kebijakan,” ujarnya. Temuan Meiliani ini jadi menarik karena struktur bisnis esek-esek di sana bisa diketahui publik, bukan karena mula-mula diungkap oleh media yang biasanya terjatuh pada tema liputan lain.

Maka, Meiliani pun diwisuda bersama 681 mahasiswa lain, hari ini. Ada 80 wisudawan yang menyandang predikat cum laude, 5 summa cum laude, dan 6 teladan. rey

dikutip dari KOMPAS Online
Sabtu, 10 April 2010 | 10:35 WIB

Mahasiswi Ubaya Teliti Bisnis Lokalisasi Dolly

Surabaya (ANTARA News) – Mahasiswi Jurusan Bisnis Internasional Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Universitas Surabaya (Ubaya) Like Meiliani (23) meneliti Lokalisasi Dolly dari aspek bisnis.

‘Lokalisasi Dolly selama ini diteliti dari aspek sosial, sehingga muncul usulan agar ditutup, padahal dari aspek bisnis justru memunculkan pandangan tentang perlunya solusi bila ingin menutup,’ katanya di Surabaya, Jumat.

Gadis kelahiran Surabaya pada 12 Mei 1987 yang meneliti Dolly sejak semester 6 (2007) itu menilai usulan untuk menutup atau menyatakan Dolly itu ilegal hendaknya didahului dengan solusi terlebih dulu.

‘Dari aspek bisnis, penutupan itu tidak mudah, karena sama halnya dengan membunuh banyak orang yang menggantungkan kehidupan dari sana, seperti tukang parkir, warung makanan, penyewa kamar mandi, dan banyak lagi,’ katanya.

Oleh karena itu, kata putri pasangan Herman Sutedja dan Lilik Martini itu, bila tidak mempunyai solusi untuk Dolly, maka jangan mudah meneriakkan usulan penutupan atau hanya menyalahkan.

‘Kalau ditutup, mereka mau kerja apa, pemiliknya tidak lulus SD dan mantan kuli. Pemilik wisma di Dolly itu bukan orang yang berpendidikan, tapi mereka mampu membangun `hukum rimba` yang sebenarnya. Mereka kuat, karena mereka punya penjaga,’ katanya.

Menurut alumnus SMA St. Louis 1 Surabaya itu, dirinya banyak membaca jurnal ekonomi di luar negeri, ternyata semua negara mempunyai tempat seperti Dolly dan semuanya berjalan tanpa saling mengganggu.

‘Di Dolly, ada dua pebisnis besar tapi sama-sama hidup. Di Dolly ada 54 wisma. Yang satu merupakan pebisnis besar dengan satu wisma berisi 44 pekerja seks komersil di dalamnya,’ katanya.

Namun, kata mahasiswi Ubaya angkatan tahun 2005 yang tinggal di Manyar Jaya VII Surabaya itu, pebisnis yang satunya cukup kecil dengan enam wisma saja yang berisi 70 pekerja seks komersil.

‘Jadi, struktur pasar dan strategi harga di Dolly adalah oligopoli. Oligopoli adalag persaingan pasar yang didominasi beberapa produsen dalam satu area dengan ciri harga relatif sama, sedangkan keunggulan ditentukan kecantikan dan layanan pekerja seks komersil,’ katanya.

Like merupakan salah satu dari 681 mahasiswa Ubaya yang diwisuda pada 10 April 2010. Dari jumlah itu tercatat 80 mahasiswa berpredikat cumlaude, lima mahasiswa summa cumlaude, dan enam wisudawan teladan.(Ant/R009)

dikutip dari ANTARA NEWS Online